48

5.4K 342 21
                                    

"Kita harus mengubah rencana kita," kata Shelina saat menelepon Roland. Dia keluar dari ruang praktik Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan. Akhir-akhir ini dia merasa lelah dan haidnya tak kunjung datang. Hasil test pack menunjukkan dua garis, tapi karena masih tidak yakin, dia melakukan cek di rumah sakit dan dari tes darah serta USG, saat ini dia memang mengandung.

Mengandung anak Abizhar. Hal yang paling tak diinginkannya saat ini.

Rumah tangganya berada di ujung tanduk dan dia sudah siap untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama dalam waktu dekat. Kekecewaannya terhadap suaminya lebih besar daripada rasa cintanya. Niatnya dia akan mengembalikan Yuni pada Abizhar dan ibunya setelah bercerai, tapi hal itu takkan terjadi jika Abizhar tahu bahwa dia hamil.

Aku bukan perempuan yang jahat, pikir Shelina mengingatkan dirinya. Aku bukan ibu yang ingin memisahkan anak dari ayahnya. Di saat ini, di saat aku berpisah dari Abizhar, aku cukup menyadari bahwa aku dan dia tidak bisa bersama-dan takkan bisa bersama. Cinta Abizhar hanya untuk Yuni. Abizhar tidak akan bisa melupakan Yuni dan sampai kapan pun dia akan mengutamakan perempuan itu.

Kepedulian yang dia berikan padaku hanya berdasarkan iba. Baginya aku perempuan yang memaksanya dalam pernikahan yang tidak diinginkannya dan aku... Aku, sudah tidak menghendaki rasa kasihannya lagi.

Mata Shelina basah dibanjiri air mata. Didengarnya suara Roland yang bertanya "Kenapa? Ada apa?" untuk beberapa kali.

Shelina menarik napas panjang. Kemarin saat Abizhar datang menanyakan Yuni, Shelina dapat melihat kekhawatiran di mata pria itu. Jelas Abizhar masih mencintai Yuni. Untuk kesekian kalinya Abizhar membuat Shelina merasa bodoh. Bodoh karena berpikir Abizhar telah berubah mencintainya.

"Sudah saatnya kita membuat mereka memilih. Kau bilang kau akan ikhlas jika Yuni memilih Abizhar, kan?" sahut Shelina sambil berjalan ke lobi rumah sakit. "Dan kurasa Yuni akan cepat pulih jika dia didampingi oleh orang yang selama ini dicarinya."

"Apakah kau bercanda, Shelina?" tanya Roland kesal. "Aku tidak mungkin membawa Yuni ke Abizhar, apalagi ke ibunya yang menyebalkan itu! Akulah yang membawa Yuni bangkit dari makamnya agar suatu saat aku dan dia bisa pergi dari kalian semua!"

"Aku tidak mau kita gegabah dan bertindak bodoh, Roland," jawab Shelina sama kerasnya. Dia masuk ke mobilnya. "Abizhar sudah menduga akulah yang menyembunyikan Yuni. Aku tidak mau kita kena masalah. Kau paham?!"

"Bagaimana dengan kau? Kau rela saja Abizhar dimiliki perempuan yang kau benci?"

"Lebih baik begitu daripada aku harus hidup dengan bajingan macam dia."

"Shelina."

"Apa?"

"Yuni sudah sadar penuh. Cepatlah ke sini!"

Untuk apa, pikir Shelina muram. Untuk apa aku menyambutnya yang baru bangun?! Aku malah berharap dia tak usah selamat sama sekali! Terlepas dari kebenciannya terhadap Yuni, Shelina penasaran dengan keadaan perempuan itu. Disuruhnya sopir mengantarkannya ke rumah sakit tempat Yuni dirawat.

Dia bergegas ke kamar Yuni. Senyum sinis teruntai di wajahnya. Sebaliknya, Yuni malah memberikan tatapan yang sulit diartikan oleh Shelina. "Roland bilang kau yang menyelamatkan aku," kata Yuni dengan sorotan nanar di matanya. "Setelah apa yang aku lakukan padamu, kau justru memastikan aku bisa hidup."

"Apa rencana kalian sebenarnya?" tanya Shelina pada Yuni dan Roland. "Aku tidak peduli sama sekali pada kau, Yuni. Kulakukan ini untuk Roland karena dia sudah jadi teman yang baik-jika definisi baik adalah menikam dari belakang." Shelina menunduk, menatap Yuni lekat-lekat. "Saat kau koma kau mengigau nama Abizhar. Kenapa? Kau ingin menjelekkan aku di depannya?"

"Shelina, jangan terlalu keras padanya," tegur Roland.

"Kenapa?!" bentak Shelina murka. "Selama ini dia sudah menjadi duri dalam rumah tanggaku. Dia perempuan tidak tahu malu telah menghancurkan rumah tanggaku. Apakah aku tidak berhak untuk marah padanya?!"

"Saat ini hanya kepalanya yang normal, sekujur tubuhnya masih lumpuh, Shelina," sahut Roland mengingatkan.

"Aku tidak peduli! Gara-gara kau, Yuni, aku harus kehilangan bayi dalam kandunganku. Aku juga harus mengalami amnesia, tapi satu hal yang takkan aku lupa adalah kebencianku terhadapmu!"

"Kenapa kau benci padaku? Bukankah aku telah menolongmu, Shelina?" tanya Yuni terlihat bingung.

"Apa maksudmu?"

"Apa kau lupa dengan ucapanmu sebelum kecelakaan itu terjadi?"

Shelina merasakan sakit di kepalanya. Sekelebat bayangan di masa lalu menghampiri benaknya.

"Akan kuberitahu Abi tentang siapa ayah bayi dalam kandunganmu, Shelina. Kau tak bisa berkelit karena aku dan Roland punya bukti kau telah tidur dengan Rafi!"

"Ha!" Shelina tertawa keras. "Abizhar tidak akan tahu soal itu, sama halnya dia tidak tahu kau menghianatinya dengan Roland!"

"Tentu dia akan tahu. Dia akan menyadari anak itu tidak mirip dengannya!"

"Oh, tentu tidak. Anak ini tidak seharusnya lahir. Tak boleh ada yang tahu siapa ayah anak ini dan kau... kaulah yang membuat anak ini tidak lahir!"

Aku sengaja memprovokasinya agar kita terlibat dalam pertengkaran, pikir Shelina. Yuni memberitahuku dia anak Bu Lila, karena itu aku mengucap,

"Kau. Kau sama saja dengan ibumu yang murahan itu. Pikirmu aku tidak tahu ibu Abizhar adalah ibu kandungmu? Kau adalah anak haramnya..." Shelina tertawa dengan hinaan dalam suaranya.

"Ibuku harus menderita karena ibumu merebut kekasihnya. Ya, Pak Edward seharusnya menikah dengan ibuku, tapi ibumu yang gatal itu..."

Dan terjadilah ribut hingga kejar-kejaran mobil itu. Ya Tuhan. Selama ini aku menyalahkan Yuni karena telah menjadi penyebab kecelakaan itu, padahal... aku lakukan itu untuk diriku sendiri! Lebih baik aku mati daripada Abizhar dan Papa tahu aku telah berselingkuh dengan suami Gadis!

"Apa kau ingat, Shelina?" tanya Yuni kemudian.

Di hadapan perempuan itu Shelina menggeleng. "Hal itu sudah tidak penting lagi," kilahnya. "Sekarang, Abizhar mencarimu dan dia takkan menyerah menggangguku sampai aku memberitahunya. Nah, karena aku sudah membantumu hidup lagi, apa kau ingin membalas kebaikanku?"

"Apa yang kau inginkan?"

"Aku ingin kau bertemu lagi pada Abizhar dan Bu Lila. Terserah jika setelah itu kau memilih Roland, tapi aku ingin kau menampakkan dirimu lebih dulu."

"Itu saja? Kenapa kau lakukan itu? Bukankah kau alergi setiap aku dekat dengan Abizhar?"

"Aku tidak mau dituduh telah menculikmu, itu saja," jawab Shelina masa bodoh amat.

*Semoga kalian suka cerita ini. Jangan lupa tinggalkan vote dan comments.*

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang