BAB 51

10.8K 642 16
                                    

Selamat membaca

Fahri menyenderkan kepalanya pada tembok dibelakangnya. Ia menarik nafas dalam-dalam.

Bau obat-obatan rumah sakit menyengat masuk ke dalam hidungnya, ia sangat tidak menyukai bau khas rumah sakit. Entahlah kenapa, ia hanya tak menyukainya saja.

Hening

Kini hanya ia seorang yang berada disini, sedangkan yang lain, ummi dan Dodi pulang untuk membawa beberapa pakaian fadii.

Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel yang menandakan pesan masuk.

(Isi chattingan-nya, buat yang baca offline mohon dinyalakan datanya, nggak juga nggak papa☺️🙏)

(Isi chattingan-nya, buat yang baca offline mohon dinyalakan datanya, nggak juga nggak papa☺️🙏)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Syila?" Monolognya

"Syila?" Monolognya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat jarinya ingin mengetik suatu pesan, tiba-tiba ponselnya mati dengan sendirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat jarinya ingin mengetik suatu pesan, tiba-tiba ponselnya mati dengan sendirinya. Membuatnya mengurungkan niatnya untuk membalas pesan tersebut.

Disisi lain

"Awas kesambar petir disiang bolong" tegur seseorang.

Mendengar itu Syila terlonjak dari kursinya, ia menatap dengan tatapan nyalang sang empu.

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang