28

5K 307 38
                                    

"Apa kau tahu sesuatu soal itu?"

Mata Shelina membesar. Dia sangat tersinggung dengan kecurigaan itu. "Kau pikir aku mengambil jasadnya, begitu? Buat apa!" bentaknya marah. "Melihat mukanya yang masih hidup saja aku jijik, apalagi sudah jadi mayat! Nggak sudi lah ya aku!"

"Ya aku kan hanya bertanya. Kau tidak usah bicara seperti itu tentangnya," sahut Abizhar mengingatkan. "Aku lagi minta orang untuk mencari tahu soal ini. Aku tidak serta-merta percaya soal ilmu hitam atau hal-hal di luar nalar semacam itu, jadi aku yakin, ada alasan lain mengapa Yuni tidak ada di tempat peristirahatannya."

Shelina memperhatikan Abizhar yang terus-terusan terlihat bingung. Dia tahu Abizhar tidak berpura-pura. "Kau pasti sangat mencintainya sampai mengkhawatirkannya seperti ini," kata Shelina lirih. Rasa sakit di hatinya tak urung mampir ke sana, menimbulkan perasaan sedih.

Bagaimana rasanya dicintai itu, pikir Shelina murung. Aku tidak pernah bertemu orang yang mengaku sayang padaku. Jangankan sayang, lawan jenis yang secara terang mengagumiku dan ingin berkomitmen denganku saja tidak ada. Aku terlalu sibuk sekolah dan bekerja sampai aku tidak punya waktu untuk memiliki hubungan romantis seperti yang dimiliki Abizhar dan perempuan sialan itu.

Shelina perlahan menjauh, membalikkan tubuhnya dan mencoba tidur, tetapi pikirannya terus berkecamuk soal Abizhar dan Yuni. Apa ada orang di dunia ini yang dikutuk sepertiku, pikir Shelina lagi. Ya, dikutuk. Di antara banyak pria, aku malah suka pada Abizhar. Laki-laki yang dipilihkan Papa untukku. Laki-laki yang ternyata sangat mencintai perempuan lain dan dia tidak malu dengan perasaan cintanya yang terlarang itu. Boro-boro malu! Bahkan Abizhar tak pernah berhenti mengoceh tentang Yuni sampai hari ini.

Kadang kupikir, anak akan menjadi sumber kebahagiaanku dan Abizhar, keluhnya. Aku pikir dia akan berubah setelah tahu aku hamil, tapi dengan anakku yang meninggal, aku jadi merasa, sekali pun anak itu hidup, dia tidak akan mengubah perasaan Abizhar kepadaku. Abizhar tidak terlihat iba juga padaku, yang bagaimana pun aku seorang perempuan yang pernah mengandung anaknya, yang bagaimana pun juga aku kehilangan anak yang aku kandung. Dia tidak pernah menanyakan perasaanku soal kehilangan anakku.

Atau dia sendiri juga sedih? Ah, aku tidak percaya dia merasakan kehilangan sebagaimana yang aku rasakan. Isi otaknya hanya Yuni saja. Cinta memang aneh. Cinta Abizhar kepada Yuni bisa membuatnya senang, sedih, dan marah. Dan Shelina sudah melihat semua itu selama menjadi istri Abizhar.

Shelina kira, Abizhar tidak memperhatikan perubahan sikapnya yang menghindari suaminya. Tahu-tahu Shelina merasa dipeluk dari belakang. Dia merasa hangat.

Hangat?

Dipeluk suaminya mengakibatkan rasa hangat? Biasanya Shelina tahu maksud suaminya melakukan itu. Apa lagi jika bukan seks? Tapi malam itu, Shelina merasa Abizhar melakukannya bukan dilandasi napsu.

"Aku selalu jujur padamu, Shelina," bisik Abizhar dengan bibir pria itu di lehernya. "Terkait asal-usulku. Perasaanku. Semuanya. Tapi jika kau berpikir aku masih mencintainya, sejujurnya ketika dia dikubur, di saat itulah aku menyadari aku tidak bisa mengkhianatimu lagi."

"Ma... maksudmu?" tanya Shelina bingung.

"Ketika Yuni tidak ada di dunia ini, aku insyaf, hubunganku dengannya sudah selesai. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan dengan perasaanku padanya, atau sebaliknya. Aku hanya perlu bersyukur dengan apa yang kupunya, termasuk dirimu yang sekarang ada di hidupku," jelas Abizhar. "Sekarang aku khawatir dengan jasadnya yang hilang. Kau tahu kenapa? Sesuai dengan yang kau tahu, Yuni tidak punya keluarga, dan orang luar yang dikenalnya hanya aku. Aku merasa bertanggung jawab untuk membuatnya tenang, sebab hanya aku yang dia tahu di dunia ini."

Ah naif sekali, pikir Shelina. Yuni kan tidak jelek. Aku tidak yakin dia hanya mengenal Abizhar selain orang-orang di Panti Asuhan. Dia saja bisa memuaskanmu, tidak menutup kemungkinan dia melakukannya dengan orang lain, kan? Aku tidak peduli jika caraku berpikir sinis tentangnya adalah hal yang salah. Dia memang tidak pantas mendapat pujian dari orang sepertiku!

"Lalu kau mau apa?" tanya Shelina datar, untuk menyembunyikan kekecewaannya. "Kau sudah meminta orang untuk menyelesaikan perkara ini, jadi kau tidak usah overthinking lagi."

"Kau benar, aku tidak seharusnya begini," sahut Abizhar parau.

"Menurutmu, kenapa bisa ada orang yang mengambil jasad orang seperti itu?" kata Shelina mencoba mengangkat topik lain. Dia juga sebenarnya penasaran. Aneh sekali ada orang yang mencuri mayat begitu. "Apa menurutmu, ada orang yang tidak mau Yuni dikubur di sana?"

"Aku rasa tidak. Lagipula siapa yang mau melakukannya?" jawab Abizhar.

"Entahlah."

Keesokan paginya Abizhar tidak berangkat ke kantor. Dia masih memakai piyama saat keduanya sarapan di ruang makan. Saat Shelina menegurnya, dia menjawab dia tidak enak badan. Shelina berdecak kesal, dia tidak menyangka suaminya yang terkenal profesional itu bisa bolos kerja hanya karena memikirkan di mana jasad kekasihnya.

Diperlakukan sinis begitu berhasil membuat Abizhar tersinggung. "Baiklah aku akan ngantor hari ini," katanya akhirnya. Dikecupnya Shelina sebelum dia berdiri untuk mandi.

Meninggalkan Shelina yang tersenyum merasakan kehangatan di hatinya.

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang