40. Flashback

60 9 12
                                    

"Cepat atau lambat, kebenaran akan selalu menunjukkan dirinya. Entah kamu ingin, atau tidak. Entah dia pahit, atau manis."


🦁ANGKASA 40🦁

"It's okey, aku bakal nyelamatin kamu. Tenang, ya."

Venus berjalan perlahan ke depan, berniat mengeluarkan kelinci itu. Setelah beberapa menit akhirnya berhasil juga.

Venus mendengar suara tapak kaki yang mendekat, ketika menoleh seseorang segera memukul leher belakangnya.

"Arghh!" Seketika Venus pingsan.

"Bawa dia." Orang yang disuruh mengangguk.

"Katakan pada tanteku, Vania siap menjalankan rencana. Cepat, sebelum mereka datang."

Lalu pria itu segera pergi usai mengangguk. Vania pun memulai aktingnya.

"Vey?"

Vania tersenyum tipis, lalu menoleh.

***

Venus membuka kedua matanya, ruang gelap dengan lampu temaramlah yang menyambut penglihatannya.

"Kau sudah bangun?" Suara seorang wanita mengalihkan atensinya.

"Tente Maretha?"

Wanita itu tersenyum begitu Venus mengenalinya. Rupanya, Bulan dan Bintang masih menyimpan fotonya.

"Kau kenal aku?" tanyanya basa-basi.

"Apa semua ini? Apa kau besekongkol dengan Vinasya?"

Maretha tertawa. "A'a." Dia menggeleng-gelengkan kepalnya, pertanda salah.

"Vania, dia saudara kembarmu yang ketiga." Maretha tertawa keras begitu melihat keterkejutan diwajah Venus.

"B-bagaimana mungkin?"

Lalu Mareth meceritakan segalanya.

"Kau! Dasar wanita ular," desis Venus ketika Maretha selesai bercerita.

"Oh satu lagi, apa kau tahu? Ayahmu hampir saja tiada ditanganku, tapi pria itu selalu saja lolos. Begitu juga dengan Bulan. Hmm, keberuntungan yang bagus."

"Apa maksudmu?!" seru Venus.

Maretha berdecak, lalu menggeleng prihatin. "Kau tidak tahu, ya? Ternyata mereka tidak memberitahu apa-pun."

"Ah, ya. Apa kau yang menerima bangkai dariku? Itu hadiah yang baguskan?" Maretha kembali tertawa.

"Tante terlalu banyak tertawa. Tidak semudah itu menghancurkan keluarga kami, berusahalah sebaik mungkin. Karena Tante bahkan gak akan bisa menyentuh kami."

Maretha tersenyum miring, dia mendekat dan mencengkram rahang Venus dengan kuat. "Lihat saja nanti, suatu saat keberuntungan akan berpihak kepadaku."

***

"Kamu gak pamit sama Mamah?" tanya Angkasa.

"Ah iya, aku lupa. Lagian tadi Bumi udah tau kok."

ANGKASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang