BAB 9

17.9K 813 6
                                    

Setiap part akan aku tambahin gitu kalo ada yang kurang dan sedikit alur akan berubah jadi dibaca ulang ya😊

Selamat membaca~

"Good pagi, mother, father" ujar syila dari atas tangga lalu berjalan menuju meja makan.

"Pagi" ucap mereka.

Sania menyodorkan nasi beserta lauknya ke Sang anak "bunda, syila ngak mau sayur"ucap syila sambil menyingkirkan sayur sawi putih.

Sania menatap tajam Sang anak
"makan, sayur itu sehat" syila menggeleng sambil memasang muka tertekan.

"Ngak mau, dibilang syila ngak suka, bunda mah maksa orangnya" keukehnyaa.

"Makan ngak? Atau bunda ngak kasih saku kamu!" ancamnya.

"Selalu gitu kalo ngak mau nurutin uang jajan yang kena" cibir syila, "coba gua orangnya hemat ngak bakal uang gua abis"gumamnya.

Di sela-sela sela makan syila baru teringat mobilnya masih berada di rumah sang kakek "astaga" ucap syila.

"Bukan astaga arsyila, astaghfirullah. Kalo mau lengkapnya astaghfirullahalazim" tegur Zidan.

Syila menyengir "iya, astaghfirullah. syila lupa mobil syila masih di rumah abah yah, nanti gimana syila ke sekolah?"

Zidan dan Sania saling bertatapan "nanti kamu pake supir berangkat sama pulang sekolahnya" ucap Zidan.

Syila melongo tak percaya "lah, kok gitu sih, pake acara supir segala, emang syila ngak bisa naik mobil sendiri apa?!"

"Biar kamu pulang tepat waktu kalo pake supir, bunda bilang, kamu pulangnya malam terus kalo ayah lembur kerjanya" jelas Zidan.

"Yah kok gitu sih, bener deh syila janji ngak bakal pulang telat lagi"

Zidan menggeleng " no no no, kamu tetap di antar supir" ucapnya keukeh.

Sania yang melihat keributan suami dan anaknya tak mau ikut campur lebih baik ia mencuci piring saja.

"Yah syila mohon, syila janji kalo pulang sekolah langsung balik kerumah"

"Promise" ucap Zidan sambil mengulurkan tangannya untuk di jabat.

Syila yang melihat itu langsung mengambil tangan sang ayah untuk di jabat sebagai tanda perjanjian "promise dad" syila mencium kedua pipi Sang ayah. Dan berlari ke arah dapur untuk pamit ke bundanya.

"Bund" ucap syila sambil mengadakan tangan kanannya. Sania menganguk lantas menerima untuk ia cium.

"Bund" ucap syila lagi.

"Apa, kan tadi udah salimnya"

"Uang jajan bund"

Sania membersihkan tangannya dari busa-busa cuci piring lalu beranjak ke arah buvet di dekat kulkas ia mengambil uang di dompet miliknya "nih" ucapnya sambil menyodorkan dua lembar uang bewarna biru.

Syila menerimanya lantas menyengir semangat "bunda kesambet apa tumbet ngasih dua lembar biasanya atu"ucap syila.

"Iya, bunda sekalian sedekah sama orang yang ngak mampu" celetuk Sania santai.

Syila yang mendengarnya memasang muka masam "sabar, anak sabar di sayang Allah" gumamnya " eh tapi gua anak pak Zidan bukan anak pak sabar" ucapnya.

.
.
.
.
.

Syila berjalan ke arah kelasnya di lantai dua. Dari kejauhan syila memicingkan matanya menatap tak suka kepada laki laki yang berdiri di depan kelasnya " minggir lo" ucap syila tetapi sang empu tak mengindahkan ucapannya.

Ning Syila || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang