24. Salah Paham

104 28 12
                                    

"Jangan sampai kamu menghancurkan kepercayaan yang telah dibangun, karena ketika hancur, akan sulit untuk kembali seperti semula. Layaknya kaca pecah atau kertas kusut."


24 || SALAH PAHAM🦁


"Angkasa!"

Tanpa menoleh, Angkasa tahu siapa orang yang memanggilnya. Malas untuk sekedar melirik, dia tetap fokus pada ponselnya.

Zayn yang berada disamping Angkasa menyenggol tangan pria itu.

"Ang," panggilnya sekali lagi sembari datang menghampiri.

"Apaan, sih!"

"Bisa bantuin aku gak?" Angkasa melirik Pelangi yang sedari tadi duduk dihadapannya.

"Apa?"

"Nanti anterin ke makam Kakek, bisa? Pulang sekolah."

Satu alisnya terangkat mendengar permintaan Pelangi. "Gue ada janji sama Venus."

"Please, aku kangen banget sama Kakek," cicitnya dengan suara parau, menatap Angkasa penuh permohonan.

Ia mendesah pelan. "Oke!"

Seketika Pelangi menatap Angkasa dengan kedua mata berpendar bahagia.

Pelangi mengangkat jari kelingkingnya ke arah Angkasa. "Janji?" Tak punya pilihan, dia pun menyambut kelingking itu.

"Janji."

Mentari yang berdiri tak jauh dari sana memicing tak suka melihat Pelangi. Terlebih, si wanita ular itu masih suka mendekati kekasih sahabatnya.

Ketika keluar, Pelangi berpapasan dengan Venus diambang pintu.

"Liatnya biasa aja," sindir Venus sebelum berlalu. Pelangi mendecih tak suka.

"Dia ngapain kesini?" tanya Venus ketika berada diantara anak Rivoster.

Liam berdehem kemudian berdiri. "Gue balik." Lalu beranjak bersama gitarnya.

Tak lama, Zayn dan Athala pun ikut berdiri. "Iya kita juga, udah mau bel masuk nih."

Venus mengerutkan alisnya, memandang kepergian ketiga orang itu dengan bingung. Kini tatapannya beralih pada 3 orang lainnya yang masih tersisa.

"Biasa ngeganggu orang," celetuk Angkasa.

Entah kenapa Venus merasa ragu, dia memicingkan matanya pada Panca dan Dama, meminta kebenaran.

"Eh, aduh tugas Mtk gue belum!" ujar Dama.

Alis Venus kembali berkerut. "Hari ini gak ada Mtk."

Dama gelagapan. "Oh iya lupa, Bahasa inggris maksud gue."

Venus memasang wajah jengkel. "Gak ada tugas!"

Dama menelan salivanya, lengannya diam-diam menyenggol pelan lengan Panca. Bermaksud meminta bantuan.

"Prakarya anjirr!"

Dama menepuk keningnya, berlagak baru mengingat. "Nah, bisa-bisanya gue lupa."

"Otak lo sih, isinya makanan doang."

"Kalau gitu kita kerjain Pr dulu, dah." Mereka berdiri dan kabur dari hadapan Venus. Bukan apa-apa, mereka hanya tak ingin ikut campur urusan Angkasa. Terlebih pria itu telah berbohong, yaa walaupun tak sepenuhnya. Pelangi datang memang untuk mengganggu.

Hmmm, mencurigakan.

"Kamu yakin cuman itu?" tanya Venus sekali lagi.

"Kamu gak percaya sama aku?" Angkasa balik bertanya.

ANGKASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang