61

11.2K 505 83
                                    

Pak Edward marah besar pada Shelina. Selama ini dia tidak pernah memarahi anaknya di kantor dengan sengit. Suara bentakannya menjadi perhatian bagi karyawan-karyawannya yang berada satu lantai dengan ruang kerja Shelina.

Apa yang dikatakan Pak Edward tidak terdengar jelas karena pintu ruang kerja Shelina yang ditutup. Mereka juga tidak bisa menduga apa yang terjadi di antara bos mereka dengan bos besar. Setelah satu jam setengah suara Pak Edward tak berhenti menggema, salah satu karyawan menelepon asisten Shelina, berharap segera menghentikan pertengkaran ayah dan anak itu, mengingat sudah satu rapat dibatalkan karena Shelina sibuk dimarahi.

Di dalam ruang kerjanya, Shelina duduk di lantai sementara ayahnya berdiri menjulang di hadapannya.

"Ariadi pasti sedang tertawa terbahak-bahak sekarang. Dia berhasil membuat anak musuhnya menjadi cinta buta. Ya, apa lagi kalau bukan buta namanya? Sudah dikhianati, hampir dibunuh, bahkan kau sempat dilaporkan pada polisi, kau masih menjalin kerjasama dengan perusahaan mereka!" geram Pak Edward murka. "Shelina, memberi restu pada kau untuk menikah dengan pria yang tak jelas asal-usulnya adalah kebodohan Papa, tapi kau masih memberi proyek-proyek besar pada mereka yang telah menghina kita adalah kebodohan kau!"

Shelina tidak menjawab apapun. Diterimanya amukan itu dengan lapang.

"Jangan bicara soal hukum. Membatalkan kontrak adalah hal yang sangat lumrah. Bahkan, lebih rugi mereka sebagai kontraktor kehilangan klien daripada kita yang tinggal menunjuk! Jangan anggap ayahmu ini bodoh dengan omonganmu yang berlagak lurus!"

Dan entah berapa jam ayahnya marah dengan kalimat yang berbeda-beda tapi intinya sama: Shelina bodoh tidak membatalkan kontrak kerjasama dengan keluarga Abizhar.

"Suamimu yang bajingan itu harus kehilangan semuanya!" tandas ayahnya. "Papa masih ingat bagaimana kedekatannya dengan Lila. Bagaimana dia menjadi pengecut tidak bisa melindungi istrinya sendiri! Dia tidak bisa menjadi suami yang diharapkan wanita kuat dan terhormat sepertimu. Papa tidak bisa terima kau bahkan datang ke rumah Ariadi hanya untuk meminta agar Abizhar yang tidak ada gunanya itu tetap menjadi direktur di perusahaannya!"

"Keadaannya tidak semudah itu," akhirnya Shelina membuka suara. "Aku tidak bisa menganggap aku pihak yang benar."

"Apa maksud omongamu? Belum cukup dengan kesialan yang kau terima sejak menjadi istri Abizhar, hah?"

"Anak itu. Anak yang dikubur Abizhar. Anak yang proses pemakamannya tidak Papa datangi."

"Apa?"

"Anak itu bukan anak Abizhar."

"Anak itu sudah mati. Apa masalahnya?"

Shelina menengadahkan kepalanya. Matanya menatap ayahnya tidak percaya. "Tentu itu masalah! Aku dirundung perasaan bersalah karena aku telah mengkhianati Abizhar. Aku mengandung anak pria lain. Dengan dosaku yang sebesar itu, aku harus menebusnya dengan berbaik hati pada Abizhar dan keluarganya! Karena aku, dia harus menderita hidup dengan perempuan yang tidak dicintainya. Karena aku juga Yuni harus lumpuh."

"Perasaan bersalah? Hah!" Ayahnya tertawa terbahak-bahak. "Saat Abizhar menikahimu dia sudah tahu risikonya. Dia sudah tahu dia harus mengorbankan semua apa yang dimilikinya untuk menjadi suamimu, termasuk percintaannya dengan kekasihnya itu! Dia juga seharusnya tidak kaget kau berkhianat dengan dia yang tidak mampu membahagiakanmu! Kenapa kau harus memikirkan perasaannya? Kenapa kau menjadi bodoh hanya karena cintamu pada Abizhar?!"

"Papa tidak mengerti karena Papa tidak pernah dihantui rasa bersalah!"

"Menurutmu setiap Papa melihatmu Papa tidak merasa bersalah?"

Sontak Shelina merasa terperanjat. "Apa maksud Papa?"

"Duduklah." Dagu Pak Edward menunjuk sofa. Dia duduk duluan diikuti Shelina yang duduk di dekatnya. "Kau adalah anak dari hasil perbuatan kotor Papa dengan Lila," sambungnya. "Fakta bahwa Lila pernah membuangmu di Panti Asuhan sudah cukup menyakiti hati Papa. Kau tahu, Shelina, Papa sangat mencintai Lila. Sebelum Papa menikahi mamamu-mama yang kau kira mama kandungmu-Papa dan Lila berhubungan dengan kuat dan intim, macam hubungan suamimu dengan perempuan Panti itu. Lila memilih Ariadi karena dijodohkan orangtua mereka dan dia tidak bisa menolak. Sebagaimana yang kau tahu, hubungan Papa dan Lila bahkan berjalan sampai setelah kami sama-sama sudah menikah, sampai dia hamil kau lebih tepatnya."

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang