BAB 50

11.5K 610 32
                                    

Selamat membaca ~

Seminggu berlalu, Kini syila sudah kembali beraktivitas ia menjadi santriah.

"Wih, pada ghibah apa ni seru banget keliatannya iku dong" ujar Syila seraya menghampiri kedua sahabatnya, yang tak lain lira dan Ani.

"Kita nggak ghibah syil" ralat ani.

"Iya, cuman ngomongin kriteria pria idaman Ani" timpal lira dengan cengiran khasnya.

Ani segera menyenggol lengan lira. "Apaansi kamu, lir" ucapnya.

"Siapa lir?" Syila menarik turunkan alisnya, untuk menggoda. "Anak pesantren juga?" Lanjutnya.

"Iya lah, masa iya wanita Se-sholehah Ani nggak dapat akhi anak pesantren" ledek lira lagi. Ani hanya menundukkan kepalanya.

"Pesantren dimana? Di sini?" Tanyanya kepo.

Lira mengangguk semangat. " Iya, dia pesantren disini. Kamu harus tau syil, ternyata dia ganteng loh aku aja baru tau ternyata Ani suka sama si itu akhi" sahut lira.

"Wihh, siapa namanya kali aja aku tau, nanti biar aku salamin" timpal Syila.

"Namanya fah---" spontan lira memberhentikan ucapannya, kalo sang empu menatap tajamnya.

Buru-buru Ani menatap tajam lira, yang di tatap hanya menampilkan cengiran giginya.

"Fah? Fah siapa?" Tanya bingung. "Fahri maksud kamu?" Tanyanya langsung. Entahlah tiba-tiba bibirnya berucap nama itu, lagian yang bernama fah itu hanya Fahri yang ia kenal selama ini.

Lira dan Ani langsung menatap secara bersamaan pada Syila. Lira menepuk-nepuk tangannya. "Exactly" sahut lira sebagai apresiasi.

"Bener?" Tanya lagi, berasa tak percaya jika tebakannya benar.

Lira mengangguk, sedangkan Ani hanya diam. "Benar, kamu kenal sama dia, syil?"

Syila mengangguk. "Tentu, aku kenal sama dia. Dia juga pernah beberapa kali nolong aku" ungkapnya. Syila mulai menjelaskan tentang Fahri yang menolongnya ketika ia hampir dilecehkan oleh kakak ipar sahabatnya. masih ingatkan kalian?

"Dia kok bisa nolongin kamu Syil? Tanya lira.

Syila mulai menjelaskan tentang kejadian dimana ia waktu itu hampir dilecehkan oleh kakak ipar dari sahabatnya. Dan suatu keajaiban Fahri datang menolongnya.

"Udah ganteng, Sholeh, keren pula" puji lira. syila hanya mengangguk membenarkan ucapan sang empu, sedangkan Ani hanya terdiam ketika ketika mendengar penjelasan dari Syila.

"Yang aku denger juga, katanya akhi itu memang sudah terkenal dan bahkan selain Ani banyak yang mengaguminya secara diam" jelas lira.

"Kamu tau dari mana, lir?" Tanya Syila kepo.

"Dari mulut ke mulut sih, nggak salah juga kalo Akhi itu banyak disukai sama banyak akhwat, orang dia ganteng, Sholeh, plus suaranya bagus pas nadhom" ungkap lira lagi.

Ani menatap lira. "Kamu pernah dengar, dia nadhom?" Tanyanya.

Lira mengangguk. "Iya, dia kayaknya cuman nge-gantiin temennya yang waktu itu lagi sakit kalo nggak salah. Waktu itu kayaknya setahun sebelum kamu mondok" jelasnya.

"Udah ni, tenang aja nanti aku sampein sama dia tentang perasaan kamu biar terbalaskan" ucapnya sambil terkekeh.

"Apaansi kamu Syil" sanggahnya dengan nada tak suka.

"Bercanda, ni. Tapi kalo kamu setuju aku sampaikan ke dianya langsung, hehehe" ucapnya.

"Bilang sama si akhi itu, syil. Suruh sholat di sepertiga malam terus berdoa minta petunjuk agar diperjelas hilal jodohnya sama Allah SWT." lira menimpali. Lira dan Syila melihat jelas rona merah di pipi Ani.

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang