31

3.6K 382 59
                                    

Marah-marah Mulu  ಥ_ಥ






















Chika menoleh ke arah belakang, dan bertapa terkejutnya ia, saat kakeknya jga berada di tempat yang menyeramkan itu.

"kakek, chika takut!"ucap chika memeluk erat tubuh kakeknya.

"tidak usah takut, kau aman bersamaku"ujar Rian.

"ikut bersama kakek mau?"tanya Rian.

Chika menganggukkan kepalanya.

"ayo, kakek ada kejutan buat kamu"ujar Rian tersenyum miring.

Mirza dan teman temanya masih melawan pria berbaju hitam itu. Tak selang beberapa lama, bodyguard aran datang dan membantu mereka bertiga.

"tuan, apa kau baik baik saja?"

"saya baik baik aja, tolong lumpuhkan mereka semua!"perintah mriza.

"baik tuan!"

"mirza!"teriak zee.

"apa?"

"chika tidak ada di tempatnya!"

"SIAL!!"teriak mirza.



***


"tempat apa ini kek?"tanya chika.

Ruangan itu penuh dengan darah manusia yang berserakan bau amis masuk ke indra penciuman Chika.

Rian tidak membalas ucapan chika, ia hanya terus berjalan sampai tepat di depan seorang pria yang tergantung di depan mereka.

Pria itu menundukkan kepalanya, sehingga chika tidak mengenali sosok pria itu.

"Siapa dia, kenapa dia di gantung?"tanya Chika polos.

Rian menoleh ke arah Chika, ia tersenyum tipis.

"Dia, orang yang main main dengan kakek, hari ini dia akan di bunuh"ucap Rian.

"Apa kau ingin melihatnya mati?"tanya Rian.

Chika terdiam sejenak, lalu ia menganggukkan kepalanya.

"Sepertinya seru"ujar Chika girang.

"Bagus, kalau begitu, ambil pistol di meja ujung sana"ucap Rian.

Chika menganggukkan kepalanya."oke"

Saat Chika berjalan menuju meja untuk mengambil pistol yang di maksud oleh kakeknya, Rian berjalan mendekati Aran. Ia melihat Aran yang tengah memejamkan matanya, sesekali Aran meringis kesakitan.

"Hey, kau tak mau melihat siapa yang akan membuat mu pulang ke tuhan mu?"ucap Rian.

Aran membuka matanya secara perlahan, ia menatap benci kepada Rian.

"Apa kau tak mau melihatnya?"tanya Rian lagi.

Rian menjambak rambut Aran, hingga membuat Aran mendongakkan kepalanya.

"Lihat, gadis itu yang kau cintai yang akan membunuhmu mu"ujar Rian terkekeh kecil.

"C-chika"ucap Aran sedikit kuat, tapi terdengar lirih.

Chika yang di sebut namanya pun menoleh ke arah seseorang yang tengah di gantung. Sontak saja, pistol yang ia pegang jatuh terbanting ke lantai. Ia sangat terkejut dengan apa yang ia lihat, ternyata pria yang di gantung itu adalah Aran.

Wajah yang babak belur dan di penuhi oleh darah. Pergelangan tangan yang sudah sangat putih pucat, di hiaskan dengan darah merah yang sudah mengering. Kondisi pria itu sangat amat miris sekali.

Chika berlari ke arah Aran, namun dua orang pria berbaju hitam memegangi tubuh Chika.

"Kenapa Chika, bukan kau mau dia mati?"ucap Rian.

"Enggak Chika ga mau, Chika mau Aran hiks Aran Chika mau peluk hiks!"tangis Chika, meronta ronta agar terlepas dari genggaman pria berbaju hitam itu.

Aran hanya tersenyum tipis melihat gadisnya menangis sambil merentangkan kedua tangannya.

"Ke tiga anak ini sudah kami lumpuhkan bos"

Rian menoleh ke arah para pengawalnya. Ia tersenyum senang karena pengawalnya itu berhasil menangkap ketiga temannya Aran.

Rian menghampiri mereka, lalu ia menjambak rambut salah satu pria itu.

"Kau sangat miris sekali cucu ku"ucap Rian sedikit terkekeh.

"Kau adalah pria terkejam kakek tua!"ucap Mirza dengan penuh penekanan.

"Hahahaha! Ya, emang benar, saya kejam. Dan saya suka itu"ucap Rian, lalu ia melepaskan cengkeramannya dari rambut Mirza.

Rian berjalan menghampiri Chika yang masih menangis. Lalu ia mengeluarkan pistol dari saku celananya.

"Ayo, tembak ke arah pria itu" ujar Rian memberikan pistolnya kepada Chika.

"Gak! Chika ga mau, hiks lepasin Aran Kakek"lirih Chika.

Tak berapa lama, Rehan datang membawa peti mati.

"Wah, ada apa ini, ternyata semuanya ingin melihat Aran untuk terakhir kalinya ya"ucap Rehan dengan terkekeh kecil.

"Wow Chik, kamu juga, seharusnya aku menjemputmu tadi, jika kau ingin melihat Aran yang terakhir kalinya"ucap Rehan, ia mendekati Aran.

"Lihat lah, pacar kesayangan mu itu akan membunuhmu"ujar Rehan tersenyum licik.

"Kau kira aku takut mati?"ucap Aran lantang, membuat Rehan emosi.

Bugh!

Rehan menendang keras perut Aran, membuat Aran kembali terbatuk darah.

Chika yang melihat itu menangis histeris, ia meronta-ronta agar terlepas dari genggaman tangan pria berbaju hitam itu.

"Hiks, Jangan sakiti Aran hiks!!"tangis Chika histeris.

"Sssstttt, ayolah jangan menangis, sekarang kamu tembak sampai dia mati"ucap Rian menaruh pistol ke tangan Chika.

"C-chika ga mau kakek"lirih Chika.

"CEPAT CHIKA!!"bentak Rian.

"Jangan membuat ku marah"lanjut Rian.

Kedua pria berbaju hitam itu melepaskan Chika. Chika melihat sendu ke arah Aran yang sedari tadi memberikan senyum manis kepada Chika.

"Ayo Chika, jangan membuang waktu ku!"ucap Rian.

Chika berjalan sedikit maju, lalu ia mengarahkan pistol itu tepat ke arah Aran.

Aran hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, seakan akan, ia tidak apa apa jika di tembak mati oleh Chika.

"Chika jangan, jangan tembak Aran"ujar Mirza.

"Jangan Chik, jangan!"ucap Zee.

"Ayo Chika, tembak sekarang!!"teriak Rian.

Chika menarik nafasnya dalam dalam, lalu ia memejamkan matanya, dan...

Dor!!!

"Maaf"lirih Chika.































TBC...

Posesif Aran [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang