BAB 16

13.7K 788 7
                                    

Vote dulu sebelum baca ngak pemaksaan kok yang ikhlas aja🤗

Selamat membaca~

10:00 PM

Syila membuang nafas beratnya malam ini adalah malam terberat baginya pasalnya ia hanya tidur di kasur tipis dan kecil Bahkan tubuhnya pun menolak untuk di rebahkan. Berbeda dengan kasur di kamarnya besar, lebar dan sangat empuk.

"Astaghfirullah, kapan gua tidurnya kalo gini bangsat" gumam syila sambil mengacak-ngacak rambutnya. Ia frustasi dengan keadaan ini.

Syila mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggungnya ke tembok, ia melihat teman-teman sekamarnya yang terlihat tertidur nyenyak ada juga yang sedang mengigau tidak jelas. Ia pikir di asrama ini ada nyamuk ternyata satupun tidak ada.

Syila ingin membangunkan Ani yang berada di sampingnya yang tertidur pulas tetapi ia tak enak hati untuk membangunkannya.

Syila berjalan ke arah pintu. Ia pikir pintunya di kunci ternyata tidak. Tanpa pikir panjang ia keluar dari asrama tersebut. Ia melihat cahaya bulan dan bintang yang menerangi bumi yang terlihat indah di depannya.

Syila termenung memikirkan kedua orang tuanya kayaknya ayah sama bunda bener bener ngak sayang lagi sama gue, dia lebih sayang sama si Syakir. Jelas sih dia punya bakat ngak kaya gue, bakatnya selalu bawa ortu keruang BK karna masalah yang selalu gue perbuat_batin syila.

"Emang gua anak pembawa sial keknya harunya gua ngak usah lahir kalo gue menyusahkan di dunia ini. Lagian juga gua ngak minta di lahirkan" syila menghempaskan setetes air mata di pipinya "ni apa lagi air mata pake jatuh. Dibilang gue kuat"ucapnya.

Di karenakan ia tidak bisa tertidur karna insomnia terus menyerang di kepalanya, ia berinisiatif untuk keluar dari gedung asrama ini melewati anak tangga yang sangat amat banyak itu, pencahayaan yang kurang membuat gadis tujuh belas tahun itu bergerdik ngeri.

Ia melapalkan ayat ayat Alquran yakni Al kursi. "Kata ana kalo takut ada hantu suruh baca al-kursi" gumam gadis itu. Ia melapalkan dengan hapalan terbatas di karenakan ia terlupa dengan ayat seterusnya.

Syila menghela nafasnya "gua lupa lagi lanjutannya" ia berusaha mengingat ayat tersebut.

oOo

"Gus, itu siapa ya, yang keluar malem malem dari asrama putri" ucap laki laki itu sambil menunjuk dengan senter yang tak nyala yang ia pegang.

Sang empu mengernyitkan dahinya, ia berusaha melihat apa yang dia katakan tadi "mana far, ane ngak liat" ucap laki laki satunya.

"Loh bukannya tadi di sana ya Gus" ucapnya binggung sambil menggaruk tengkuknya.

Sang empu jengah "kan antum bawa senter coba dinyalain dong" ucapnya.

Laki laki itu menyengir "hehe, saya lupa Gus" laki laki itu langsung menyalakan senternya dan mengarahkannya ketempat yang ia lihat perempuan tadi.

"Bener kok Gus, saya liat di sana kok cepet banget ya ngilanginnya atau jangan jangan--"

"Jangan jangan apa?!, Yaudah lebih baik kita keliling saja atau kita mencar saja"

"Gus ghafri kalo nyari ide jangan gitu dong kan ane takut gelap" cicit laki laki itu.

Gus ghafri menggeleng "ente badan gede nyali kecil" ledeknya.

"Bukan gitu Gus, ane waspada aja kalo misalnya ada penyerangan dari makhluk halus gimana?"ucapnya.

"Ada-ada aja ente yaudah kita keliling bareng-bareng saja, Jangan lupa tu senter di nyalain terus"titahnya.

"Siap Gus"ucapnya. Kedua laki laki itu berjalan berjalan mengintari area Asrama wanita maupun pria untuk menjaga-jaga adanya santri yang kabur.

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang