Vote sebelum baca⭐
"Minggir. Jangan menghalangi jalanku!"
Pria berwajah tampan itu menunjukkan ekspresi terkejut yang dibuat-buat. "Dari raut wajah terlihat ramah tapi aslinya galak. Jadi ngeri." Ledeknya.
Krystal memutar bola mata malas melihat tingkah pria di hadapannya. Kemudian berjalan ke sisi lain. Hendak melewati pria itu tapi langkahnya malah dihadang lagi. "Minggirlah, bocah! Aku tidak punya waktu untuk meladenimu!" Tekannya kesal.
Pria bernama King itu tersenyum sok imut. "Jangan marah-marah, kak. Nanti cepat tua dan tidak ada yang mau menikah dengan kakak."
"Aku juga tidak tertarik menikah untuk kedua kalinya." Sahutnya malas.
"Hah?! Kakak sudah menikah?" Kagetnya.
"Ya."
"Kenapa bisa menikah secepat ini?"
"Bukan urusanmu."
Krystal menarik tangan Maudy seraya melewati King begitu saja.
Saat King ingin mencegah kepergian Krystal, para mahasiswa baru sudah disuruh berkumpul untuk mengikuti ospek.
Pandangannya teralihkan ke asal suara, sebelum akhirnya teralihkan lagi pada Krystal. Namun, matanya malah tidak sengaja bertatapan dengan Maudy.
King tertegun, tubuhnya membeku, dan jantungnya berdebar kencang. Yang mampu ia lakukan hanyalah tersenyum manis pada Maudy tapi gadis itu tak membalas senyumannya sedikit pun.
King tertawa tak percaya melihat reaksi Maudy.
Seorang pria seumurannya mendatangi King dan merangkul bahu King dengan tawa mengejek. "Kau kalah taruhan. Sekarang berikan kunci motormu padaku."
King berdecak kesal. Lalu, memberikan kunci motornya sesuai perjanjian.
Padahal tadi kalau ia menang, bisa mendapatkan mobil incarannya.
Sayang sekali, Krystal tidak terpesona oleh ketampanannya. Entah apa yang salah dari perempuan itu sehingga bisa mengabaikan ketampanannya.
"Btw, sepertinya pesona yang kau bangga-banggakan itu sudah menghilang. Mendapatkan kontak perempuan saja sudah tidak bisa. Apalagi mendapatkan pacar." Ledek temannya semakin menjadi-jadi.
"Diam kau! Apa kau tidak tahu kalau itu trik seorang perempuan? Berlagak sombong tapi sebenarnya terpesona padaku. Kau lihat saja nanti, aku pasti bisa mendapatkannya!" Tantang King tak mau mengakui kekalahannya.
Temannya tersenyum mengejek. "Baiklah. Kalau begitu aku akan menunggu saat kau berhasil menaklukkannya. Akan tetapi, kalau tidak bisa mendapatkannya, kau harus mentraktirku selama satu bulan penuh. Deal?!"
"Deal!"
King sudah bertekad di dalam hatinya akan meluluhkan perempuan sombong tadi. Apapun caranya.
Ia sangat yakin, ketampanannya bisa meluluhkan Krystal.
Gadis mana sih yang tidak tertarik dan terpesona melihat ketampanannya?!
Bahkan satu kali kedip saja, para perempuan langsung berjajar, ingin mengantri menjadi pacarnya.
Yah, pesonanya memang sekuat itu.
****
"Wah. Ternyata kita satu kelas. Betapa beruntungnya aku." Girang Maudy.
Krystal hanya melirik sekilas tingkah kekanakan Maudy. Kemudian langsung duduk di kursi kosong.
"Mulai sekarang kita teman ya." Cengir Maudy. Ikut duduk di samping Krystal.
Lidah Krystal terasa kelu untuk mengiyakan karena sudah dibuat trauma oleh pertemanan.
Wanita cantik itu mengerjap pelan melihat wajah sedih Maudy.
"Kau tidak mau menjadi temanku ya? Tapi, wajar saja sih. Secara kau itu cantik dan terkenal. Berbeda denganku. Kau pasti merasa jijik jika berteman denganku."
