Hallooo apa kabarnyaa?
Yey update sesuai jadwal, gak ketiduran lagi:) semoga konsisten yaaa aku💜
Selamat membaca✨
1,9k+
⚪ E v l a n k a ⚪
“Lan!”
Hening. Rumah kosong tanpa ada tanda-tanda Lanka sama sekali. Fendy berlari kecil, mengetuk pintu kamar Lanka, tak kunjung mendapat jawaban apa-apa. Dia membukanya pelan, mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar. Tidak ada.
Fendy kembali mematri langkah, mencari ke sudut rumah lainnya. Namun, tetap saja apa yang dia cari tak kunjung ditemukan.
Fendy menarik napas, membuangnya pelan. Mencoba bersikap lebih tenang, mencoba cara yang paling masuk akal dan sederhana. Menelepon gadis itu.
“Angkat, Lan ...”
“Halo?”
“Lo di mana?”
“Di rumah Evelyn.”
“Ngapain? Itu siapa?”
“Kerja kelompok. Evelyn teman sebangku Lanka. Kakak gak sibuk?”
“Telepon gue kalau sudah beres. Gue jemput.”
“Lanka naik ojol aja. Kakak sibuk aja dulu gak papa.”
“Gak usah nolak.”
Lanka menjauhkan benda pipih itu dari kupingnya. Lanka memastikan deretan huruf itu benar membentuk nama Fendy. Mengernyit, sepertinya ada yang salah.
“Oke. Makasih ya, Kak ... maaf ngerepotin.”
“Langsung share location.”
Sambungan telepon terputus. Lanka menghela napas. Tubuh kecilnya dia bawa kembali masuk ke dalam rumah Evelyn setelah memenuhi keinginan Fendy.
Rencananya ke suatu tempat harus dia urungkan. Sepertinya Fendy akan pulang dan ada di sekitarnya sampai cowok itu merasa tenang. Mungkin sudah terjadi sesuatu pada cowok itu.
Kalau begitu ... Hesa. Kemungkinan besar adalah Hesa. Apalagi yang bisa membuat Fendy sepanik itu kecuali Hesa?
Lanka tak menyangka Fendy pandai mengintai seseorang. Lanka sudah kepikiran sejak awal, tapi baru kali ini dia benar-benar perlu lebih berhati-hati. Atau yang sebenarnya terjadi adalah Fendy beruntung saja berada di sekitar informasi penting.
Dengan demikian, Lanka harus memikirkan apa yang akan dia lakukan jika Fendy benar-benar mengetahui rencananya. Jika Lanka bisa berpura-pura, tidak menutup kemungkinan Fendy akan menirunya.
Lanka kembali sambil tersenyum kecil. Dia duduk di antara teman-temannya, meraih laptop dan memangkunya. Tugasnya sekarang adalah merangkum lebih rinci materi yang teman-temannya rangkum lalu mengetikannya dengan rapi dalam format makalah.
“Gue mau nanya dong, guys.”
Dua dari tiga temannya sontak mendongak, menatap ke arah Lanka yang masih sibuk mengetik dengan santainya.
“Apaan?”
“Sejauh apa kalian kenal Hesa?” tanya Lanka menatap teman-temannya sejenak.
“Iblis.”
“Setan.”
“Bangsat. Bukan manusia.”
Evelyn, Ilmi, dan Lanka menatap Pandu serempak. Cowok yang dari tadi sibuk dengan pekerjaannya sendiri ikut menyahut. Sadar dirinya menjadi pusat perhatian, Pandu menghentikan sebentar gimnya.
“Apa?” tanyanya merasa risih. Apa dia salah? Atau makiannya kurang kasar?
“Iyakan! Gue setuju!” Evelyn mendadak geram. “Tadi pagi aja dia seenak jidat tuh tuker bangku sama gue. Untung gue gak kenapa-kenapa. Lanka juga.”
“Gue kira gue salah.” Pandu kembali sibuk dengan ponselnya.
“Gak-gak, lo bener kok, Ndu. Dia emang gak bisa disebut manusia. Kayak ... dia emang seaneh itu.” Ilmi menutup bukunya. Pembahasan ini lebih menarik ketimbang makalah yang akan dikumpulkan besok. “Menurut lo, Lan?”
Lanka mendongak dari layar laptop, berpikir sejenak. “Mungkin dia punya masalah internal yang kita gak tahu. Atau dia hidup di keluarga yang emang biasa dengan kelakuan semacam itu? We never know.”
“Gila ya lo, Lan. Sekarang itu ... lo yang jadi mangsa Hesa.”
“Iya, masih aja positif thinking.”
“Lanka beda sama Hesa. Jangan lo suruh jadi brengsek.” Pandu kembali menyahut.
“Ih, Ndu. Lo suka Lanka, ya?” Evelyn memicingkan mata.
“Siapa yang gak suka? Lo berdua aja suka, kan? Sampai sujud syukur segala sekelompok sama Lanka.”
Ilmi dan Evelyn saling tatap, kemudian tertawa malu-malu sambil membenarkan. Siapa yang tidak suka Lanka? Walau sebenarnya mereka agak waswas tugas mereka dirusak oleh Hesa.
Mata Ilmi memperhatikan setiap sudut wajah Lanka, matanya berbinar penuh kekaguman. “Udah cantik, pinter, baik. Cetakan malaikat gak, sih?”
“Beda banget sama Hesa.”
“Iya. Seratus persen beda.”
Lanka menghela napas. Tidak boleh terbawa suasana, rencana Lanka adalah menjadi malaikat. “Masalah waktu bukan, sih? Ada waktunya dia sadar kalau dia salah.”
“Gak mungkin!” Dua gadis tadi menjawab serempak. Mereka menggeleng kuat-kuat, tidak percaya walau sebutir debu.
“Sampai kiamat pun, kayaknya bakal gitu-gitu aja tuh orang.”
“Eh, Lan. Cerita dong, pasti berat kalau lo pendem sendiri. Gue gak ngerti apa problem kalian waktu SMP. Tapi kayaknya Hesa bener-bener benci sama lo.”
Lanka tersenyum tipis. Dia menggeleng kecil, meminta teman-temannya untuk kembali fokus pada pekerjaan mereka. Setidaknya Lanka tahu, seberapa besar simpati mereka pada Lanka. Seperti apa mereka memandang Hesa dan Lanka.
Citra buruk Hesa sangat banyak membantu Lanka sejauh ini.
Kepercayaan orang-orang ada di genggamannya. Hesa melupakan satu gembok penting untuk membuka jurang bagi Lanka.
Berita yang beredar itu tidak akan memberi dampak besar. Puluhan spekulasi, konspirasi, atau apa pun itu tak akan mengubah fakta dari yang orang-orang lihat. Siapa Lanka dan siapa Hesa. Persetan siapa yang salah. Yang terlihat jahat akan terlebih dahulu dianggap dalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evlanka
Teen Fiction| Fenly UN1TY | ⚪ E v l a n k a ⚪ "Lan, lo mau pakai mata gue?" "Lo cuman anak buangan yang beruntung ketemu Lim!" "Gue sayang lo, Lan. Kita semua sayang lo." "GUE BENCI LO, LAN!" "Lan ... maaf ... gue telat." "Sampai mati gue benci sama lo!" "Samp...