EPILOG I

25K 696 357
                                    

Shelina cuti seharian. Dia menelepon Leo untuk membantu wakil direkturnya dan beberapa Kepala Divisi untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Untuk dokumen yang hanya bisa Shelina tandatangani, ditaruh saja di meja kerjanya, dan bila hal itu mendesak Leo-lah yang membawa dokumen itu ke rumah.

Rumah lama Shelina dan Abizhar.

Semalaman Abizhar menata barang-barang Shelina di dalam koper, sementara Shelina tidur di atas tempat tidur. Pada dini hari setelah Abizhar selesai mengemas, dia tak melewati batas dengan tidur satu ranjang dengan Shelina. Saat Shelina bangun pada pagi harinya, dia melihat Abizhar tidur di sofa dekat ranjangnya.

Semoga kita selalu damai seperti ini, pinta Shelina dalam hati. Dia dan Abizhar kembali ke hidup mereka semula. Di rumah yang telah menyaksikan berbagai kenangan bagi mereka. Kali ini, Abizhar tidak mau menghancurkan rumah tangganya dengan tidak memperhatikan Shelina. Sama dengan Abizhar, Shelina pun mencoba untuk mendengar Abizhar dan tidak meninggikan suaranya seperti dulu.

Kecuali untuk urusan ranjang. Abizhar tidak mau memaksa Shelina untuk menerimanya. Dia dengan berat hati tidur di kamar lain. Sangat wajar bagi Shelina untuk tidak melayaninya. Dia juga memahami, setelah Shelina mengingat semuanya-termasuk perbuatan Shelina dengan Rafi-Shelina butuh waktu untuk memaafkan diri Shelina sendiri.

Abizhar hanya perlu bersabar. Selama tinggal di bawah atap yang sama, mereka menghabiskan waktu berdua. Di ruang makan. Di depan TV. Saat Shelina bekerja di rumah pun Abizhar mendampinginya. Dan sebelum tidur, Abizhar memeluk Shelina untuk sekian menit.

"Besok, Roland dan Yuni akan menikah," kata Shelina setelah mereka berpelukan. Keduanya berdiri di depan kamar. "Kau betul tidak apa-apa?"

Melihat kepedulian Shelina membuat hati Abizhar tertusuk-tusuk. Shelina tidak seharusnya menyebut nama Yuni dengan mulutnya. Bagaimana pun, Abizhar dan Yuni-lah sumber terbesar penderitaan Shelina.

Mata Abizhar seakan baru terbuka sekarang. Shelina yang galak, angkuh dan egois itu sebenarnya orang yang paling sabar bagi Abizhar. Perempuan ini... Perempuan yang sejak awal tahu Abizhar tidak mencintainya, yang berusaha mendapat cinta Abizhar sampai nyaris mengorbankan nyawanya sendiri, tetap bersama Abizhar sampai dia mencapai titik rasa bersalahnya dan harus meninggalkan Abizhar.

Tidak, Abizhar tidak akan membiarkannya pergi dari Abizhar. Giliran Abizhar-lah yang harus mengesampingkan egonya. Dia harus bersama Shelina di saat Shelina sedang dalam fase penyembuhan dirinya. Shelina tidak boleh sendiri menelan rasa bersalahnya.

Abizhar menggeleng. Dia tersenyum masam. "Jika kaulah yang menikah dengan pria lain, aku tidak akan baik-baik saja," katanya serak.

"Well, aku belum mencari-cari pria yang lebih tampan daripada kau, sih, jadi tenang saja," jawab Shelina bergurau.

"Jangan cari pria selain aku. Aku.. Aku akan mencoba semampuku untuk memenangkan hatimu lagi, Shelina. Satu bulan kurasa cukup untuk membawamu percaya lagi padaku."

"Aku ragu, Abizhar."

"Aku tahu."

Aku ragu kau butuh satu bulan untuk membuatku sayang padamu seperti dulu, pikir Shelina. Tak diungkapkannya hal itu pada Abizhar. Sebab saat ini pun aku sudah terlena lagi padamu. Semoga saja keputusanku untuk memberi kesempatan tidak salah.

**

Pernikahan itu diadakan sederhana di ruang pertemuan di Panti Asuhan dan dihadiri orang-orang terdekat saja. Orangtua Roland terlihat tidak senang dengan keputusan Roland yang menikahi perempuan secara mendadak. Dengan perempuan penyakitan pula. Tapi Roland sebelum menikah dia meyakinkan orangtuanya bahwa dia hanya bisa berbahagia dengan Yuni, dan dia akan melajang seumur hidup jika tidak diberi restu. Tentu orangtuanya tidak mau anaknya membujang seumur hidup. Malah tadinya mereka mengira Roland akan menghabiskan waktunya sebagai kacung Shelina sampai Roland tua.

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang