BAB 39

9.9K 624 20
                                    

Selamat membaca~

"Maaf pak, saya benar benar ngak sengaja" ucap si pelaku.

"Ngak apa apa, hanya sebuah mangkuk"

"Sekali lagi saya minta maaf," laki laki itu merogoh saku depan celana training nya

"..., Mungkin ini tak seberapa, semoga bisa membeli mangkuk yang baru" ucapnya sambil menyodorkan lebaran merah di tanah kanannya dan tangan kirinya memegang pergelangan tangan kanan.

"Saya ikhlas, tidak usah" tolak si penjual itu.

"Udah pak, terima aja, anggap aja rezeki" timpal syila sambil tersenyum, ia mencomot lembar mereah itu lalu menyodorkannya ke di penjual itu.

Sedangkan si pelaku keget dengan syila yang tiba tiba mengambil uangnya.

"..., Terima pak" keukehnya.

Si penjual tampak ragu, ia melihat tatapan syila yang sepertinya keukeh untuk ia menerima uang tersebut.

Penjual itu akhirnya mengangguk, "saya terima ya mbak, mas, sekali lagi makasih" ucapnya.

"Sama sama pak, saya juga minta maaf" ucap laki laki itu.

"Sudah saya maafkan" ucap si penjual dengan tersenyum, lalu penjual bubur itu pamit untuk melayani pembeli Kembali.

"Tunggu" ucap syila kala laki laki itu mau membalikan badannya.

Sang empu mengerutkan keningnya, "..., Muka Lo dah baikan?" Tanya syila.

"Alhamdulillah sudah lumayan membaik" ucapnya.

"Alhamdulillah kalo gitu" ucapKemarin kan gue dah bilang Lo tunggu dulu sambil duduk, pas gue balik lagi lo udh ngak ada, apa Lo ngk denger apa yang gue bilang?"

"Sebelum saya pergi, saya sudah pamit tapi tak ada jawaban, saya menunggu sekitar 5 menit untuk mendapat jawaban tapi tak ada yang balas, karna, urusan saya waktunitu amhat penting saya segera pergi" jelas Fahri panjang lebar.

"Loh tapi gue kok ngak denger" gumam syila kecil, "sorry, mungkin ini kesalahan gue, waktu itu gue banyak omong ngak Langung sampein intinya ke ortu dan malah ada perdebatan kecil sampe lupain Lo" ucap syila dengan rasa bersalah.

Tiba tiba seseorang datang lalu menepuk bahu kiri Fahri, "astaghfirullah" Fahri mengusap dadanya kaget karena da yang menepuk bahunya lumayan kencang. Ia langsung menatap pelaku.

"Gus, l-larinya kecepatan, s-saya sampe ngos-ngosan ngejarnya" ucap pria itu dengan nafas yang tersengal-sengal. Seperti habis di kejar anjing saja.

"Bukan salah saya, kan kamu yang lebih milih makan dari pada ikut lari sama saya"

Pria itu lebih dulu menarik napas dalam-dalam lalu, ia hembuskan sebelum berucap, "gini loh Gus, bukan saya lebih memilih makan dari pada Gus, tapi sayang, kalo makanan para pedagang di pinggir jalan di anggurin saja jadi saya berinisiatif untuk berhenti lari sejenak untuk membeli jualan para pedagang itu pada saya" jelas pria itu panjang lebar yang sering di panggil Dodi.

"Sekarepmu lah"

"Loh Gus, masa gitu doang Jenengan ngambek Gus, seperti cewek" ucap Dodi.

Fahri segera menatap tajam pada sange empu, jelas jelas ia cowok, masa seperti cewek!.

Yang di tatap hanya menyengir sekaligus menciut deng tatapan Fahri, benar benar tajam bahkan melebihi silet.

"Canda Gus" ucap Dodi sambil menampilkan cengirannya.

"Ri , gue pamit dulu, takut ganggu kalian, gue permisi, assalamualaikum" setelah itu syila berlalu pergi meninggalkan dua pria yang menatap kepergian syila.

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang