BAB 41

10.9K 655 14
                                    

Btw lagu yang di atas enak😅
-sisa rasa>mahalini

Selamat membaca~

Tiba-tiba, seorang gadis kecil berjalan menghampiri syila sambil membawa sapu tangan bermotif kotak-kotak, yang bewarna biru Dongker di tangan mungilnya.

"Kakak cantik" seru gadis kecil itu ketika sudah berdiri di hadapan syila yang tertunduk.

Merasa ada suara yang terdengar jelas di telinganya, ia mendongakkan kepalanya.

"Kamu manggil kakak?" Tanya syila lembut lalu membuang muka ke samping itu untuk menghapus bekas air mata di pelupuk matanya dan beralih kembali ke gadis kecil di hadapannya.

Gadis itu mengangguk, "kakak cantik jangan nangis lagi" kemudian gadis kecil itu menyodorkan sapu tangan yang berada di tangan kanannya pada syila.

Syila mengerutkan kening, "buat Kakak?" Ucapnya sambil menunjuk ke arah dirinya.

Sang empu mengangguk. "Buat lap ail matanya" syila mengambil alih sapu tangan itu.

"Air mata? Kakak ngak nangis, kamu salah liat, cantik." Ucap syila lembut.

"Bohong, itu apa?" elaknya sambil menuju ke arah pipi Mita yang masih berair.

Syila kelagapan ia membuang mukanya kembali dan segera mengusap kasar pipinya lalu beralih menatap sang empu "mana ngak ada?" Ucapnya sambil terkekeh.

"Allah ngak suka sama olang yang bohong" tiba tiba gadis kecil itu merajuk.

"E-eh, ngak gitu maksudnya kakak itu---" syila menjeda ucapanya sambil memikir kata yang tepat.

"Maksudnya apa kak?"

"Maksudnya kakak itu---- ini.... Kakak kelilipan"

Sang empu menganggukan kepalanya dan ber-oh ria, "oh, kelilipan"

"Iya, kakak kelilipan makanya keluar air mata" jelas syila, tangannya terangkat untuk mengusap Surai lembut gadis kecil di depannya, ada rasa gemas tersendiri bagi syila.

"Kamu di suruh siapa? Ngasih ini buat kakak?" Tanya syila sambil mengangkat kecil sapu tangan yang sudah beralih di tangannya.

"Di suruh sama kakak" gadis kecil itu merentangkan tangannya menunjuk ke arah pria yang berdiri lumayan jauh dari syila berada.

Merasa di tunjuk pria itu spontan menundukkan pandangannya ke bawah sambil memainkan pasir dengan kakinya seperti sedang ketahuan oleh ibunya.

Syila mengikuti arah pandang yang di tunjuk gadis kecil itu, ia memejamkan matanya lalu membukanya kembali terus berulang ulang, berusaha untuk melihat apa yang gadis kecil itu tunjuk tapi nihil, ia tak melihat apa- apa, dan bodohnya ia lupa memakai softlens untuk mengatasi rabun jauhnya.

Syila beralih lagi menatap gadis di depannya, sebelum itu ia turun dari ayunan dan menumpukan lututnya ke tanah untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil di depannya.

"Emang itu siapa?" Tanya syila.

"Kakak"

Syila membulatkan bibirnya, "kakak kamu? Cowo apa cewe?"

Sang empu menganguk, "Cowo"ucapnya. Lagi- lagi, syila membulatkan bibirnya.

"Kalo boleh kakak tau, kamu di sogok apa sama kakak kamu?" Tanya syila spontan.

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang