42

5.6K 364 51
                                    

"Nyawanya berada di antara hidup dan mati, Shelina. Tolong maafkan dia. Aku merasa, dia tidak bisa kembali normal seperti dulu, sebab dia belum memperoleh maaf dari kau."

"Aku tidak percaya hal semacam itu, Roland. Dia bisa sembuh jika kita memberikan fasilitas yang lebih baik, bukan karena aku memaafkannya," jawab Shelina dingin. "Kapan kau berencana untuk memindahkannya? Dia tidak bisa berada di sini terus. Dan jika ketahuan, kau bisa dilaporkan Abizhar atas tuduhan pencurian jenazah, atau lebih tepatnya penculikan."

"Aku tidak melakukan tindak pidana apapun, Shelina. Aku menolong Yuni agar dia bisa selamat."

"Roland, kita sudah lama bersama, aku tidak sebodoh itu. Aku yakin kaulah yang berencana menipu Abizhar untuk membuat Yuni seolah-olah mati."

"Itu benar."

"Kita bisa memikirkan hal itu nanti, tapi sekarang kita harus bawa dia ke tempat yang lebih aman."

"Di mana itu, Shelina?"

Dihelanya napas panjang. Tidak pernah kusangka aku harus menolong perempuan murahan ini, gerutu Shelina. Betapa aku inginnya dia enyah dari dunia, tapi aku harus bagaimana? Aku sudah telanjur menawarkan Roland akan membantunya.

Terpaksa, Shelina menyarankannya sebuah rumah sakit terbaik di Jakarta, yang terkenal dengan keeksklusifannya. Roland tak perlu khawatir akan ada yang mengetahui atau menjangkau Yuni. Di rumah sakit itu, Yuni mendapat perawatan yang lebih layak, dan baik Shelina maupun Roland memiliki akses untuk menemuinya.

Bu Lila kebakaran jenggot saat tahu Yuni tidak ada di Panti Asuhan. Dia tak ada hentinya menelepon Roland. "Dia pasti panik anaknya tidak ada di sana," bisik Roland setelah Yuni dibawa ke ruang rawat inap. Dia menoleh pada Shelina yang sedari tadi diam saja sejak mereka sampai di rumah sakit. "Apa yang harus kita lakukan, Shelina? Ibu tua itu bisa melakukan apa saja, termasuk mencelakai kau lagi jika dia tahu kau terlibat."

"Matikan saja ponselmu dan berhenti berhubungan dengannya," jawab Shelina datar.

"Selama aku bekerja di tempatmu, dia akan terus menghantuiku."

Shelina menatap Roland marah. "Nah, kau tahu kan akibatnya bermain-main dengan orang yang lebih kuat dari kau? Bagaimana bisa kau ceroboh, melakukan semuanya sendirian tanpa orang yang membantumu?" Roland menunduk seperti anak kecil yang diomeli. "Aku akan mencari penggantimu, dan kau cuti saja sampai Yuni... Yuni..." Tercekat lidah Shelina. "Sembuh." Dia mendengus. Untuk apa dia berharap Yuni sembuh? Kalau bisa, Yuni tak usah selamat!

Melihat kekesalan di raut wajah Shelina, Roland memandang Shelina prihatin. "Maaafkan aku atas kejahatan yang kulakukan padamu, Shelina. Dan aku sangat berterima kasih atas kebaikan kau hari ini. Aku janji, aku akan melakukan apa saja agar.."

"Diam, aku tidak percaya pada janji siapa pun," sela Shelina dingin. "Kau jaga Yuni. Tak usah khawatir soal biaya. Aku akan keluarkan berapa pun untuk pacarmu itu."

Untuk melawan iblis kita harus tahu cara iblis berpikir, sayangnya Bu Lila jenis iblis yang belum pernah dihadapi Shelina. Dia pikir setelah mengancam ibu tua itu urusannya sudah selesai, namun malam itu Bu Lila masih mencari gara-gara dengannya.

Shelina mengerutkan dahinya saat ada dia melihat ada beberapa mobil yang tidak dikenalnya parkir di depan lobi rumahnya. Dia turun dari mobilnya, disambut Abizhar dan ibunya, serta dua pria berseragam polisi.

"Dia!" Bu Lila menunjuknya dengan sengit. "Dia yang membvnuh Yuni. Dia juga yang mencuri jenazah Yuni!"

"Omong kosong macam apa ini?!" bentak Shelina tersinggung. Dia tidak diterima saat dua polisi itu memintanya untuk diam dan menerangkan pembelaannya di kantor polisi. "Kalian tidak bisa menangkap saya. Kalian tidak punya bukti!"

"Kau anak kecil." Bu Lila berdecak-decak penuh kebencian terhadpa Shelina. "Aku punya saksi-saksi yang bisa menjelaskan bahwa kau begitu membenci Yuni. Kau juga berada di lokasi kecelakaannya hingga dia meregang nyawa. Nah, Pak Polisi, bawa dia!"

Shelina memandang Abizhar yang diam saja. Brengsek kau Abizhar, maki Shelina. Di depan ibumu kau tidak ada bedanya dengan tikus kecil yang tidak bisa melakukan apa-apa! Istrimu yang selama ini mendampingimu tak bisa kau bela!

"Abi! Lakukan sesuatu!" teriak Shelina saat salah satu polisi memintanya untuk masuk ke mobil polisi.

"Shelina, jika kau tidak salah, kau pasti bisa bebas," kata Abizhar pelan. "Polisi hanya menjalankan tugas mereka."

"Tugas? Atas apa? Atas laporan ibumu yang tidak masuk akal?" Shelina meludah ke muka Abizhar dengan jengkel. "Kau sama sekali tidak ada gunanya, Abizhar! Kalau sesuatu terjadi padaku, aku akan menggugat cerai kau, dan kau bisa tidur di ketek ibumu!"

"Kau sudah jadi racun untuk anakku, memang sudah sepantasnya kau cerai darinya," sahut Bu Lila.

"Kalian akan menyesal!" kata Shelina, tersenyum licik. Dia menatap dua polisi di dekatnya. "Jangan sentuh saya! Saya akan kooperatif untuk diperiksa. Kalau saya bisa membuktikan saya tidak bersalah, kalian semua tunggu saja serangan balik dari saya!"

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang