17

4K 376 12
                                    


Hai posesif Aran kembali 🤣




































































































Chika berjalan memasuki gedung sekolahnya. Kali ini ia tidak berangkat bareng Mirza. Chika memilih berangkat bareng supirnya saja.

"Hay"ucap seseorang menahan lengan Chika.

Chika membalikan badannya, melihat orang yang dengan lancangnya memegang tangannya.
"Ngepain kamu kesini?"tanya Chika tak suka.
"Kenapa ga boleh?"tanya Rehan.
"Ya enggak lah, mending kamu pulang aja sana"desis Chika.
"Kamu ngusir calon suami kamu ini?"
"Dih, males banget"gumam Chika.
"Apa kamu bilang?!"
"Tau ah! Lepasin aku mau masuk kelas!"ucap Chika berusaha melepaskan cengkeraman Rehan.

Bukanya melepaskan Rehan malah memperkuat cengkeramannya, membuat Chika meringis kesakitan.
"S-sakit lepasin!"lirih Chika.
"Sakit kan, jadi nurut sama aku"
"Emang kamu siapa aku, bukan siapa siapa kan?!"desis Chika.

Plak!

Rehan menampar pipi mulus Chika, ia mencengkram erat kedua bahu Chika.
"S-sakit, lepasin"lirih Chika.

Bukanya melepaskan cengkeramannya, Rehan malah memperkuat cengkeramannya. Terlihat Chika yang sudah menangis karena sakit di bagian bahunya.


Buhg!!

Sepatu itu tepat sasaran mengenai kepala Rehan. Rehan melepaskan cengkeramannya, beralih memegang kepalanya yang sakit akibat lempar tadi.
"Wow estetik banget sepatunya Mirza melayang tepat sasaran mengenai kepala si cupu"ujar ollan dramatis.

Mirza berlari menghampiri Chika, ia menarik kerah baju Rehan, lalu memukulnya secara brutal. Rehan tak dapat melawan dia sudah sangat lemah karena di hajar habis habisan oleh Mirza.

"Kakak udah cukup"ucap Chika memeluk Mirza dari belakang.

Terlihat muka Mirza yang memerah padam, tangannya yang terkepal kuat. Ia benar benar marah saat tau sepupunya itu di kasari oleh Rehan.
"He anjir! Kalau gw liat lagi lu kasari adek gw, siap siap aja lo di bunuh sama Aran!"desis Mirza. Mirza membawa Chika masuk ke gedung sekolahnya meninggalkan Rehan yang masih tergeletak lemah di sana. Banyak murid murid yang menyaksikan hal tadi, membuat mereka bergidik ngerih melihat Mirza yang biasanya kocak, sekarang menjadi sangat seram.


***

Aran terus terfokus di depan laptopnya, tak jarang pula ia melewatkan makan siangnya demi menuntaskan pekerjaannya, ia ingin sekali cepat pulang dan bertemu dengan gadisnya. Entah mengapa perasaan Aran begitu tidak tenang tentang keadaan gadis kecilnya itu.

Tok tok tok!

"Masuk!"

Pintu itu terbuka, menampilkan Raquel yang membawa segelas kopi dan satu piring yang berisikan nasi dan lauk pauknya.

"Ada apa?"
"Em saya mau ngater makanan buat pak Aran"

Aran menatap Raquel dengan penuh tanya. Kenapa gadis ini begitu perduli kepadanya.
"Terimakasih, letakkan di meja itu, nanti saya makan"ujar Aran kembali melihat ke arah laptopnya.

Raquel mendekat ke meja Aran, ia menyodorkan satu sendok nasi ke mulut Aran. Aran menatap sendok yang sudah berada di hapannya. Ia mengalihkan pandangan ke arah Raquel menatap intens wajah gadis yang berada di sampingnya itu.
"Saya bisa makan sediri, letakkan saja piring itu di meja"ujar Aran.
"Makan tidak boleh di tunda, itu bisa membuat lambung pak Aran sakit"

Aran kembali menatap wajah Raquel, ia tak menjawab ucapan dari gadis itu.
"Sibuk kerja boleh, tapi harus makan"ujarnya kembali menyodorkan satu sendok nasi.
"Buka mulutnya"perintah Raquel.
Aran dengan terpaksa membuka mulutnya, menerima suapan dari Raquel.
"Pinter"ujar Raquel mengelus kepala Aran.

Aran terhipnotis dengan wajah cantik milik Raquel. Ia terus menatap Raquel, tak berapa lama ia menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya. Ia kembali menatap laya laptopnya sambil menerima suapan dari Raquel.

