Vote sebelum baca⭐
Ketiga perempuan itu terdiam membisu di dalam kantin kampus. Tak ada satu orang pun yang berbicara.
Mereka melamun sambil mengaduk-ngaduk makanan. Tak terlihat bernafsu sedikit pun melahapnya.
Suasana aneh di sekitar mereka membuat orang lain mengerutkan kening heran namun diam saja karena tak berani menganggu.
"Hah!"
Helaan nafas kasar keluar dari mulut Lavina. Membuat perhatian Krystal dan Maudy teralihkan.
"Kenapa?" Tanya Krystal.
"Beberapa hari yang lalu, aku dikhianati sahabatku. Acer ku diambil olehnya." Adu Lavina sedih.
Krystal menepuk bahu Lavina prihatin. "Sabar."
"Cari saja laki-laki lain daripada bersaing dengan sahabat penghianat mu itu. Lagipula di dunia ini laki-laki bukan hanya satu orang tapi banyak. Apalagi kau sangat cantik dan sexy, sudah pasti banyak pria yang ingin mengantri menjadi pacarmu." Tutur Maudy geram.
"Kau benar. Aku cantik, sexy, pintar, dan kaya raya. Sudah pasti banyak pria yang mau denganku." Kekeh Lavina seraya menyibak rambutnya songong namun ekspresi wajahnya tak dapat membohongi. Ekspresi wajahnya terlihat sangat sedih dan tertekan mendapati kenyataan menyakitkan.
"Kalau boleh tahu, Acer itu siapamu? Pacarmu?"
Lavina menggeleng mendengar pertanyaan Maudy.
"Acer itu sahabatku sejak pertama kali masuk kuliah. Kami sudah sangat dekat hingga aku sering berandai-andai dia juga punya perasaan padaku tapi ternyata kenyataan terlalu kejam padaku."
"Ternyata friendzone. Pengalaman kita hampir mirip. Bahkan lebih mengenaskan daripada pengalamanmu."
"Benarkah? Kau juga dikhianati oleh sahabatmu sendiri?"
"Tidak. Aku yang jatuh cinta sendirian. Aku juga tidak pernah cerita ke orang lain. Aku mencintainya sejak SMP hingga detik ini, padahal aku sudah lama tidak bertemu dengannya. Pernah ku coba untuk move on tapi dia selalu datang ke dalam mimpiku. Menghantuiku di setiap malamnya seolah tak membiarkanku lepas dari belenggunya."
Lavina dan Krystal menatap gadis itu simpati. "Nasib friendzonemu lebih menyedihkan daripadaku." Komentar Lavina.
Maudy tersenyum geli. "Makanya jangan sedih. Pengalamanmu belum sepahit pengalamanku."
Lavina mengangguk kuat. "Kau benar. Aku tidak akan bersedih lagi karena hanya akan membuat Vee menjadi senang."
Krystal terkikik geli melihat tingkah penuh semangat Lavina.
"Ayo, girls! Kita me time di mall! Aku akan mentraktir kalian sepuasnya hari ini!" Sorak Lavina.
"Ah, sayang sekali. Aku tidak bisa ikut karena Damian menyuruhku ke kantornya. Takutnya nanti dia akan marah-marah lagi seperti orang kesurupan." Tolak Krystal.
"Aku juga tidak bisa ikut karena aku sudah mulai bekerja hari ini."
Krystal menoleh heran ke Maudy. "Kau bekerja? Kerja di mana?"
"Di cafe. Sebagai pelayan hehe."
"Kenapa kau bekerja? Kau kekurangan uang? Jika iya, kau bisa meminta bantuanku. Aku pasti akan membantu keuanganmu. Juga tidak perlu menggantinya." Cerocos Lavina karena tak tega mengetahui teman barunya kuliah sambil kerja.
"Maaf, Lavina. Aku tidak bisa menerima uang orang lain begitu saja. Aku tidak ingin menjadi beban untuk orang lain. Aku ingin mandiri dan bisa berdiri sendiri di atas kakiku sehingga bisa bertahan dalam situasi dan kondisi apapun. Selain itu, aku bekerja juga karena ingin menambah pengalaman. Setidaknya, saat aku pulang ke negaraku, aku memiliki cerita unik yang bisa ku ceritakan pada teman-temanku." Jawab Maudy panjang lebar.
"Jangan bekerja, kak. Jadi pacarku saja, maka aku akan memberikan uang setiap harinya padamu. Aku juga akan membuat hari-harimu selama di sini berkesan." Kata King yang mendadak muncul di samping Maudy. Membuat gadis itu terlonjak kaget dan hampir jantungan.
Krystal dan Lavina pun juga ikutan kaget karena kemunculan mendadaknya.
"Kau lagi." Desah Maudy malas.
King bertopang dagu seraya tersenyum manis. "Bagaimana dengan tawaran menarikku, kak? Kau pasti menerimanya 'kan?"
Maudy menjitak kening King gemas. "Lebih baik belajar yang benar dan membanggakan orangtuamu daripada mengangguku terus."
King memanyukankan bibirnya. "Tanpa belajar pun, orangtua ku sudah bangga melihat ketampananku ini, kak."
Maudy menggelengkan kepala heran melihat tingkah juniornya.
"Kata siapa mereka bangga? Asal kau tahu, adik bodoh. Mereka malu punya anak narsis sepertimu." Tutur Lavina kejam.
King menatap kakaknya kesal. "Kau diam saja. Kau tidak punya hak untuk berkomentar di sini."
"Dasar bocah sialan! Cepat pergi sana! Jangan menganggu teman ku!"
Pada akhirnya, kakak beradik itu pun berdebat sedangkan Krystal dan Maudy hanya bisa menggelengkan kepala heran.
"La."
Perdebatan mereka terhenti karena kedatangan Acer bersama Vee.
King mengerutkan kening heran melihat Vee menggandeng tangan Acer mesra. Lalu, pandangannya teralihkan ke sang kakak. Sorot matanya tampak sangat bingung.
"Kenapa kau menghindari ku? Kau juga tidak membalas pesanku. Apa aku melakukan kesalahan padamu? Aku membuatmu kesal tanpa sadar?"
Acer sungguh baik dan perhatian namun sayangnya tak peka pada perasaan Lavina.
"Aku sibuk." Jawab Lavina singkat.
Acer menatap Lavina tak percaya. "Sibuk? Sibuk apanya? Bukannya selama ini kau selalu mengeluh bosan padaku?"
Lavina mengepalkan tangan kesal melihat Vee mengeratkan gandengannya pada tangan Acer. Terlihat jelas sahabat penghianatnya itu sedang memperlihatkan kepemilikannya.
"Heh! Jangan mendekati kakakku lagi kalau kau sudah punya pacar. Lebih baik kau menjaga pacarmu saja." Tegas King. Meskipun sering berdebat dengan kakaknya, tapi ia tak tega melihat kakaknya disakiti orang lain.
"Apa maksudmu? Aku dan Lavina sahabat. Aku tidak mungkin menjauhi Lavina hanya karena aku sudah punya pacar."
King berdiri. Kemudian, meninju pipi Acer keras. "Jangan berlagak bodoh di saat kau sendiri pun tahu kebenarannya!" Murkanya sehingga Acer terdiam.
Lavina bergegas berdiri dan menahan tangan King. "Ayo pulang!" Menarik paksa sang adik.
"Dasar bajingan! Jangan mendekati kakakku lagi atau aku akan menghancurkan keluarga kecilmu itu!" Ancam King saat berpapasan dengan Acer.
Maudy terdiam seribu bahasa melihat amarah King. Sangat menyeramkan dan berbeda dari apa yang dilihatnya selama ini.
Gadis cantik itu bergidik ngeri. Berjanji di dalam hati akan menjauhi King sebelum terjerat lebih dalam dan terkurung oleh kuasa pria itu. Lebih parahnya lagi, ia tak bisa pulang ke Indonesia karena sifat King.
Akan tetapi, sepertinya dia terlalu berlebihan karena King hanya bermain-main dengannya. Mana mungkin ada drama penahanan segala.
Maudy memukul kepalanya gemas memikirkan hal tersebut.
"Kau kenapa?"
Maudy menyengir mendengar pertanyaan heran sahabatnya.
Bersambung...
13/5/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Krystal's Revenge
RomanceTragedi demi tragedi terus menimpa Krystal hingga menghancurkan gadis itu tanpa sisa. Krystal disiksa dan dibunuh oleh orang-orang yang sangat dipercayainya. Di akhir kehidupannya, Krystal berharap bisa kembali ke masa lalu supaya bisa membunuh semu...