Maudy pun berdiri dari kursi. Hendak duduk di tempat lain karena merasa malu ditolak oleh Krystal namun tangannya langsung ditahan oleh Krystal.
"Aku mau." Dehemnya singkat. Langsung melepaskan cekalannya.
Maudy kembali tersenyum cerah. Kemudian, duduk di tempat semula. "Terima kasih."
"Omg! Krystal!! Kita satu kelas!!" Teriak Lavina mengagetkan mereka berdua.
"Senangnya bisa sekelas denganmu!" Lavina memeluk tubuh Krystal erat sehingga membuat wanita cantik itu kesusahan bernafas.
"Pelukanmu menyakiti Krystal." Celetuk Maudy.
"Ah, sorry. Habisnya aku terlalu bahagia." Cengir Lavina sembari melepaskan pelukannya. Gadis itu pun duduk di kursi depan Krystal.
"Eh, kau siapa? Kenapa aku baru melihatmu di sini?" Lavina bertanya kepo.
"Aku Maudy. Pertukaran mahasiswa dari Indonesia." Maudy menjawab sambil tersenyum.
"Ohh. Pantas saja aku baru melihatmu."
"Bagaimana rasanya kuliah di sini, Maudy? Menyenangkan?"
Maudy menggaruk tengkuknya canggung. "Yah. Untuk sekarang menyenangkan karena aku sudah punya kalian sebagai teman. Kalau tidak ada kalian, pasti aku akan seperti anak ayam hilang."
Lavina dan Krystal tertawa mendengar penuturan gadis Indonesia itu. "Semoga kau betah kuliah di sini, Maudy."
"Iya. Semoga saja."
"Nanti kalau ada apa-apanya, kau bisa meminta tolong padaku. Aku akan selalu siap sedia untukmu."
Pada dasarnya, Lavina memang orang yang sangat baik hati dan terbuka. Tingkahnya mampu membuat siapapun merasa nyaman dengannya, termasuk Maudy.
"Iya, terima kasih."
Lavina tersenyum manis. "Sama-sama."
Krystal mendengarkan percakapan mereka tanpa minat. Hampir menguap akibat merasa bosan. Namun, pertanyaan mendadak Lavina menghilangkan rasa kantuknya. "Bagaimana hubunganmu dengan pamanku? Baik-baik saja, bukan?"
"Tentu saja."
"Kenapa kalian bisa bertemu? Maksudku, dimana kalian bertemu mengingat status kalian sangat berbeda. Kau seorang mahasiswa sedangkan dia pekerja kantoran. Tidak ada waktu untuk bertemu."
"Saat itu aku tidak sengaja menabrak mobilnya."
Lavina ber-oh ria. "Unik juga pertemuan kalian." Kikiknya.
Krystal tertawa kecil akibat mengingat pertemuannya dengan Damian.
Pertemuan mereka memang sangat unik.
Berawal dari rencananya untuk memanfaatkan Damian, dipaksa menjadi istri, jatuh cinta seiring berjalannya waktu, bertengkar karena kesalahpahaman, dan memutuskan saling mempercayai satu sama lain.
Dendam lah yang mempertemukan mereka. Dendam pula lah yang menyatukan mereka. Semoga bukan dendam pula yang memisahkan mereka.
Ponsel Krystal tiba-tiba bergetar.
Wanita cantik itu langsung mengambil ponselnya dari tas. Matanya membola kaget melihat isi pesan Damian.Damian: Baru hari pertama kuliah, kau sudah di dekati pria lain. Aku tidak suka, amour. Aku cemburu. Apa aku harus menyembunyikan mu supaya orang lain tidak bisa menemukanmu?
Bersambung...
11/5/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Krystal's Revenge
RomanceTragedi demi tragedi terus menimpa Krystal hingga menghancurkan gadis itu tanpa sisa. Krystal disiksa dan dibunuh oleh orang-orang yang sangat dipercayainya. Di akhir kehidupannya, Krystal berharap bisa kembali ke masa lalu supaya bisa membunuh semu...