"Habis, sekarang minum dulu ya"

Aran menerima gelas berisikan air putih, lalu ia memberikannya kembali kepada Raquel.
"Kalau gitu saya permisi mau taruh piring ini dulu ya"
Aran menganggukkan kepalanya."terimakasih"
Raquel tersenyum manis, ia berjalan keluar ruangan Aran.

"Ada apa nih, senyum senyum"ujar Tasya yang melihat Raquel berjalan ke arah dapur kantor ambil tersenyum manis.
"Akh! Gw seneng banget hari ini"
"Kenap sih, bagi bagi dong kalau lagi seneng"
"Lo tau ga, tadi gw suapin Aran makan, dan dia mau dong"ujar Raquel senang.
"Gila sih, temen gw yang satu ini bisa banget gebet anak bos yang dinginnya kayak kutub Utara"ucap Tasya sambil terkekeh pelan.
"Yah, gw harap gw bisa dapetin Aran, dan gw mau buat dia untuk putusin pacarnya itu"
Tasya hanya menganggukkan kepalanya saja, ia tidak terlalu mau ikut campur dengan hal itu.


***


Aran berjalan menuju toilet yang berada di dalam ruangan kerjanya itu, tak lupa ia meletakkan handphonenya di atas mejanya. Ia sedikit berlari ke arah toilet itu, karena Aran sudah tak tahan menahan untuk membuang air kecil.

Raquel memasuki ruangan Aran, ia sedikit melihat ke area sekitar ruangan itu. Tidak ada tanda tanda Aran berada di ruangan ini, kemana perginya pria tampan itu. Raquel berjalan menuju meja Aran, saat Raquel berada tepat di meja Aran, terdengar handphone Aran yang berbunyi.

"Bocilnya Aran"

Itu nama si penelepon itu. Raquel mengambil handphone itu dari meja, ia bingung ingin mengangkatnya atau tidak.

"Angkat aja deh, siapa tau penting"ujarnya.

"Aran kangen mau peluk"ujar Chika dari sebrang sana.

Raquel sedikit menjauhkan telinganya. Lalu ia sedikit berfikir, dan yah ia tau siapa ini, pasti pacarnya Aran.

"Aran denger aku?"
"Kamu siapa, ngepain telfon Aran?"
"Kamu siapa, kok handphonenya Aran ada sama kamu?"
"Dih! Di tanya malah balik nanya, dasar bocil!"
"Aku mau Aran, bukan kamu, balikin handphonenya pacar aku!!"

Aran keluar dari toilet itu, ia menatap ke arah Raquel yang sedang memegang handphonenya.

"Pacarmu itu ga sayang sama kamu, di sayang sama aku, jadi bocil lebih baik kamu cari yang lain aja sana"
"Aran ga suka cewek genit kayak kamu"
"He! Bocil, enak aja lu bilangin gw cewek genit, kalau deket dah gw tabok lu"

"EHEKM!"

Raquel menoleh ke arah suara itu, matanya seketika melotot melihat Aran menatap datar dirinya.
"Udah selesai buat pacar saya cemburu?"

Raquel menaruh kembali handphonenya Aran ke atas meja, dengan masih tersambung telfonya ke Chika. Raquel menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, ia menundukkan kepalanya takut kalau ia akan di marahin oleh Aran.

Aran bejalan menuju mejanya, mengambil handphonenya yang masih terhubung dengan Chika.

"Halo sayang kenapa hm?"
"Itu siapa kok ngaku ngaku jadi pacar Aran, Chika ga suka sama dia, Aran cuma milik Chika aja tau!"ujar Chika kesal, menirukan suara anak kecil.
"Dia sekertaris aku, tadi dia cuman iseng aja, maaf ya"
"Pulang kangen mau peluk"ujar Chika manja.
"Iya sayang bentar lagi aku pulang oke, sekarang kamu tidur udah malam"
"Aran ga tidur?"
"Ini mau tidur, kamu tidur juga yah"bohong Aran.
"Iya, selamat malam Aran"
"Malam sayang"

Aran memutuskan sambungan telepon itu. Ia kembali menatap datar ke arah Raquel yang sendiri tadi hanya menundukkan kepalanya. Beruntung Chika masih polos dan ga marah kepadanya.

"Sampai kapan kamu berdiri di situ, keluar dari ruangan saya"desis Aran.
Raquel berjalan keluar dari ruangan Aran, ia tak berani menatap wajah Aran, karena menurutnya terlihat sangat mengerikan.

























































TBC...

Posesif Aran [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang