18

4K 386 11
                                    
























































Pukul menunjukan jam 12 malam, di kamarnya, Aran masih dengan setia menatap layar laptopnya. Mengecek email yang masuk. Tak lupa juga ia memeriksa berkas berkas yang menumpuk. 4 hari belakangan ini Aran sering sekali lembur, membuat kesehatan tubuhnya menurun. Namun bukan Aran namanya yang keras kepala dan tidak memperdulikan kesehatan tubuhnya sendiri

Handphone Aran berbunyi, terpampang jelas nama Raquel di sana. Aran menatap malas layar handphonenya, mau ga mau ia mengajar telfon dari Raquel, siapa tau penting.

"Halo ada apa?"

"Maaf pak Aran, kalau saya menelfon pak Aran di waktu jam istirahat"

"Ya, sekarang katakan ada apa kamu menelfon saya malam malam begini?"

"Saya cuman mau minta maaf soal kejadian tadi siang pak"

Aran menghela nafasnya. Ia langsung memutuskan sambungan telepon itu.

"Ga penting"gumamnya melanjutkan aktivitas kerjanya yang sempat tertunda.

***

"Kak Mirza"

Chika menaiki kasur Mirza, ia menggelengkan tubuh kakak sepupunya itu.

"Apa sih Chika, gw ngantuk tau!"gerutu Mirza kesal.
"Chika ga bisa tidur, mau peluk sama Aran"rengek Chika.

Mirza bangun dari tidurnya, ia menatap kesal ke arah Chika."terus gw harus apa?!"
"Mau Aran"ucapnya memanyunkan bibirnya.
"Terus gw harus terbang gitu seperti aironman menjemput Aran dari Bali dan membawanya kesini?!"
Chika menganggukkan kepalanya."iya, kalau bisa"ujarnya polos.

"Pengen gw sembelih nih anak"gumamnya kesal.
"Mending sekarang tidur sana, gw ngantuk tau"

"Mau peluk"ujar Chika merentangkan kedua tangannya.
"Ogah banget sumpah!"tolak Mirza.
"Aaaaa peluk kak Mirza hhhuuaa"tangis Chika.

Mirza mengacak rambutnya frustasi."aarrggkk, sini gw peluk!"

Chika mendekatkan tubuhnya ke Mirza, memeluk erat tubuh kakak sepupunya itu. Dengan sabarnya, Mirza mengelus punggung Chika agar adiknya itu tertidur pulas.


***

Mirza turun dari lantai dua, ia melihat ada pertikaian di ruang tamu. Dengan cepat Mirza berlari kearah ruang tamu yang berada di rumah Chika. Ia melihat Chika yang di tarik paksa oleh Rehan.

"WOY bangsat! Lepasin adik gw!!!"

Mirza langsung memukul kuat rahang Rehan, hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Berani banget lu ya, nyentuh adek gw! Belum puas lu gw buat babak belur ha?!!!"bentak Mirza.

"Gw ga ada urusannya ya sama lu, gw cuman mau Chika!"
"Chika ga mau sama lu masalahnya"jawab Mirza remeh.

"Gw calon suaminya, gw berhak atas dirinya!"
"Masih calonkan?! Belum jadi suaminya, jadi ga usah sok keras! Mending lu pergi dari sini sebelum gw patahi tuh tulang leher lu!!"desis Mirza.

Karena takut dengan ancaman Mirza, Rehan lebih memilih pergi meninggalkan rumah Chika.

"Kak Mirza, Chika takut, tangan Chika sakit, hiks"tangis Chika dalam pelukan Mirza.
"Jangan takut ya, kak Mirza ada di sini oke"ujarnya menenangkan Chika.

"Gw harus bilang sama Aran soal ini, biar dia cepat pulang dan jagain Chika dari cowok brengsek itu!"batin Mirza.



***


"Halo za, kenapa telfon gw?"tanya Aran dari sebrang sana.

"Lo cepetan pulang"

"Kenapa, kerjaan gw masih banyak"

"Chika mau di jodohkan"

"Ha?! Jodohkan, sama siapa?!"

"Yang pasti, laki laki itu ga baik buat Chika, dia selama dekat dengan Chika, selalu berbuat kasar sama Chika"

"Yang jodohin siapa?!"

"Em... Kakek gw!"

"Dasar tua Bangka, gw Bakan pulang secepatnya, lo harus jagain Chika!"

Tut Tut!!

Mirza menghela nafasnya."capek bet gw dengerin ocehan Chika tiap hari"




***



Chika dan ketiga teman temannya berada di kantin, mereka dengan tenangnya memakan makanan mereka sambil berbincang-bincang kecil.

"Kak Aran kapan pulang Chik?"tanaya Eli di sela sela makannya.
"Ga tau, lama banget"gerutu Chika kesal. Ia memanyunkan bibirnya sambil menusuk nusuk nasi gorengnya.
"Bentar lagi pulang, jangan cemberut gitu dong Chik"bujuk Dey.

"Tapi, temen temennya kak Aran juga jarang banget gw liat"ujar Jinan.
"Lagi sibuk belajar mereka"jawab Chika.
"Iya sih udah kelas akhir, jadi wajib belajar"jelas Dey yang di balas anggukan oleh Jinan dan Eli.

Tiba tiba, seseorang dengan sengaja menumpahkan jus jeruk ke arah Chika, membuat baju Chika menjadi basah. Chika menoleh ke arah orang itu.

"Eh, maaf ya Chika sengaja"ucapnya sambil terkekeh.

"Eh lu anak baru jangan belagu deh!"bentak Eli, tak terima Chika jadi bahan buli oleh anak baru. Memang anak baru itu kakak kelas mereka, tapi tidak seharusnya untuk semena mena kepada adik kelasnya bukan.

"Eh! Adik kelas, lo bisa sopan ga, kali ngomong sama kakak kelas!"
"Dih, ogah banget gw sopan sama lu!"cibir Eli.
"Kakak kenapa siram aku?"tanya Chika, sambil mengibaskan tangannya ke bajunya.

"Kenapa ga suka lo!"ucap murid itu.
"Dih, ga jelas nih cewek"gumam jinan.

Semua orang yang berada di kantin hanya bisa melihat saja, karena mereka tidak berani ikut campur dengan masalah itu. Apa lagi ada Chika di sana, menjadi korban pembelian anak baru yang bernama fiony itu.

"Udah puas lo buli adek gw!"ucap seseorang pria, mereka semua mengalihkan pandangannya kepada pria itu.
"Lo itu mau apa sih fio?!"

"Gw mau, adek lo yang bocil ini, putus dari Aran!"desis Fiony.
"Lo siapa, ngatur ngatur adek gw, asal lu tau ya, Aran ga suka sama lu, jadi jangan ganjen jadi cewek!"

Fiony mendengus kesal."lo liat aja nanti, adek lo itu bakalan putus dari Aran.

Bertapa ingin sekali Mirza menampar mulut Fiony itu. Tapi ia sadar, ini masih di lingkungan sekolah, ga baik buat perkara karena hal sepele.

Fiony meninggalkan kantin itu. Mirza berjalan menghampiri Chika, terlihat Chika yang mulai kedinginan karena separuh bajunya basah kuyup karena tumpahan jus itu.

"Ikut kakak ke koperasi, kita beli seragam baru"ujar Mirza yang di balas anggukan oleh Chika.

"Oh ya, ini buat bayar makanannya Chika" Mirza meletakan uang lima puluh ribu di atas meja, lalu ia membawa Chika ke luar dari area kantin.

"EHEKM! Makanan kita kayaknya kagak sampai lima puluh ribu deh!"ujar Eli.

"Ga papa, sisanya beli permen"ujar Jinan mengambil uang lima puluh ribu itu, membawanya ke kasir.

"Eits! Bagi dua!!"ujar Eli mengejar Jinan.

Dey hanya menatap cengo ke arah dua temannya itu. Ia lebih memilih melanjutkan makannya yang sempat tertunda tadi.































TBC...

Posesif Aran [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang