Hubungannya dengan William diakhiri begitu saja. Namun, itu bukan berarti Krystal akan membiarkan William hidup tenang. Ia akan membuat hidup pria tersebut sengsara, sama seperti hidupnya dulu.
Ada beribu cara untuk membalaskan dendamnya ke William meskipun tanpa berstatus pacar.
Hal ini dilakukannya juga demi mendapatkan kepercayaan Damian. Supaya pria itu bisa dimanfaatkannya sesuka hati tanpa diselimuti rasa curiga dan was-was. Bukan kah ini sangat menguntungkan baginya?
Krystal tersenyum sendiri akibat yakin rencananya akan berjalan mulus. Rasanya sungguh tak sabar membalaskan dendamnya secara satu persatu.
Tapi, ada satu hal yang harus dilakukannya sekarang, yaitunya belajar bela diri.
Sekarang dia terlalu lemah. Bisa hancur kapan saja jika mendapatkan serangan. Maka dari itu, sebelum mendapatkan serangan langsung, dia lebih baik mengantisipasinya.
Namun, bagaimana caranya untuk mengatakan hal itu ke Damian mengingat Damian sangat protektif?! Haruskah dia menciptakan drama baru supaya Damian mendukung keinginannya?!
"Lama sekali kau mandi, amour." Komentar Damian kala Krystal baru saja keluar dari kamar mandi.
Krystal menatap lurus wajah bosan Damian dan terkekeh geli kemudian. "Memangnya aku dirimu yang sangat cepat mandinya?!" Ejeknya.
Damian melangkah mendekati Krystal. Lantas memeluk pinggang ramping gadis itu dengan satu tangan dan mencubit pelan pipi Krystal. "Kau mengejekku, amour?"
"Tidak. Tapi kalau kau merasa aku mengejekmu, berarti iya."
Damian menatap Krystal gemas. Hendak mengucapkan sesuatu tapi bunyi perut Krystal menghentikan niatnya.
Krystal terdiam malu dan membuang pandangannya ke arah lain. Jatuh sudah harga dirinya di depan Damian.
"Astaga! Kau lapar, amour? Kenapa tidak mengatakannya padaku? Masih bisa ditahan 'kan? Aku akan menyuruh para maid menghidangkan makanan untukmu tapi kalau kau tidak tahan lagi, kita ke restoran saja." Panik Damian.
Tingkahnya seakan-akan menggambarkan Krystal sedang sekarat.
Tentu saja hal itu membuat Krystal berdecak tak percaya.
"Kita makan di restoran saja."
Tanpa ba-bi-bu, Damian langsung menggendong Krystal ke luar.
"Astaga! Aku belum menyisir rambut dan memakai make up!" Jerit Krystal heboh.
"Untuk apa mementingkan masalah itu, amour? Yang paling terpenting sekarang adalah makan! Kau harus makan supaya tetap bisa hidup di sisiku."
Krystal menggeleng tak berdaya. "Aku hanya belum makan siang dan aku tidak akan mati karena masalah sepele itu."
Damian mengabaikan perkataan Krystal. Memasukkan gadis itu ke dalam mobil dan mulai melajukan mobil.
Krystal berdecak kesal melihat tingkah lebay Damian. Kemudian ia menyisir rambutnya dengan jemari. Untung saja rambutnya lurus sehingga mudah di atur.
"Kau yakin akan membiarkanku muncul di khayalak ramai dengan tampang jelekku ini? Kau tidak akan malu?"
Damian menoleh sekilas ke arah Krystal. "Tentu saja tidak. Untuk apa malu jika bersama gadis yang kucintai?"
Krystal memutar bola mata malas.
"Lagipula kau tidak jelek, amour. Wajahmu cantik, sangat cantik. Apalagi tanpa riasan."
Dengusan sebal terdengar dari hidung Krystal. Ia tahu kalau ia cantik, tapi dia tak pernah percaya diri tampil di hadapan semua orang dengan wajah polosnya. Setidaknya harus pakai lipstik dan bedak.
Di dalam hati ia hanya bisa berharap supaya tidak bertemu dengan kenalannya.
Tak terasa, mobil pun sudah berhenti di tempat tujuan.
Krystal memasuki restoran dengan wajah tertunduk. Menyembunyikan wajahnya di balik rambut. Sedangkan Damian tertawa kecil melihat tingkah lucu Krystal.
Saat duduk di pojok ruangan, baru lah Krystal mengangkat kepalanya dan menatap kesal Damian.
"Krystal!"
Gadis cantik itu tersentak kaget mendengar suara penuh amarah William.
"Jadi, ini alasanmu memutuskan hubungan denganku?!" Tanya William kecewa.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Krystal's Revenge
RomanceTragedi demi tragedi terus menimpa Krystal hingga menghancurkan gadis itu tanpa sisa. Krystal disiksa dan dibunuh oleh orang-orang yang sangat dipercayainya. Di akhir kehidupannya, Krystal berharap bisa kembali ke masa lalu supaya bisa membunuh semu...