53

8.3K 441 36
                                    

Shelina berhasil menusuk hati Abizhar dengan kalimatnya. Pria itu terlihat jengah diingatkan soal dirinya yang yatim-piatu. Entah mengapa, Shelina merasa hatinya ikut nyeri saat mengatakannya, namun dia tak punya pilihan. Dia harus bersikap sangat kasar agar Abizhar berhenti menekannya.

Pria itu harus menyerah. Pria itu harus bisa melepaskannya. Setiap menatap wajah pria itu Shelina terus teringat oleh dosa besarnya dan itu menimbulkan sesak yang tidak bisa dijelaskan pada siapa pun.

"Jadi itu artiku bagimu, Shelina," lirih Abizhar sambil mengangguk-angguk. Rahangnya mengeras. "Tidak ada yang salah lahir tanpa orangtua, Shelina. Tidak semua orang beruntung sepertimu. Shelina, aku tahu perempuan yang kejam, tapi tak kusangka kau benar-benar tidak punya hati!"

"Bukankah kau selama ini menilaiku begitu?" jawab Shelina tenang. "Inilah aku, Abizhar. Aku hanya melihatmu dari ketampananmu, dan setelah aku bosan, aku tidak punya alasan lagi untuk mempertahankanmu."

"Kau ingin aku pergi. Oke!" tandas Abizhar ketus. Dia menunjuk Shelina. "Tapi satu hal. Jangan harap aku kembali lagi! Aku akan terima nasibku kehilangan rumah tanggaku dengan hati lapang. Bahkan lapang sekali!" Abizhar berdecak-decak dengan senyum yang menyakitkan. "Kehilangan perempuan yang tidak punya hati seperti kau bukanlah hal yang harus disesali, Shelina."

Oh, andai saja kau tahu betapa sedihnya hatiku di dalam sini, keluh Shelina getir. Aku juga tak ingin kehilanganmu, tapi orang yang penuh dosa sepertiku tak layak untuk menikmati hidup bersama pria yang dicintainya, Abizhar.

Di hadapan pria itu Shelina tampil gagah. Dia mengangkat bahu. "Terserah kau saja. Aku sudah berbaik hati dengan tidak mengungkap penyelewenganmu ke publik. Aku juga tidak membeberkan betapa 'biasanya' kau di ranjang," tambahnya untuk menambah kemarahan Abizhar.

Pria itu menarik napas jengkel.

"Satu lagi." Shelina mengambil foto dari lemarinya. Disodorkannya pada pria itu. "Ambillah. Aku tidak mau ada bekas-bekas kau dan Yuni di rumah ini."

Abizhar menerimanya dengan tarikan sengit. "Aku pergi! Ingat kata-kataku. Aku tidak akan kembali padamu sekali pun kau bersujud di kakiku!"

Pria itu terlalu marah hingga tidak menyadari Shelina yang mengepak barangnya ke dalam koper. Bukan dia tidak sadar, mungkin dia tidak peduli, pikir Shelina. Baguslah. Dia memang seharusnya tidak perhatian lagi padaku.

Shelina menatap punggung pria itu yang keluar kamarnya. Begitu didengarnya suara mobil Abizhar di luar, Shelina merebahkan dirinya di atas tempat tidur. Air mata yang ditahannya sedari tadi dibiarkannya mengalir keras.

Maafkan aku, gumamnya. Maafkan aku, Abi! Jika suatu hari nanti aku sudah siap mengatakannya, akan kukatakan yang sebenarnya dan kuharap saat itu aku sudah bukan apa-apa lagi bagimu sehingga pengakuanku takkan menyakitimu, Abizhar.

**

Gadis mengangkat mukanya saat seseorang menaruh sebuah pot bunga hyacinth merah muda di mejanya. Dilihatnya Shelina berdiri di dekatnya. "Kau. Ada apa?"

"Ada apa? Ini kan kantorku juga," sahut Shelina merujuk pada perusahaan baterai yang dikelola Gadis. "Aku sudah lama memercayaimu, sementara aku tidak bisa menjadi sepupu yang bisa kau percaya."

"Kau sudah ingat, Shelina?" Gadis turun dari kursinya, mempersilakan Shelina duduk di sofa ruang kerjanya. Dia dan Shelina duduk berdampingan. "Katakan padaku, Shelina."

"Sudah jelas semuanya. Aku tidur dengan Rafi," kata Shelina menyesal. "Aku melakukannya.." Shelina gugup. Untuk bagian alasannya dia tidak mengingat secara pasti. Bisa karena ingin membalas suaminya, bisa juga karena dia dendam atas perbuatan Oom Surya. "Aku tidak tahu, tapi apapun itu aku mohon ampuni aku, Gadis."

"Aku sudah tahu hal ini, Shelina. Aku yang memberitahu Abizhar juga soal ini," jawab Gadis. Dia merasa iba melihat kesedihan di mata sepupunya. Kali itu dia merasa Shelina benar-benar menyesal. "Tapi aku yakin alasannya bukan untuk membuat Abizhar cemburu."

Shelina terbelalak. "Ma..maksudmu?" tanyanya hati-hati.

"Aku juga harus minta maaf padamu, Shelina. Sebenarnya aku sudah tahu apa yang dilakukan ayahku padamu, tapi aku tidak punya keberanian untuk melawannya. Aku tahu saat aku melihat foto-fotomu di komputer dan ponsel ayahku." Gadis menarik tangan Shelina dan menggenggamnya. "Aku mohon ampuni aku juga, Shelina. Aku tidak bisa membayangkan kau yang masih sangat muda harus dilecehkan oleh ayahku sendiri."

"Aku bersyukur kecelakaan itu membuatku lupa kejadian itu. Aku ingat bagian aku disenggama, tapi aku tidak ingat secara jelas. Rasa sakit itu pun tak bisa kubayangkan lagi," jawab Shelina lirih. "Apakah saat ini kita sudah saling memaafkan, Gadis?"

Gadis mengangguk. "Tentu. Kita sama-sama salah, Shelin, dan aku bukan orang yang suka membenci. Lebih baik kita berdamai seperti dulu."

"Baguslah. Selain ingin meminta maaf, aku juga meminta hal lain darimu."

"Apa itu?"

"Aku dan Abizhar akan bercerai. Aku ingin, kau tidak membatalkan kerjasama apapun dengannya. Kau mau, kan?"

"Bagaimana? Kau bercerai?" ulang Gadis tak percaya. "Bukankah kau sangat mencintainya, Shelina? Apa kau sudah matang dengan keputusanmu?"

"Aku mencintainya. Sangat," jawab Shelina nanar. "Tapi pernikahanku tak bisa lagi dilanjutkan, Gadis dan meskipun begitu, aku tetap tidak mau dia merugi karena perceraian kami."

"Oh, Shelin, aku turut sedih!" Gadis memeluk Shelina, membiarkan kepala Shelina bersandar di bahunya. "Aku akan terus membantumu, Shelina, tapi untuk bekerjasama dengan Abizhar... Tidak tahukah kau dia suka menawar sampai harga terendah? Aku selalu sesak setiap mau tanda tangan kontrak kerjasama dengannya."

"Aku tahu," jawab Shelina lirih. "Karena itu aku memohon padamu. Aku tahu begitu kau tahu aku bercerai darinya kau takkan mau lagi bekerjasama dengannya."

"Kenapa? Kenapa kau banyak berkorban, Shelina?"

"Tidak, dialah yang banyak berkorban," Shelina mengoreksi. Sejak aku memaksanya untuk menikahiku, dia harus mengorbankan kebebasan dan keinginannya untuk bersama wanita yang dicintainya. Sekarang, dia pun tidak punya kesempatan untuk memiliki Yuni. Dan itu semua karena dia menikah denganku!

*Semoga kalian suka cerita ini. Silakan berikan support dengan memberi vote dan comments.*

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang