BAB 5

18.5K 931 2
                                    

Selamat membaca~

Syila memberhentikan mobil di depan indoapril entahlah kenapa ia kesini padahal tidak ada yang mau ia beli saat ini.

Syila melangkah kakinya kedalam indoapril berjalan mengintari rak Snack ia mengambil Snack keripik kentang lima bungkus tak lupa minuman kaleng rasa strawberry dan matcha kesukaannya.

Setelah selesai berkeliling dan rasa sudah lumayan banyak yang ia taruh di keranjang ia langsung berjalan menuju kasir.

Kini gilirannya untuk membayar, ia menyodorkan keranjang belanjaannya ke atas kasir untuk di total semua yang ia beli.

"Totalnya enampuluh ribu mbak" ucap sang kasir.

Syila menganguk dan merogoh saku celana levisnya, seketik ia panik karna uang yang di kasih sang ayah hanya lima puluh ribu dan itu juga hanya sisa sepuluh ribu.

Syila kalang kabut "maaf mbak saya lupa bawa duit" ucapnya sambil menggaruk tengkuknya.

"Maaf mbak, ini semua sudah di total dan harus di bayar"ucap sang kasir.

"Biar saya yang bayar, sekalian punya saya" terdengar suara bariton di belakang syila.

Syila memundurkan badannya biar pria itu yang membayar total belanjaan-nya "totalnya jadi delapanpuluh lima ribu 85.000 ribu mas" pria itu mengeluarkan uang lembaran merah dari dompet miliknya.

"Kembaliannya limabelas ribu terimakasih" ucap sang kasir sambil menyodorkan kembaliannya dan menangkup kedua tangannya di atas dada dan tersenyum ramah.

Syila menganguk dan berjalan keluar mengikuti pria itu "makasih" ucapnya.

Sang empu menganguk dan memberikan kantong kresek pada syila, syila mendongakkan kepalanya menatap sang empu "loh bukannya Om yang kemaren?"ucap syila terkejut kala melihat wajah sang empu dan seperti Dejavu.

Sang empu menganguk "iya" ucapnya sambil tersenyum tipis.

"Makasih loh om udah mau bayarin belanjaannya syila, syila jadi enak nieh" ucapnya sambil menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri.

"Iya, tidak masalah" ucap sang empu.

"Aduh, syila ngak mau punya untang nieh om, gimana kalo om ikut kerumah syila aja gimana, Deket kok om ngak jauh"

"Tidak usah, saya iklas membantunya"

"Om, om kok nunduk mulu sih padahalkan muka om ganteng ngak usah mau malu" sedari tadi ia binggung melihat lawan bicaranya selalu menunduk ketika berbicara dengannya.

Pria itu tersenyum mendengar ucapan syila "tidak, kalo gitu saya pamit dulu assalamualaikum" salamnya sambil berlalu.

"Ehh, waaalaikumsallam"

Lagi lagi ia melupakan untuk meminta nomor WhatsApp pria itu.

Dengan buru buru syila menaiki mobilnya agar tidak kehilangan jejak mobil laki-laki tadi.

"Ngak apa-apa kali ya? Sekali kali jadi penguntit cogan" ucapnya sambil terkikik.

Syila mengfokuskan pandangannya lurus kedepan agar tidak kehilangan mobil yang ia ikuti sekarang.

"Kayak kenal ni jalan mau kemana" guaman syila.

Setelah perjalanan memakan waktu satu jam lebih syila mobil yang ia ikuti berhenti di kawasan pesantren.

Tunggu... Pesantren?

"Bentar...Kek kenal ni pesantren" gumam syila menatap spanduk besar di depannya.
"Yaudah deh lagian kalo gue balik juga percuma "sambungannya.

Syila mengambil kacamata hitam dan masker miliknya lalu segera memakainya sebelum ia keluar dari mobil, lalu ia membuka pintu mobil berjalan ke arah gerbang pesantren.

"Assalamualaikum" salam syila.

"Waaalaikumsallam ada apa ya mbak?" Tanya laki laki itu.

Syila berdehem kecil," saya mau ketemu Abah" ucapnya.

Sang empu mengerutkan keningnya "Abah?" Beonya.

Syila membuka masker dan kaca mata miliknya "ohh Ning syila saya kira siapa" syila tersenyum dan mengangguk.

"Yaudah Ning, silahkan masuk, mobilnya mau di bawa masuk sendiri atau sama saya Ning?" Tawar sang empu.

"Akang aja, ini kunci mobilnya" syila memberi kuci mobil pada sang empu, dan sang empu menerimanya "kalo gitu saya permisi assalamualaikum" ucapnya lalu berlalu.

"Waaalaikumsallam"
.
.
.
.
.

"Mas, syila kok belum pulang sekarang udah jam lima padahal" ucap sang istri. Terlihat dari raut wajahnya begitu khawatir mendapati sang anak yang belum juga pulang.

"Iya, padahal kan mas bilang jangan sore-sore kalo pulang" ucap Zidan "mas juga udah coba telpon berkali kali tapi ngak di angkat dan telepon terakhir ngak nyambung" sambungnya.

"Atau jangan jangan syila di culik lagi mas, atau--" ucapan Sania terpotong oleh sang suami.

Zidan menggeleng kepalanya "jangan berpikir yang enggak enggak bund ngak baik mungkin anak kita ada urusan yang lain" sanggah Zidan.

"Tapi nanti kalo syila belum juga pulang kaya gimana, mas" ucapnya penuh Dengan kekhawatiran.

Zidan menggeser posisi nya mendekati sang istri sambil mengusap lengannya "kamu tenang ngak usah mikirin macem macem berdoa aja lagian juga syila udah besar tau mana yang baik dan buruk" ucap Zidan menenangkan sang istri.

Sania membenarkan ucapan sang suami dengan anggukan kepala.

Sania membenarkan ucapan sang suami dengan anggukan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sen, 25 okt

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang