BAB 48

11.6K 654 40
                                    

Selamat membaca~

Hening.

Keduanya sama-sama terdiam tak ada yang membuka percakapan terlebih dahulu. Syila menatap orang di depannya yang menundukkan pandangannya.

"Gau mau tanya alasan Lo menerima perjodohan ini?" Tanya syila.

"Saya menerima perjodohan atas dasar diri saya sendiri"

"Ngak usah bohong, Kalo Lo Nerima perjodohan ini dengan terpaksa, ya kan?" syila terkekeh.

Kali ini fadii berani menatap syila walau hanya sebentar. "Saya benar-benar menerima perjodohan ini atas dasar hati saya, dan mungkin ini adalah jalan yang Allah berikan untuk saya" jelas fadii kesekian kalinya.

Syila yang mendengar itu mendelik. "Setelah Lo tau kelakuan gue, no akhlakles dan tata bicara gue?" Tanyanya.

Fadii berdehem. "Kelakuan mu yang buruk itu pasti bisa diubah dengan adanya kemauan, jika ingin berubah maka niatkan lah dari hati" ucapnya.

Syila terdiam, laki laki di depannya sangat pintar sekali berbicara.

Hening

Keduanya sama-sama terdiam, syila yang sibuk dengan pikirannya begitupun fadii. Sesekali ia menatap orang yang didepannya.

Jika kalian berfikir mereka hanya berdua?tentu tidak!, Mang shobir setia menemani mereka berdua dari kejauhan, sekitar 5 meter darinya.

"kalo boleh tau, umur Lo berapa?" syila tertanya sekaligus memecahkan keheningan. Bukan apa apa ia berbicara seperti ini, ia hanya ingin tau berapa umur pria yang di jodohkan dengannya, lebih muda atau lebih tua.

"27" singkatnya.

Mendengar hal itu sontak syila terkejut atas ucapan sang empu. "Lo bercanda?" Tanyanya tak percaya.

Fadii jelas menggeleng, untuk apa ia berbohong untuk masalah umur. "Saya tidak bercanda, umur saya memang segitu 27, tidak kurang dan tidak di lebihkan" jelasnya.

Syila masih tak menyangka jika orang di depannya berumur hampir kepala 3. "Tapi muka Lo ngak kaya om-om" ujarnya.

Memang benar, wajah fadii tak terlihat seperti orang 27 yang akan memasuki kepala 3. Tetapi terlihat seperti anak yang baru menyelesaikan SMA nya.

Fadii mendengar penjelasan itu terkekeh. "Sudah sering saya mendengar ucapan seperti itu, termasuk kamu. Setiap saya jalan dengan adik saya, adik saya sering dikira kakak, dan saya adiknya" fadii kembali teringat ketika ia sedang membeli nasi goreng bersama sang adik, dan penjual nasi goreng itu mengira fadii adalah adik, dan adiknya adalah kakak.

"Kok bisa?"

"Bisa saja, saya dan adik saya tingginya berbeda, sedikit" jelasnya.

Syila Memanggut-mangutkan kepalanya mengerti. "Berarti tinggian adek Lo dong?"

Fadii mengangguk. "Ya, hanya beda beberapa senti saja"

Bisa di kira kira tinggi Fadii 175 sedangkan dia 160, apakabar dengan adiknya? 180?.

"Lo beda berapa tahun sama adek Lo?"

"8 tahun"

Syila lumayan terkejut, sangat beda jauh. "Berarti adek Lo sekarang umur 19 tahun dong?"

Fadii menganggukkan kepalanya. "Benar, sekarang ia sedang fokus ujian" Syila Memanggut-mangutkan kepalanya.

kenapa gua ngak di jodohin sama adiknya aje_syila membatin.

Keduanya berbincang-bincang kecil di temani dengan Mang shobir yang tengah memejamkan matanya, tetapi tubuhnya duduk tegap, sesekali kepalanya oleng karnanyak kuasa menahan kantuk yang menjalar di kepalanya.

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang