BAB 18 || Dekati

32 10 0
                                    

Hai apa kabar?

1,9k+

⚪  E v l a n k a ⚪


“Lanka!”

Lanka mendongak, menoleh mencari sumber suara. Sekitar dua meter dari arah timur ada sosok yang melambai kecil padanya. Tersenyum cukup lebar sambil berlari kecil menghampirinya. Dia Bagas.

Lanka tersenyum simpul, sekadar formalitas sebagai adik kelas.

“Pagi, Kak,” sapanya.

“Pagi.” Bagas mengangguk sekilas. Dia menoleh ke kanan dan kiri, kemudian menarik tangan Lanka ke tempat yang lebih sepi. Ke depan ruang OSIS.

Keduanya berdiri saling berhadapan, saling memperhatikan sorot mata satu sama lain. Sebelum Bagas membuka percakapan dengan helaan napas dan senyum getir di sudut bibir.

“Apa kabar?” tanya Bagas sambil merapikan anak rambut Lanka yang berantakan. Dikuncir satu begini Lanka jadi terlihat sangat manis.

Lanka mundur dua langkah, menjauhi sentuhan Bagas. Cowok itu malah tersenyum kecil, menghargai keinginan Lanka.

“Ngapain ngajak Lanka ke sini?”

“Kangen.”

Sebelah alis Lanka naik dibuatnya. “Kalau gitu udah, kan, kangennya? Lanka gak mau musuhan sama Hesa karena salah paham.”

Seketika senyum Bagas berubah jadi kecewa. Ya ... mau bagaimana lagi? Dia harus membuat semuanya terlihat natural, seakan terbawa arus dengan sendirinya.

“Lo ... gak suka gue?” Bagas menjatuhkan tatapan kecewanya pada Lanka. Senyumannya memudar, menatap sendu gadis di depannya. “Gue suka lo. Sangat.”

Lanka menghela napas menyadari beban di dada. Diam sejenak tampak luar, pindah berkecamuk di dalam kepala. Bagas yang seperti ini bukan hal yang aneh, hanya saja waktunya yang aneh. Setelah kemarin Lanka mengibarkan bendera menyerah tentang mereka, meminta Bagas menjaga jarak dengan alasan tak ingin di-bully lebih lagi oleh Hesa. Namun, tak ada satu pun gerak-geriknya yang peduli akan kejadian waktu itu.

Sepertinya Lanka memang harus membaca rencana Hesa lewat Bagas. Kalau begitu, ini saat yang tepat untuk memanfaatkan perasaan Bagas. Validasi yang dia dapatkan dari Rindi sudah cukup.

Lanka maju beberapa langkah, memeluk tubuh Bagas tanpa aba-aba. Merasakan tubuh jangkung itu membeku saking terkejutnya. Merasakan detak jantung yang berdegup kelewat kencang. Kali itu Lanka yakin akan pikirannya.

Bagas menelan ludah susah payah.

Kenapa harus Lanka, Sa?

Pelukan Lanka melonggar, dia mundur beberapa langkah. Mendongak menatap wajah Bagas yang masih setengah syok, kemudian tersenyum manis pada orang yang baru saja menyatakan perasaan padanya.

“Itu jawaban gue.”

“Apa?” tanya Bagas bingung.

Lanka menghela napas, kemudian mengangguk. “I have crush on you. Tapi ... keduluan Hesa.” Lanka terkekeh geli. Menatap Bagas sekali lagi. “Lanka pergi dulu.”

EvlankaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang