BAB 27 || Di Pihak Lanka

39 10 0
                                    

Selamat baca 💜

2,3k+

⚪  E v l a n k a ⚪


Fendy tak berhenti mengedarkan pandangannya. Dari sekolah masih sepi sampai rangkaian acara sudah terlaksana, Fendy masih belum menemukan adiknya. Tadi subuh ketika Fendy pulang untuk mandi dan bersiap, Lanka pun tidak ada di rumah. Di samping Bagas pun tidak. Yang paling menyeramkan, Hesa pun tidak terlihat.

Rasanya Fendy ingin meninggalkan acara, tapi tidak bisa. Dia tak lepas dari pantauan guru-guru terutama Pak Imam. Sedikit-sedikit dipanggil, sedikit-sedikit menerima protes, sedikit-sedikit harus menyelesaikan masalah yang tidak bisa anggota lain selesaikan sendiri.

“Pian!”

“Hah?”

“Lo gak bareng Lanka?”

“Lah? Gimana mau bareng? Kita sama-sama sibuk nyiapin persembahan. Habis ini angkatan Lanka, kan? Lo juga ikut persembahan angkatan, kan?”

“Iya. Nanti kalau giliran, gue nyelip di barisan. Gue balik ngurus.”

Pian mengangguk-angguk mengerti. Dia menggaruk alisnya yang tiba-tiba gatal. Jika dia tak ikut persiapan, tidak apa, kan? Fendy membuatnya kepikiran tentang Lanka. Padahal tadi dia tenang-tenang saja.

⚪  E v l a n k a ⚪


Plak!

Bruk!

Hesa menepuk-nepuk tangan membersihkan kotoran yang menempel. Matanya menatap datar orang yang tersungkur di lantai. Itu hukuman kecil karena telah menyelamatkan Bagas. Hesa salut, Lanka berani mengeluarkan kartu as hanya demi Bagas. Kini dia tahu siapa saja yang berpihak pada gadis itu di wilayah kekuasaannya.

Ya, setidaknya pekerjaannya sedikit lebih mudah kali ini.

“Gue jauh lebih pintar dibanding lo.” Hesa menatap Lanka yang sudah kembali bangkit. “Jangan kira kalau gue bakal masuk ke dalam jebakan murahan lo.”

Lanka mendengkus geli. Ucapan Hesa terdengar menggelitik, sedikit meredakan rasa sakit di tubuhnya. Ada bagusnya jika Hesa menganggap kejadian kemarin sebagai titik lemah Lanka. Dan terima kasih pula sudah mau menerima pancingan Lanka.

Membuat keadaan berpihak pada Hesa adalah bagian dari rencana. Biarkan dia merasa menang dan puas duluan.

“Turut berduka cita.”

Kening Hesa sukses mengernyit karena perkataan Lanka barusan.

“Tabungan gue terkuras lumayan banyak karena ulah lo.” Lanka menyandarkan tubuhnya di salah satu meja. Menatap barang-barang yang membantu Hesa menyakitinya. “Tapi, gue rasa bukan gue yang bakal jatuh miskin.”

Hesa masih tidak mengerti. Tidak ada sangkut pautnya dengan perkataan Lanka di awal.

“Dalam waktu dekat—“

“Lo lagi nyumpahi gue?” tanya Hesa dengan tampang datar.

Kedua bahu Lanka terangkat naik. Tidak ingin memberitahu Hesa maksud dari perkataannya.

EvlankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang