Selamat membaca~
📍Seminggu kemudian.
Syila menatap rembulan yang bersinar terang di depan matanya. Terlihat banyak bintang yang juga bersinar kecil, namun terlihat samar oleh matanya.
Lima hari lagi, acara kelulusannya akan segera diumumkan. Ia benar benar takut, jika nantinya ia tak lolos.
Tiba-tiba ia Kembali teringat dengan ucapan Gus ghafri, yang memberi tahu bahwa suaminya, Fahri. Kini dia sakit. Tidak terlalu parah, namun mengkhawatirkan.
Bukan apa-apa, suaminya tinggal sendiri di asrama, mungkin tak ada yang tahu kalo dia sakit. Ia tahu, kalo suaminya bersifat tertutup.
Syila mengambil ponselnya yang tergeletak di meja belajarnya. Dengan lihai tangannya mengetik sesuatu di atas benda pipih.
"Assalamualaikum" ucap Syila ketika panggilan tersambung.
"Waalaikumsallam, kenapa, Ning.?"
Syila mendengar suara serak di sebrang sana. "Suara Lo serak, Lo batuk?" Tanyanya.
"Iya, tapi mungkin sebentar lagi akan sembuh"
"Udah minum obat?"
"Tidak, saya hanya meminum madu"
Kening Syila berkerut. "Kenapa nggak minum obat? Atau jangan-jangan Lo belum berobat?" Tudungnya.
Fahri hanya berdehem di sebrang sana. "Belum sempat untuk berobat, mungkin besok saya akan berobat"
"Dari banyaknya hari, bisa bisanya Lo bilang besok baru mau berobat. Sesibuk itukah Lo sampai lupa diri sendiri?!" Syila mendengus tak suka.
"Ya, bisa dibilang seperti itu. Banyak tugas yang diminta percepat oleh dosen-dosen di hari yang sama. Membuat saya lupa untuk berobat, atau sekedar membeli obat" ungkapnya, lagi dan lagi Syila tak tega mendengar suara serak bahkan suaranya hampir hilang.
"Kenapa Lo nggak bilang ke gue? atau Lo lupa, kalo Lo sekarang udah punya istri? Apa gunanya gue sekarang yang berubah status jadi istri Lo, sedangkan gue nggak tau kalo suami sendiri lagi sakit"
"Maaf, hanya saja saya tidak mau merepotkan kamu. Kamu cukup fokus dengan ujian, jangan memikirkan yang lain, terutama saya"
Syila menghela napasnya. "Gue sama sekali nggak di repotin, kalo Lo cuman sekedar minta di belikan obat."
Diam-diam, Fahri tersenyum lebar di sebrang sana. Entah kenapa tiba tiba rasa pusingnya menghilang, ketika istrinya peduli padanya walau dengan cara seperti tadi. Tapi tidak apa apa, ia suka dengan istrinya dengan jiwanya sendiri.
"..., Emm, Lo udah makan?" Tanya Syila.
"Belum"
Mendengar itu Syila menganga lebar. Ia melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 9 malam.
"Ri, Lo nggak dikasih makan disana?, Sekarang udah lewat jam makan malam"
"Perut saya sepertinya akan menolak jika makan-makanan asrama. Dari pada mubazir, lebih baik di kasih ke yang lain" jelasnya.
Syila menggeleng gelengkan kepalanya. "Lo tetap di asrama, jangan kemana-mana, nanti om zakhir ke asrama buat jemput Lo!" Titahnya.
"Maksudnya, Ning?" Tanyanya tak paham.
"Gue khawatir semisalnya Lo pingsan di kamar Lo sendirian. Lebih baik Lo tinggal disini buat gue rawat sekalian" tanpa berpikir panjang, ia berucap seperti itu.
Sedetik kemudian ia terdiam. Bentar, gue tadi--. Aaaaa Syila Lo goblok, goblok, goblok_ batinnya berteriak histeris. Ia memukul berulang kali kepalanya.
Lagi lagi, bibir Fahri terangkat membentuk bulan sabit. "Makasih" ucap Fahri.
Mendengar itu Syila menjadi bingung. "Makasih? Makasih untuk?" Beonya tak paham.
"Makasih karena kamu sudah peduli dengan saya"
"Tu kan jadi PD orangnya" grutunya.
"Dih, PD. Gue bukan peduli, cuman gue nggak mau jadi istri durjana yang nelantarin suaminya lagi sakit sendirian di asrama.
Assalamualaikum" ucapnya, ia segera mematikan sepihak panggilan itu. Tuh kan benar apa firasatnya, pasti orangnya akan PD.Di sebrang sana, Fahri melebarkan senyumannya. Ia menggeleng gelengkan kepalanya. "Pasti lucu" gumamnya.
.
."Bego, bego, bego Lo Syila. Lo ngapain harus bilang kayak gitu coba,?! Huhh" ia memaki maki dirinya sendiri.
"Oke, anggap aja Lo nggak bilang kayak tadi, anggap aja nggak ada apa-apa. Tarik napas" ia menarik napasnya dalam dalam.
"..., Buang" lalu membuangnya.
"Oke, calm down" Syila memegangi dadanya yang berdetak cepat dari sebelumnya.
.
."Cieee, yang udah mulai cinta" suara ledekan dari sebrang sana, membuat wajah Syila merah padam.
"Udah deh om, mending Lo buruan jemput fahrinya, assalamualaikum" setelah itu ia mematikan sepihak panggilan teleponnya.
"Ngeselin" grutunya.
.
.Syila beranjak dari duduknya, ketika mendengar suara deru mesin mobil yang terdengar sampai ruang tengah. Dan beberapa menit kemudian tibalah Fahri dan zakhir yang beriringan masuk.
"Assalamualaikum" ucap keduanya.
Dan Syila pun membalasnya. "Waalaikumsallam" ia menghampiri keduanya untuk menyalami mereka, tibanya di fahri, saat menyentuh tangannya Syila merasakan tangan sang empu yang hangat.
Dengan tiba-tiba Syila berjinjit menyamakan tingginya dengan Fahri ia menatap Fahri sejenak dan---
Deg
Syila menempelkan pipinya dengan pipi sang Fahri. Fahri terdiam, merasakan sesuatu yang dingin di area pipinya. Kini jantungnya tak bisa di kondisikan.
"Disini masih ada orang, kalo mau kayak gituan mending dikamar lebih leluasa" cibir zakhir, setelah itu berlalu dari hadapan keduanya.
Syila melepaskan tautan pipinya. Ia menempelkan punggung tangannya di kening sang empu, ia juga memegangi leher dan lengan tangan sang empu. "Tubuh Lo anget" ucapnya.
"Lo sekarang nggak enak badan?"
Fahri mengangguk.
"Kita ke meja makan, Lo harus makan" ucapnya sambil melangkah kakinya menuju ruang makan, diikuti dengan Fahri dibelakangnya.
Sesampainya di meja makan, Fahri duduk di kursi. Sedangkan Syila ia menyiapkan nasi yang hanya tersisa sedikit dan telur yang ia barusan goreng.
"Maaf kalo cuman adanya telur" Syila menaruh piring yang sudah berisikan nasi dan lauk pauk, di depan Fahri.
"Lo makan dulu, abis itu minum Obat" ucapnya. Fahri hanya mengangguk, menatap nasi yang diatasnya berisikan telon yang sudah di dadar.
"Gue udah coba, rasnya nggak hambar kok, udah gue kasih garam sama cabe" ujar Syila. Fahri hanya berdehem, ia mulai menyendokkan nasi dan telur secara bersamaan masuk kedalam mulutnya.
Syila datang dengan membawa sebungkus obat dan gelas yang berisikan air minum.
"Abis makan, langsung minum obat" ia duduk bersebelahan dengan fahri, sambil membukakan bungkus obat.
Fahri yang sudah menyelesaikan makannya menoleh pada Syila yang tengah memberikannya minum.
"Makasih" ucapnya dengan mengulas senyum. Syila hanya mengangguk. Tak lupa ia juga memberikan obat yang sudah ia keluarkan dari bungkusnya.
TBC~
24/4/22
KAMU SEDANG MEMBACA
Ning Syila || END
Teen FictionJudul Squelnya: Fa'arsy Start: Sel, 19 okt 2021 End: Min, 1 Mei 2022 jangan lupa tinggalkan jejak disini!!! ⚠️ ceritanya ga jelas tapi jelas, terus banyak typoooo juga, maaapkeun. ️