34

5K 309 47
                                    

Tidak semudah itu rumah tangga mereka menjadi akur. Ibu Abizhar melakukan semua yang dia bisa untuk menyabotase keutuhan hubungan Abizhar dan Shelina. Didatanginya Rafi di kantor pria itu, kemudian dia melempar selembar cek ke muka pria itu.

Sebelum Shelina mengalami kecelakaan hebat itu, beberapa bulan sebelumnya Bu Lila membayar Rafi, suami sepupu Shelina yang terkenal materialistis itu untuk menggoda Shelina. Tujuannya agar Abizhar tambah membenci Shelina dan tidak jatuh cinta pada Shelina. Selain itu, Bu Lila ingin Abizhar mengingat Shelina sebagai perempuan nakal yang tidak seharusnya dijadikan istri.

Bu Lila menghendaki Abizhar menjadi suami seorang perempuan. Seorang perempuan yang masih tabu untuk disebutkan namanya.

Seharusnya setelah perselingkuhan yang dilakukan Shelina terkuak ke permukaan dan dia melahirkan anak laki-lakinya, Abizhar bisa dengan mudah untuk menceraikan Shelina dan memperoleh tanah di Kebon Kacang. Sayangnya, kecelakaan itu naas terjadi dan justru menyelamatkan rumah tangga Shelina. Ironi!

"Kau bilang, kau akan membuat mereka bubar," kata Bu Lila geram. "Saya tidak mengeluarkan uang sedikit, Rafi! Berapa? Ya, modal yang aku keluarkan untuk perusahaanmu dua puluh milyar, bukan? Apakah itu tidak cukup untuk menggoda Shelina?"

Rafi tertawa, memandang rendah ke ibu Abizhar. Ditiupnya cek itu hingga terjatuh. "Apakah Anda tidak tahu, Ibu Suri? Shelina lupa ingatan. Dia menemui saya untuk menanyakan hubungan kami," jawab Rafi santai.

"Saya tidak mau tahu. Kau harus membuat mereka bercerai. Melebur. Bubar!" bentak Bu Lila.

"Apa yang bisa saya lakukan? Malahan, anak Ibu sendiri yang terlihat posesif kepada Shelina. Saya rasa, dia mulai memiliki rasa terhadap Shelina.."

"Omong kosong! Kalau mereka tak kunjung bercerai, kau harus kembalikan semua uang yang saya berikan padamu!"

"Anda tidak bisa melakukan itu." Rafi berdiri, menatap tajam pada Bu Lila. Dia tidak takut pada perempuan tua itu. "Perjanjiannya adalah merayu Shelina sampai dia mau tidur dengan saya. Apa lagi yang bisa Anda lakukan?" Dia mendekati Bu Lila, memandangnya lebih dekat. Deru napasnya dibiarkannya mengibas rambut tipis di wajah Bu Lila.

Bu Lila tampak takut ditatap tajam oleh Rafi. Dia mundur, namun Rafi menahan kedua bahunya. Mata Bu Lila membesar karena terkejut.

"Saya tahu suami Anda yang sekarat itu tidak bisa memuaskan Anda. Tidak hanya sekarang, tapi juga dari dulu. Itulah sebabnya Anda berselingkuh dengan ayah Shelina." Rafi tersenyum licik. Dia tahu informasi itu dari rumor yang beredar di internet. Rumor itu tidak pernah hilang, seakan dibiarkan saja orang lain tahu. Dan entah mengapa Rafi yakin, bahwa Bu Lila-lah yang sengaja menyebarkan berita itu. Bisa saja kan, agar Pak Edward yang masih ganteng itu tetap teringat pada Bu Lila?

"Kau... Kau mau apa," desis Bu Lila cemas.

Rafi menarik Bu Lila lebih mendekat padanya. Dipagutnya bibir Bu Lila dengan ganas. Didorongnya Bu Lila ke sofa di ruang kerjanya.

Bu Lila tidak pernah sepuas itu setelah hubungannya dengan Edward berakhir. Dia berakhir dengan perasaan puas. Senyumnya mengembang, kemudian menarik Rafi untuk masuk lebih dalam lagi.

**

Siang itu Pak Edward mengajak Shelina dan Abizhar makan siang bersama di sebuah restoran mewah. Pak Edward memberi kabar gembira pada mereka. Pertama, investor yang tadinya mau berhenti mendanai proyek Shelina, akhirnya setuju untuk kembali memberi modal. Hal itu berhasil setelah Pak Edward bernegosiasi dengan caranya sendiri. Yang kedua, Pak Edward akan mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama di perusahaan semennya, dan dia menawarkan jabatan itu pada Shelina atau Abizhar.

"Kalian rundingkan saja siapa yang mau," kata Pak Edward, kemudian memasukkan steak ke mulutnya. "Sudah saatnya Papa mengurangi porsi kerja Papa dan pelan-pelan meninggalkan perusahaan. Papa ingin, di usia yang sekarang, menghabiskan waktu bermain golf dan keliling dunia."

Shelina menatap Abizhar seolah mengingatkan perbincangan mereka tempo hari. Kau kan bisa bekerja di perusahaanku, atau kita membangun perusahaan baru yang tidak ada sangkutpautnya dengan keluarga kita, itu yang dikatakan Shelina pada suaminya. Shelina berharap, tidak ada satu pun dari mereka yang maju untuk menjadi Direktur Utama.

Hati Shelina terasa nyeri saat melihat anggukan kepala Abizhar. Kenyeriannya semakin menjadi saat Abizhar menggenggam tangannya. "Kami akan mendiskusikan itu, Pa. Siapa pun yang akan jadi Dirut, kami berjanji untuk tidak mengecewakan Papa," katanya, ditambahkan senyum pada ayah Abizhar.

Dasar kau pria brengsek, maki Shelina dalam hati. Terang-terangan dia melepaskan tangannya dari Abizhar. Kukira nilaiku lebih tinggi daripada jabatan! Rupanya dia tak kunjung berubah. Dia masih ingin perang denganku. Dia tidak sungguh-sungguh ingin membangun bahtera rumah tangga yang bahagia denganku!

"Saya paling suka dengan kepercayaan dirimu, Abi." Pak Edward memberi senyum bangga pada Abizhar. "Saya dengar, kau juga memberi profit dua puluh persen dibandingkan tahun lalu. Bravo. Tidak salah Shelina memilihmu sebagai suami. Kau sangat berbakat. Meski pun, kau tidak sedarah dengan orangtuamu."

"Papa," tegur Shelina melotot. Dia tidak suka dengan Abizhar tapi mengangkat topik bahwa Abizhar anak angkat juga bukanlah hal yang bijak.

"Tidak apa-apa, Shelina, aku malah senang diingatkan mengenai asal-muasalku," jawab Abizhar santai.

Ya tentu saja, keluh Shelina. Coba aku yang mengatakannya, pasti akan dibentaknya aku olehmu!


*Semoga kalian suka cerita ini*

Cerita ini bisa kalian baca di GoodNovel, ya

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang