Sekarang perasaan Maryam sudah enakan meski penyakit itu masih ada di dalam tubuhnya, saat ini Maryam sedang tertidur pulas di atas kasur rumah sakit. "Lo marah-marah aja udah cantik apalagi diam kayak gini" ucap Arkana tersenyum menatap Maryam yang sangat imut.
"Gua mau ke sekolah dulu ya! Baik-baik di sini, jangan bandel" ucap Arkana kepada Maryam yang tidak mendapatkan respon karena Maryam tertidur.
***
"Keadaan Maya gimana? Kemarin gua engga sempat ke rumah sakit" ucap Cinta yang baru tiba di kelas.
"Udah baikan kok, kalau Lo mau jenguk ke rumah sakit aja" ucap Arkana.
"Kita ke rumah sakitnya barangan aja, biar cewek cewek ikut, mumpung gua ke sekolah bawa mobil" ucap Rafael duduk santai di kelas.
"Yaudah! Kita barengan aja, tunggu gua ya, awas Lo tinggalin" ucap Cinta langsung meninggalkan mereka berjalan ke tempat nya.
Setelah berbicara guru mapel langsung masuk dan langsung memberikan materi, guru mapel yang tak lain adalah ibu Khadijah, guru yang baik, sopan, kalau memberikan tugas selalu di jelaskan dulu, tidak kayak guru yang lain.
Ibu Khadijah pun menjelaskan materi-materi yang ada di buku, setelah memberikan penjelasan ibu Khadijah langsung memberikan tugas. "Kalian semua sudah paham kan?" Semua murid yang ada di kelas berteriak kencang, "paham Bu!"
"Kalau gitu kalian menulis ya, jangan ribut, kalau sudah selesai bawa ke depan ibu periksa" ucap ibu Khadijah langsung duduk di kursinya.
Seketika murid-murid di kelas diam dan menulis tetapi tidak dengan Arkana, dari tadi ia hanya menghayal entah apa yang ia hayalkan.
"Ka! Lo pikirin apa sih? Dari tadi gua lihat menghayal" ucap Rafael menyenggol lengan Arkana.
"Gua lagi pikirin Maryam, apa dia udah makan atau belum?" ucap Arkana khawatir.
"Pasti makan lah! Kan di sana ada dokter Maudy, pasti dokter Maudy beri Maya makan" ucap Rafael.
"Mudah-mudahan ya" ucap Arkana menutup matanya sekejap dan membuka nya setelah membuka matanya Arkana langsung menulis meski tidak mendengar apa yang ibu Khadijah jelaskan tadi.
***
"Arkana kemana ya?" Ucap Maryam yang sedang duduk tersandar di tempat tidur rumah sakit. Arkana di cari yang datang malah Fatimah dan sih tiga bontot.
"Kakak Maya apa kabal? Fijji kangen" ucap Fajri yang menyalimi tangan Maryam.
"Eh! Fajar, Fajri, Fahmi, sama Fatimah, kakak baik-baik kok" ucap Maryam mengulurkan tangannya untuk di Salim sama empat bersaudara itu.
"Kak Maryam, aku bawa bubur dari rumah Oma, di makan ya! Atau Fatimah suapin?" Ucap Fatimah menampilkan bubur itu di depan Maryam.
"Kalau kamu mau, suapin dong, kan kamu engga pernah suapin kakak" ucap Maryam manja ke Fatimah.
"Kok kakak Fatim engga bawa buat Pijji, kan Pijji lapal juga" ucap Fajri memonyongkan bibirnya.
"Emangnya kamu sakit? Engga kan!" Ucap Fatimah menaikkan satu alisnya pertanda males kalau adeknya itu manja.
"Udah! Sini aku suapin kalian semua" ucap Maryam mengambil bubur itu dan membukanya.
"Engga usah, ini buat kakak aja" ucap Fatimah menatap satu persatu adik-adik nya.
***
"El! Lo jemput Ervan dulu pake motor gua, gua sama yang lain ke rumah sakit pake mobil Lo" ucap Arkana menyerahkan kunci motornya ke Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANA ELANG PUTRA (Ending)
Teen FictionSedang masa revisi Saquel dari cerita "SELAMANYA" Bagaimana jadinya kalau kita menikah dengan anak tunggal, kaya raya + ganteng dan pintar? Arkana Elang Putra anak satu-satunya dari sepasang suami istri bernama Farel David Akbar dan Aqilla Arabella...