41. Berhasil Hancur

142 14 15
                                    

"Jalan menuju kemenangan tidaklah mudah, kita harus mempertaruhkan sesuatu, meski kita 'tak ingin."


🦁ANGKASA ENDING🦁

"Pak lepasin saya, saya gak salah!" Pelangi terus berteriak tanpa henti.

Polwan datang, lalu memukul jeruji dengan tongkatnya. "Diam! Berhenti membuat keributan, mengerti?"

Pelangi seketika ciut. Saat Polwan tersebut pergi, seorang Polisi datang menghampirinya.

"Saudari Pelangi, ayah anda ingin bertemu. Mari ikut saya."

Dia segera membawa gadis tersebut bersamanya. Pelangi giirang, berpikir bahwa ayahnya pasti akan mengeluarkan dirinya dari sini.

"Papah kesini mau nyelamatin Angikan?" tebaknya penuh antusias.

Tapi pria dihadapannya menggeleng. "Maaf, Papah gak bisa sayang."

Pelangi terdiam dengan sorot mata kecewa. "Maksud Papah apa?!"

"Perusahaan kita mengalami krisis dan terancam bangkrut, Awan telah mendapatkan kembali perusahaannya, para infestor membatalkan kerja sama karena kasus kamu. Jadi---"

"Jadi buat apa Papah kesini?"

Ayahnya berdiri, meminta maaf sekali lagi lalu pergi meninggalkannya yang meraung.

"Gak, Pak saya gak mau masuk ke dalam lagi. Please."

Polisi tak mendengarkan, dan mengunci kembali jeruji tersebut.

"Keluarin saya dari sini." Suara Pelangii melemah, dia jatuh terduduk sembari menangis. Dia tidak suka tempat kotor ini.

"Ang, jangan tinggalin aku."

Tak lama dia tiba-tiba tertawa keras. "Ang, kamu milik aku. Kesini Babe, keluarin aku dari sini," ujarnya yang kemudian tertawa lagi.

"Aku gak suka disini, Ang. Disini kotor," cicitnya pelan, dia kembali menangis.

Pelangi memutar-mutar ujung rambutnya, dengan senyuman yang terpatri diwajah. "Aku gak salah. Papah jahat!" Dan tertawa seperti orang gila dengan air mata bercucuran.

***

Venus terdiam dengan pandangan kosong, air matanya bahkan tak ingin lagi keluar, mungkin telah habis.

"Vey, yang tabah, ya. Kamu jangan kayak gini dong," bujuk Angkasa.

Dengan masih memakai baju putih, Venus tak menggubris. Gadis itu hanya diam seharian, mengurung diri kamar tanpa sepatah katapun, dia bahkan tak ingin makan.

Air mata jatuh kepipinya, menangis tanpa suara. Angkasa tak tega, dia segera membawa Venus dalam pelukannya.

"Bumi," lirihnya.

"Kapan Bumi balik?" Akhirnya dia membuka suara.

Angkasa meneteskan air mata, tapi dengan cepat menghapusnya. Dia tak mampu menjawab pertanyaan Venus.

Vinasya, Bulan, dan Bintang masuk.

"Vy, Bumi udah pulang?" tanya Venus dengan suara seraknya.

Tangis Vinasya pecah seketika, Bulan segera memeluknya. Air matanya juga tak bisa dibendung.

ANGKASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang