40

7.9K 358 27
                                    

Ibu Lila memang kurang ajar, pikir Shelina jengkel. Kini kuingat apa yang terjadi sebelum kecelakaan itu. Saat itu sebenarnya aku sudah tahu rahasia Yuni bahwa dia anak haram Bu Lila dengan.. siapa? Jika anak itu anak suami Bu Lila yang tak lain ayah angkat Abizhar, tidak mungkin Yuni dibuangnya ke Panti. Ya, dibuang, kan? Ketika seorang ibu menaruh bayinya di tempat yang bukan di sisinya, itu sama saja membuang anak, kan?

Selama ini Shelina berpikir dia lebih licik daripada ibu mertuanya, namun jika betul Bu Lila yang membuatnya celaka, itu artinya Bu Lila punya hati iblis dan orang seperti itu bisa menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan Shelina. Tidak, Shelina tidak mau kalah dari perempuan tua itu. Shelina harus lebih pintar.

"Kau tak usah takut padaku, Roland," kata Shelina meyakinkan temannya. "Berarti kau tahu kan, aku tidak bermaksud menyakiti Yuni. Semua itu ulah ibu mertuaku. Katakan padaku di mana Yuni sekarang, barangkali aku bisa membantunya."

"Kau? Membantu Yuni, perempuan yang telah menjadi prahara antara kau dan suamimu?" Roland menggeleng pahit. "Shelina, kau tidak punya kemampuan untuk itu. Aku tahu betapa kau membencinya."

"Lalu apa pilihanmu? Membiarkan ibu Abizhar menguasainya?" bentak Shelina gemas. "Roland, hanya aku satu-satunya yang bersedia menolongmu!"

Setan pun tahu bagaimana Shelina tidak menyukai Yuni, bahkan sejak dia menikah dengan Abizhar, Shelina yang keras menjadi pendendam. Dia secara terang-terangan menunjukkan ambisinya untuk mengalahkan Yuni. Ketidaksukaannya pada selingkuhan suaminya dia katakan pada semua orang di dekatnya.

Roland dilanda dilema. Jalan apa yang harus dipilihnya? Di hadapannya hanya jalan buntu. Jika dia berkubu dengan Rafi untuk memeras Bu Lila, siapa yang menjamin bahwa Bu Lila akan diam saja? Bu Lila yang sangat meninggikan Yuni, pasti akan menjauhkan Yuni dari Roland, sementara jika dia menerima tawaran Shelina..

Dia tahu Shelina akan menyakiti Yuni juga.

Hanya Roland yang bisa memastikan masa depannya bersama Yuni. Dia tidak akan menggantungkan nasibnya baik pada Rafi maupun Shelina, maka itu dia menggeleng tegas.

"Jadi kau mau perang denganku?" Shelina menantang.

"Tidak sama sekali, Shelina. Aku bingung. Bingung sekali." Roland menggigit bibirnya, merasa kalut dalam hatinya. "Aku butuh waktu."

"Waktu? Roland, lihat aku." Roland menatapnya dengan gugup. "Jika Bu Lila tahu di mana Yuni sekarang, dia akan membawa Yuni ke tempat lain. Ke tempat di mana tidak diketahui siapa pun, kecuali.."

"Suamimu," Roland melengkapi.

Shelina mengangguk pahit. Ya, mengingat Bu Lila mendukung Yuni, tidak heran jika suatu hari Bu Lila akan meminta Abizhar kembali pada Yuni setelah dia mendapat tanah Kebon Kacang. Tidak, tidak semudah itu, pikir Shelina. Aku tidak sudi kehilangan suami dan tanahku untuk ibu tua itu!

"Roland, begini saja," tawar Shelina melunak. "Katakan padaku apa yang kau inginkan dariku agar kau bisa percaya padaku, sebagai gantinya aku akan membantumu dan Yuni pergi dari kota ini." Shelina menghela napas berat. "Aku terpaksa mengalah kehilangan kau, Roland, yang penting Yuni tak usah kembali ke kehidupanku."

"Kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu?"

Shelina diam sesaat. Untuk mendapatkan asisten sebaik dan sepintar Roland akan sulit, tapi hidupnya akan jauh lebih sulit jika dia tetap membiarkan pengkhianat berada di sekelilingnya. Dengan Roland mencintai perempuan yang dicintai suami Shelina, sudah menjadi beban pikiran bagi Shelina. Roland tidak akan sama lagi. Dia memang menghargai Shelina sebagai teman, tapi siapa yang tahu apa yang bisa dilakukan Roland untuk Yuni?

"Just mention what you want, Roland," kata Shelina akhirnya.

"Kau tidak menghukum aku setelah apa yang kulakukan padamu?"

"Oh, Roland. Betapa polosnya kau. Lupakah kau betapa Abizhar mencintai Yuni? Dia yang akan membalasmu, dan aku yakin begitu dia tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Yuni, dia akan melakukan hal yang tak terbayang olehmu," jawab Shelina tenang.

Bosnya bisa mengelak di hadapannya, namun Roland dapat merasakan kebaikan Shelina. Air mata Roland menurun. Dia berlutut, menaruh kepalanya di lutut Shelina. "Terima kasih, Shelina. Aku akan membantumu sampai kau dicintai oleh Abizhar."

"Tidak usah muluk begitu. Berdiri."

Boro-boro kau, pikir Shelina sinis. Aku pun yang seranjang dengannya, hidup di bawah atap yang sama dengannya, tidak bisa berkhayal untuk dicintai Abizhar. Apalagi kau!

**

Jantung Bu Lila berdegup kencang saat dia melihat Shelina duduk di ruang tamu rumahnya. Shelina dengan santai menurunkan majalahnya, dan tersenyum. "Hai, Ibu Mertua," sapanya dengan senyuman menyebalkan.

"Shelina! Mana sopan santunmu pada ibu mertuamu?!" tegur Bu Lila marah. Tentu dia kaget melihat menantunya ada di rumahnya. Seingatnya, tidak pernah Shelina mampir ke rumahnya jika tidak diundang. Menantunya yang sombong itu tidak pernah mengakrabkan dirinya dengan Bu Lila, sehingga kehadirannya di rumah Bu Lila membuatnya kaget sekaligus heran. "Dengan siapa kau kemari? Abizhar?"

"Tidak, dia masih di kantor," jawab Shelina, berdiri dan mendekati Bu Lila. Dihadapinya ibu mertuanya dengan tatapan tajam. "Saya ke sini untuk membangun hubungan baik dengan ibu suami saya. Boleh, kan?"

"Kau bukan manusia yang beramah-tamah seperti itu. Kau sama dengan ibumu, yang angkuh dan sok berkelas," kata Bu Lila penuh kebencian.

"Apakah ibu saya berzina seperti Anda?"

Mata Bu Lila membeliak.


*Semoga kalian suka cerita ini*

Author's note: FYI alur cerita ini tidak serumit dengan cerita-ceritaku yang lain. Aku harap kalian bisa menikmati cerita ini dengan hati tenang dan bahagia :)

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang