49

5.6K 330 14
                                    

Shelina merasa lelah sekali hari itu. Dari rumah sakit dia lanjut ke kantor. Dia diuntungkan dengan urusan pekerjaan yang menumpuk sehingga persoalan Yuni tidak mendominasi pikirannya. Hari itu dia sengaja menyelesaikan banyak pekerjaan sampai pulang larut malam agar dia tak usah menemui Abizhar yang dia duga akan menunggunya di rumah.

Dia tiba di rumah pukul sebelas malam. Segera ditanyainya Bibi apakah Bapak datang ke rumah dan betapa kecewanya dia saat Bibi memberitahunya Pak Abizhar tak mampir hari itu. Shelina mengangguk dengan kepahitan kemudian berjalan ke kamarnya.

Kenapa aku sedih, pikir Shelina. Bukankah seharusnya aku senang? Dia tidak ke sini untuk mencari Yuni? Atau sebenarnya.. aku kangen? Hati kecilku ingin melihatnya untuk melepas rindu?

Ponselnya berbunyi, terdapat pesan dari Roland yang mengabarinya bahwa Yuni sudah dipindahkan ke Panti. Roland bertanya pada Shelina kapan dia bisa memberitahu Abizhar dan ibunya terkait keberadaan Yuni di sana. Shelina menelepon Roland, "Apa kau baik-baik saja dengan keputusanku, Roland?" tembak Shelina. "Kau tidak sedih jika Yuni ingin kembali dengan Abizhar?"

Terdengar suara tawa Roland yang serak. "Bukankah aku bisa bertanya hal yang sama denganmu, Shelin?"

"Jawab saja aku. Kenapa kau setuju dengan ideku mengembalikan Yuni pada Abizhar?"

"Aku sudah bilang. Aku akan mengikhlaskannya jika hatinya bukan untuk aku."

"Dia sudah memberitahumu dia memilih Abizhar?"

"Perlukah itu? Dia bahkan memanggil-manggil nama suamimu di alam bawah sadarnya," kata Roland kesal. "Kita berdua menyedihkan, bukan? Mencintai seseorang yang tidak mencintai kita. Setelah semua pengorbanan yang kuberikan padanya, pada akhirnya dia tetap mencari Abizhar."

"Kau bisa mengikhlaskannya begitu saja? Lalu apa rencanamu? Bu Lila akan memastikan kau menderita setelah kita mengerjainya."

"Well, kau pernah menawarkan aku untuk bekerja di cabang perusahaan. Apakah tawaran itu masih berlaku?"

"Akan kupikirkan lagi. Roland."

"Ya?"

"Terima kasih," kata Shelina lirih. "Terima kasih sudah membantuku. Apapun yang telah terjadi di antara kita, kau tetap sahabatku."

"Aku akan melakukan apapun sampai kau bisa memaafkan aku, Shelina. Aku tahu kau masih marah padaku."

Setelah menelepon Roland, Shelina termenung untuk beberapa waktu. Aku telah memorak-porandakan pria-pria di sekelilingku, pikirnya. Abizhar. Suami Gadis. Dan kini Roland harus berkorban.

Aku ingat semuanya. Aku ingat perselingkuhanku di hotel. Hal itu terjadi karena aku tidak tahan dengan sikap Abizhar yang secara terang-terangan peduli pada Yuni. Abizhar tak pernah berhenti melisankan nama perempuan itu. Tak ada sehari pun dia tidak membahas Yuni.

Rafi datang menawarkan kehangatan. Dia bisa memuaskan aku dengan cara yang liar-yang tak bisa disuguhkan Abizhar. Aku menikmati setiap sentuhan Rafi dengan harapan bisa melupakan rasa sakit yang Abizhar torehkan pada hatiku. Aku hanya tidak beruntung. Setiap kedatanganku ke hotel dicatat oleh Roland dan itu menjadi senjata bagi Roland dan Yuni.

"Aku membunuh anakku sendiri," gumam Shelina sambil memukul-mukul kepalanya. "Aku mencelakai Yuni hingga dia koma dan lumpuh. Aku... Aku melakukannya agar aku bisa memisahkan Abizhar dari Yuni dan aku bisa memiliki Abizhar seutuhnya!" Air mata Shelina mengalir deras ke pipinya. "Aku orang yang jahat. Aku telah menjadi parasit bagi orang-orang di sekelilingku!"

Shelina terkulai di lantai, menangisi perbuatannya di masa lalu. Setelah beberapa saat dia mulai menguasai dirinya dan kembali berdiri. Dia melepaskan pakaiannya dan siap untuk mandi. Sebelum ke kamar mandi, dia mengambil piyama dari lemari dan sesuatu terjatuh ke kakinya.

Sebuah foto. Dia membungkuk untuk mengambil foto itu dan disadarinya foto Abizhar dengan Yuni. Dibaliknya foto itu. Terdapat tulisan di sana:

Kita akan selalu menjadi teman tapi bukan berarti kita harus bersama. Aku tidak mau jadi duri dalam pernikahanmu dengan Shelina karena itu aku memutuskan untuk bangkit dengan pria lain. Lupakanlah keinginanmu untuk memberiku tanah di Kebon Kacang sebab aku tidak menginginkannya, Abi. Lupakan juga aku dan fokus mengurus istrimu yang tengah hamil.

Salam,

Yuni.

Tangan Shelina yang memegang foto itu gemetar. Apakah Abizhar sudah baca tulisan ini, pikir Shelina. Itukah sebabnya dia bersikap baik setelah aku sadar dari koma? Karena permintaan terakhir Yuni? Dan Yuni.. Jadi kau sebenarnya sudah siap meninggalkan Abizhar untukku. Tapi hal itu tidak bisa dilakukan karena setelah itu kau tahu aku tidak mengandung anak Abizhar. Lalu apa? Kau ingin merebut Abizhar setelah tahu aku telah mengkhianati Abizhar?

Shelina menaruh foto itu di dalam lemari. Dia bergegas mandi, melamun di bawah pancuran shower. Entah berapa lama dia berdiri dengan kepalanya dia sandarkan di tembok. Tahu-tahu dia mendengar suara ketukan pintu kamar mandi.

"Bu! Bu! Ibu baik-baik saja?"

Shelina tersadar. Dia keluar dari bilik shower, memakai handuk kimononya dan membuka pintu. Bibi menarik napas lega sebab Bibi takut majikannya kenapa-napa di kamar mandi, kemudian Bibi memberitahu Pak Abizhar ada di rumah.

"Bapak menerobos masuk, Bu. Sekarang Bapak..."

"Shelin! Kita harus bicara!"

Shelina menoleh pada Abizhar yang baru saja masuk ke kamarnya. "Tidak apa-apa, Bi. Bibi tinggalkan kami saja," kata Shelina yang langsung dituruti oleh Bibi. Begitu berdua saja, Shelina menegur Abizhar, "Kau juga seharusnya keluar dulu. Aku mau pakai baju."

"Aku masih suamimu," kata Abizhar santai.

*I hope you like the story*

Suamiku Mencintai Wanita Lain #CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang