PROLOG

179 12 32
                                    

Halo! Aku kembali bersamaan comeback UN1TY dengan lagu baru Ya Udah🙂

Selama menghilang, aku mikirin cara dan nyisihin waktu untuk menyelesaikan Evlanka, sayangnya aku gak punya kepercayaan diri dan waktu untuk langsung upload di Wattpad.

Karena itu aku memutuskan untuk keep in my draft dan menemukan ending untuk kisah mereka.

And ... I did it! Cerita ini sudah rampung dengan beberapa ending.

Mulai hari ini akan aku update secara berkala tiap tiga kali seminggu.

Mohon dukungannya, tinggalkan jejak supaya aku tahu banyak yang sayang sama Lanka❤️

Enjoy!

⚪  E v l a n k a ⚪

“Lan ....”

“Hem?”

Terdengar kekehan geli dari si pemanggil. Matanya sayu menatap gadis di hadapannya dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Baru sebentar, tapi sialnya gadis ini membuatnya jadi menyayangi sosoknya dengan sempurna.

“Kejauhan nolehnya. Ke kiri empat puluh lima derajat.”

“Oh.” Sudut bibir si gadis terangkat membentuk senyuman indah. Sekarang dia bisa melihat semburat cahaya tertutup oleh perawakan laki-laki di sebelahnya, membuatnya terlihat seperti bayangan yang tak jelas bentuknya. Kemudian perlahan memutar tubuhnya, membayangkan jika mereka sedang saling berhadapan.

“Apa yang kamu lihat?”

“Samar-samar bentuk Kakak?”

Dia tersenyum, menghela napas sepelan mungkin agar adiknya tak sadar. Tangannya terulur, mengusap puncak kepala Lanka. Kemudian tangannya meraih tangan Lanka, menuntunnya untuk meraba wajahnya.

“Mau main tebak-tebakan wajahku?”

Lanka terkekeh geli.

“Siapa takut?”

⚪  E v l a n k a ⚪

“Apa yang lo harapkan dengan maksain diri jadi korban? Berharap trik semacam itu bakal berhasil? Cukup, lo gak perlu mengarang cerita seolah yang paling tersakiti. Sebab simpati dan rasa segan itu gak akan ada buat lo. Bangun dari mimpi, Sayang.

“Karena sampai kapan pun, fakta gak bakal berubah seperti keinginan lo!”

Tubuh Lanka menghantam tembok di belakang, dua sentakan sekaligus terasa jelas berasal dari belakang dan pusat tubuhnya. Wajahnya spontan dialihkan ketika tak punya lagi ruang untuk menghindar. Hesa punya banyak sekali keberanian dilihat dari sorot matanya, sedang Lanka hanya berharap tarikan napasnya bisa memberi setidaknya sedikit saja keberanian.

“Lo hanya perlu ingat posisi gue. Kekuasaan terbesar di sekolah ini, setengahnya ada di dalam genggaman gue. Karena itu ... seharusnya lo paham bagaimana harus bersikap di depan seorang Hesa.”

Hesa mundur beberapa langkah, sebenarnya tak ingin mengotori tangannya barang sedikit saja, tapi mengambil ember berisi air bekas pel-an di sudut lobi toilet menjadi ide yang menyenangkan. Sudut bibirnya terangkat, tersenyum jahat dengan ide yang terlintas. Lantas kakinya kembali mengambil langkah, disusul tangan cantiknya mengayunkan ember ke arah Lanka.

Mengguyur tubuh gadis itu dengan air berwarna coklat nyaris hitam dan sedikit busa. Membayar puas imajinasinya yang sudah bekerja.

Hesa tersenyum menyaksikan air saling balap membasahi seragam Lanka.

“Jadi murahan bukan cara yang tepat untuk merayu Fendy. Yang ada cuma rasa muak semua orang yang menyesal karena ngelihat lo diberi kesempatan hidup setelah insiden itu.”

⚪  E v l a n k a ⚪

Let’s play the game.”

⚪  E v l a n k a ⚪

“Lan, lo mau pakai mata gue?”

“Lo cuman anak buangan yang beruntung ketemu Lim!”

“Maaf, tapi lo bukan adik gue.”

“Gue sayang lo, Lan. Kita semua sayang lo.”

“GUE BENCI LO, LAN!”

“Lan ... maaf ... gue telat.”

“DASAR MUNAFIK!”

“Papa janji, Lan ... Papa janji.”

“Gue mau lo sendiri yang pakai mata gue, bukan cuman gue tuntun lagi. Oke?”

“LIM MATI BUKAN SALAH GUE! DIA MATI DI DEPAN MATA LO, LO PELAKUNYA. LO YANG BUNUH LIM!”

“Gue sayang lo, Lan.”

“Gue jatuh cinta sama lo.”

“SAMPAI MATI GUE BENCI SAMA LO!”

“Sampai ketemu nanti, Lan.”

Lanka terbangun dari tidurnya dengan napas memburu dan air mata yang tak berhenti turun dari sudut matanya. Ingatannya yang kusut berantakan menuntun tangannya menarik helaian rambut seakan berharap bisa diluruskan. Garis waktu yang semakin teracak-acak. Sosok yang semakin tidak jelas.

Segala macam bentuk emosi dan sorot mata yang entah kenapa malah semakin terasa begitu jelas. Lanka bisa merasakannya, tapi tidak bisa membayangkan wujudnya. Tidak berhasil menyusun visualnya. Perasaannya seperti memiliki bom di setiap sudutnya, satu persatu mulai meledak, dan tak berhenti menyakiti batinnya.

⚪  E v l a n k a ⚪

"Permainan selesai. Kamu tidak bisa mengulangnya kembali.”

⚪  E v l a n k a ⚪

Fendy tersenyum kecil, menatap origami mawar buatannya. Jika telah terkumpul semua, setiap rasa yang terselip di dalam kelopaknya akan Fendy hadiahkan padanya. Begitulah ekspektasi manis yang dia rencanakan sebelum senyuman itu berubah getir. Tatap penuh harap berubah jadi kecewa. Dan apa yang hendak dia mulai ... terlebih dahulu berakhir.

⚪  E v l a n k a ⚪

Huwaaaa tinggalkan kesan kalian sehabis baca prolog ini dongg aku penasarannn.

Apakah kalian sudah berteori tentang jalan ceritanya?

Apakah kalian sudah mulai menebak-nebak apa yang akan terjadi berikutnya?

Atau kalian tim pasrah mengikuti kehendak aku? Lebih baik jangan, karena komen kalian membantu menentukan ending cerita😉

Terima kasih sudah membaca dan pastikan kalian sudah add cerita ini ke perpustakaan. Iya maksa😠

Jangan lupa vote biar aku lebih semangat dan share cerita ini ke teman-teman YouN1T atau siapa pun itu supaya kalian ada bahan ngobrol! Yey!

See you❤️

- 19 Januari 22
- Republish - 01 Juni 23

~ Princboo ~

EvlankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang