BAB 25 | Lanka Kabur

35 7 0
                                    

Hai apa kabar?

Baru sempat update karena jam tidurku bener-bener lagi berantakan:( Jam tujuh aku udah tidur, bayangin aja:)

Kalau gitu selamat membaca💜

2k+



⚪ E v l a n k a ⚪



Fendy menghela napas. Di tangannya ada sebuah minuman rasa taro dan sebuket bunga mawar berwarna ungu dan putih. Dia menyempatkan mampir untuk membeli keduanya sebelum pulang ke rumah dan kembali lagi nanti malam ke sekolah untuk menjaga balon dan dekorasi.



Beberapa saat Fendy hanya memandangi pintu kamar Lanka. Menata kembali hatinya agar tidak meledak seperti yang sudah-sudah. Jika diingat kembali, sungguh memalukan. Pada akhirnya Fendy tahu sisi brengseknya.



Agak ragu, tangannya mulai mengetuk pintu.



"Lan ..."



"Eh, Mas. Biar saya aja yang kasih ke Mbak Lanka."



Fendy refleks menoleh. Sedikit terkejut karena Bibi tiba-tiba muncul di belakangnya. "Gak. Gak papa, Bi. Fendy harus ngomong sama Lanka."



"Duh."



Fendy kembali menoleh. Merasa ada yang aneh karena Bibi terlihat gelisah. Dia benci pikiran buruknya yang tiba-tiba terlintas di kepala.



"Lanka ada di kamar, kan, Bi?"



Bibi semakin merasa bersalah. Tangannya meremas daster, bingung antara berkata jujur atau dimusuhi oleh Fendy. Lanka hanya memintanya berusaha menyembunyikannya dari Fendy, bukan membuatnya berjanji.



"A-anu, Mas."



Fendy membuka kamar Lanka. Jantungnya terasa mencelos ketika kamar itu tidak terkunci. Bahkan kuncinya tergantung di balik pintu dan sama sekali tidak ada sosok adiknya di sana. Kamarnya tertata rapi seperti biasa dengan semua barang pemberian Fendy di atas meja.



Fendy ditipu. Dia menghela napas dalam. Kembali berbalik menatap Bibi. "Lanka pamit ke mana? Perginya baru-baru aja, kan, Bi?"



Bibi semakin tertekan. Mau tidak mau, dia meminta maaf pada Lanka dalam hati. "Dari kemarin, Mas."



"Hah?!"



"Maaf, Mas. Bibi cuma ngikuti kemauan Mbak Lanka."



"Kalau baik gak papa, Bi. Tapi ini kabur! Kabur, Bi. Coba Bibi pikir kalau anak Bibi yang kabur gimana?"



"Maaf, Mas. Bibi pulang dulu. Mbak Lanka ninggalin catatan di meja belajar. Permisi."



Fendy tak habis pikir. Dia yang bodoh atau Lanka yang terlalu pintar? Bahkan dia hampir membentak Bibi karena kesal. Dia kesal, sangat kesal.



Fendy mengusap wajahnya gusar. Bergegas masuk ke kamar Lanka, mengambil catatan yang Bibi maksud. Sebuah buku bersampul violet dengan sebuah pena terselip di dalamnya. Jemari Fendy bergerak, membuka halaman di mana pena itu bersembunyi.



Janji gak bakal bikin orang tua lo khawatir.


Terima kasih bentakannya.


Maaf karena sudah sok kuat.


Cuma mau bilang, Fen. I love you so much as your sister. Lo gak pernah gagal, gue yang gagal.


Goodbye, mau gak mau, kan?

EvlankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang