64

10.2K 373 76
                                    

"Papa tidak setuju kau harus keluar dari perusahaan." Suara Pak Ariadi terdengar bengis. Dia menatap anaknya disertai sorotan kecewa. "Banyak proyek yang sedang ditangani perusahaan, dan kau ingin lari? Enak saja! Papa tidak membesarkanmu untuk jadi pengecut, Abizhar!"

Dari rumah Shelina, Abizhar menyempatkan untuk pulang dan menyampaikan keinginannya untuk resign pada ayahnya. Dikatakannya pula dia mau hidup tanpa bergantung kepada orang lain terutama ayahnya. Sontak Pak Ariadi murka mendengar itu.

Dia sudah menjadikan Abizhar sebagai anaknya, sebagai penerus usahanya. Dididiknya anaknya itu sedemikian rupa sampai dia layak menjadi pemimpin. Sekarang, Abizhar ingin pergi? Apa alasannya?

"Saya ingin Shelina percaya pada saya bahwa bukan saham dan jabatan yang saya inginkan."

Bodoh, maki Pak Ariadi. Bapak tua itu mendengus jengkel. "Kau sekarang menghendaki pernikahan yang telah kau hancurkan itu?" Pak Ariadi mendecak. "Papa sudah tahu semuanya, Abizhar. Meskipun Shelina mengaku dia telah berselingkuh dan mencelakai anaknya sendiri, tapi kau juga tidak lebih baik darinya!"

Ya, Abizhar sudah menyadari itu.

"Kalian sudah saling menyakiti," tambah Pak Ariadi. "Melihat bagaimana sikap kalian mempermainkan pernikahan, berselingkuh, bertengkar, bikin pusing orangtua, sebaiknya berpisah saja. Papa yakin kau bisa melanjutkan hidupmu tanpa Shelina. Kau paham, Abizhar?!"

"Tidak, aku tidak bisa hidup tanpa dia," jawab Abizhar tegas. "Aku mencintai dia, Papa. Aku tidak mungkin menyerah begitu saja!"

"Cinta! Bah!" geram Pak Ariadi muak. "Cinta macam apa yang kalian miliki? Kau mengotori tubuhmu dengan berselingkuh, Abizhar! Kau sakiti dia dengan pengkhianatanmu. Dia sakiti kau dengan cara yang sama pula! Lagipula, Papa yakin Edward juga tak akan membiarkan Shelina kembali padamu setelah apa yang kau dan ibumu lakukan. Kau lupa, ibumu terlibat dalam kecelakaan Shelina, eh?!"

"Aku tidak peduli. Aku tidak akan kembali pada perusahaan!" sahut Abizhar sama kerasnya. "Papa dengar aku? Anak Papa ini sudah gila. Dan aku tidak akan waras sebelum Shelina kembali ke pelukan aku. Aku tidak peduli sekali pun seluruh dunia menentang keinginanku!"

"Abizhar!" bentak ayahnya marah. "Menurutmu Papa tidak bisa melakukan apapun untuk memaksamu, hah?"

"Papa bukan orang yang kejam," kata Abizhar melunak. "Papa pemaaf. Buktinya Papa masih bisa menerima Mama, kan, setelah skandal yang Mama lakukan? Kenapa Papa tidak bantu anak Papa ini untuk mendapatkan apa yang diinginkannya?"

"Kau sudah dewasa, Abizhar. Lagipula jika kau menganggur, Shelina mau menerimamu?"

"Shelina bukan perempuan materialistis. Aku yakin dia menerimaku sekali pun aku gembel."

"Ternyata kau lebih bodoh daripada yang Papa kira, Abi," kata Pak Ariadi, merasa putus asa mendengar jawaban anaknya.

Situasi serupa dialami Shelina di tempat lain. Dia mendengar amarah ayahnya di telepon saat dia memberitahu ayahnya dia akan mengundurkan diri. Ayahnya yang sedang di luar kota, tidak bisa bertemu langsung dengannya, karena itu Pak Edward memakinya melalui telepon.

Saat itu Shelina di ruang kerjanya. Dia toh tidak meninggalkan perusahaan begitu saja. Dia harus memberitahu ayahnya, memberi kesempatan pada ayahnya untuk mencari dan memilih penggantinya.

"Kau tidak bisa lari seperti orang yang tidak punya tanggung jawab," kata Pak Edward geram. "Pekerjaan dan urusan pribadi tidak bisa disangkutpautkan. Bersikaplah profesional sekali pun pria bajingan itu telah menyakitimu. Kau bukan anak kecil lagi, yang bisa bersembunyi saat ada masalah, kau tahu?!"

"Tapi, Pa..."

"Tidak ada tapi-tapi! Papa selalu memberikan apa yang kau mau, salah satunya jabatanmu sekarang. Jangan sampai Papa menyesal karena telah percaya padamu, Shelina! Kau mengerti?!"

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang