6.kegilaan

16.3K 403 9
                                    

"Cih dasar boss jahanam..!" Umpat Vianka kesal sambil menekan keyboard di komputer nya dengan brutal.

Untung saja Vianka adalah orang yang cerdas dan dengan sedikit bertanya pada Daniel akhirnya dia bisa mengerjakan beberapa file yang diserahkan Gerald seenak hati. Bibir manis itu bahkan tak henti henti nya mengumpat sejak satu jam yang lalu ketika semua file itu dikirimkan Gerald Via email namun menolak untuk menjelaskan rinci pekerjaan tersebut dengan alasan sibuk.

Padahal apa susah nya meluangkan waktu sebentar untuk memberikannya penjelasan singkat seperti Daniel yang ditengah kesibukannya meski berbeda divisi tapi bersedia membantu dan memberikannya penjelasan serta mencontohkan bagaimana cara menyelesaikan file itu dengan baik dan Daniel melakukannya hanya dalam waktu 10 menit. Dan kenapa Gerald yang adalah bossnya bahkan tidak Sudi meluangkan 10 menitnya untuk sang sekretaris.

Vianka sukses dibuat dongkol. Bahkan wajahnya di tekuk sepanjang hari karena kesal dengan sang atasan. Dan kini ketika semua file itu telah selesai dan siap untuk di serahkannya pada sang atasan dia mengetuk pintu sang CEO secara brutal dan membuka nya tanpa menunggu persetujuan terlebih dahulu.

Vianka melihat Gerald terkejut akan kedatangan dirinya namun seketika rautnya berubah lagi seperti biasa

"Ada apa..?" Tanya sang CEO dengan dingin sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Ini Pak, file nya sudah selesai.." ketus Vianka dan menumpuk Map map yang dibawanya di atas meja Gerald.

Lelaki tampan itu mengangkat sebelah alisnya tak percaya jika sang sekretaris telah menyelesaikan semua file tersebut dalam waktu singkat yang padahal awalnya mengeluh tidak mengerti dengan berkas yang diberikan Gerald.

"Saya hanya ingin menyerahkan itu saja, permisi..!" Kata Vianka masih dengan nada kesalnya membuat Gerald sedikitnya merasa bersalah namun tertutupi dengan keangkuhan sebagai atasan dan dia merasa berhak memberikan tugas apapun pada bawahannya.

"Tunggu dulu.."

Suara Gerald membuat Vianka gemas, gemas ingin melumat nya sampai halus di dalam cobek. Namun dia berbalik menghadap Gerald dengan sebuah senyum yang dipaksakan.

"Ya Pak, ada perlu apa lagi..?"

"Kemari.. Kau harus mendeksripsikan pekerjaan mu terlebih dahulu agar aku yakin kau benar benar mengerjakan nya sendiri tanpa bantuan orang lain.." kata Gerald dengan angkuh bahkan tanpa menatapnya sang sekeretaris sedikitpun, dan memilih memandangi komputernya dengan seksama.

Vianka menarik nafas kasar dan menghentakkan kakinya keras keras ke lantai agar sang atasan tau betapa kesal dirinya sekarang. Namun langkah kaki nya tak pelak tetap mendekat kearah Gerald dan berdiri tepat disamping kursi sang CEO.

"Begini pak..." Dan Vianka pun menjelaskan satu persatu isi map yang berisi berkas dan file penting perusahaan yang sudah dia input dan rekap ulang serta menganalisisnya dengan singkat dan jelas kepada sang atasan yang malah bukannya fokus pada apa yang dikatakan Vianka malah fokus pada bibir mungil kemerah mudaan yang kini tengah berkomat Kamit tepat di depan wajahnya karena posisi Vianka yang berada di sampingnya dan sedikit membungkuk agar bisa menjelaskan lebih detail isi dari map yang dia jelaskan.

Merasa tidak ada tanggapan dari sang atasan, Vianka mengernyit heran.

"Pak.. Anda mendengarkan saya tidak.."

Deg

Tepat pada saat Vianka menoleh untuk menegur bossnya tersebut tak disangka sangka wajah Gerald yang begitu dekat dengannya membuat hidung mereka saling bersentuhan.

Mata Vianka membulat dengan kaget begitu pula dengan Gerald. Namun entah kenapa tubuh mereka seakan membeku dan memilih saling menikmati tatapan mata mereka yang saling bertubrukan. Seakan akan dunia baru saja berhenti untuk beberapa saat dan mengunci kedua pasang mata tersebut untuk saling menyelami keindahan nya masing masing

Selimut tetangga (Sudah Terbit)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang