Lampu jalanan ibu kota yang menemani Seokjin dan Jungkook malam ini.
Perut Jungkook dan Seokjin yang tadinya berbunyi karena meminta jatah makan, kini sudah anteng karena kenyang.
"Waahh, Jungkook-aa... Makanan tadi sangat murah meriah tapi mengenyangkan!" Puji Seokjin.
"Aku ini kan tidak tinggal dengan orang tua, jadi aku harus mengirit uang jajanku. Jadi, aku selalu beli makanan disitu jika sudah mulai menipis dompetku." Jelas Jungkook.
"Ah, kenapa baru memberitahu aku sekarang!?"
"Yah, kan jarang sekali kita mempunyai waktu seperti ini, hyung."
"Mengapa?" Tanya Seokjin.
"Apa yang mengapa, hyung?" Bukannya menjawab, Jungkook malah kembali bertanya.
"Mengapa tidak tinggal bersama orang tua?"
"Ah, itu.. kalau aku tinggal dirumah, artinya Taetae hyung juga akan tinggal dirumah." Ucap Jungkook menjelaskan.
"Bukankah itu bagus?"
"Mental kakakku akan tambah rusak jika terus-terusan dirumah, hyung."
"Ne?"
"Apa hyung tidak tahu sama sekali?"
"Sedikit."
Jungkook berjalan satu langkah, "Saat ibu belum mengetahui kalau kakakku itu sakit keras, ibu selalu membanding-bandingkan anaknya. Tapi itu hanya berlaku untuk Taehyung. Kakakku yang satu itu kelewat kuat hyung."
"Dia dituntut oleh ibu agar sekolah sesuai dengan apa yang ibu inginkan. Berbeda dengan aku dan Namjoon hyung yang bahkan bebas ingin sekolah apa saja."
"Ibu ingin Taehyung mengambil management agar bisa menjadi pengusaha nantinya. Aku tahu Taehyung tidak menginginkan itu. Jadi, aku menawarkan diri agar aku saja yang mengambil management, dan biarkan Taehyung belajar sesuai dengan keinginannya. Tapi nihil, aku mendapatkan beasiswa ke New York, dan ibu kekeuh ingin Taehyung mengambil management."
Seokjin yang mengikuti langkah kaki Jungkook hanya bisa mendengarkan keluh kesahnya. Seokjin harap, dengan dia membiarkan Jungkook berbicara apa yang ia inginkan bisa melegakan perasaannya.
"Karena ingin masa depannya bagus, Taehyung memutuskan mengambil kedokteran sesuai dengan profesi ayah dan adikmu yang mengambil kedokteran juga." Sambung Jungkook masih menjelaskan.
"Taehyung baik, dia tidak pernah membantah ibu, dia selalu diam jika ibu marah, tapi karena itulah mentalnya jadi terganggu. Bukan hanya mental, fisik nya pun sakit."
"Hampir setiap hari ibu memukul Taehyung, menyiram Taehyung, menyiksanya layaknya bukan ke anak kandungnya sendiri. Maka dari itu, aku memutuskan untuk tidak pulang karena Taehyung akan semakin sakit jika aku ada dirumah."
"Aku pulang ke Seoul dan aku tidak berani menemui keluarga ku, tapi bersyukur aku bertemu adikmu saat sedang di sungai Han. Lebih beruntung nya lagi, ternyata Jimin-ssi adalah sahabat Taehyung."
Jungkook benar-benar mengeluarkan uneg-uneg nya walaupun Seokjin hanya bisa mendengarkan.
Grep, Seokjin memeluk Jungkook dari belakang.
"Sesayang apa?" Tanya Seokjin.
"Tidak terhingga, Taehyung kakakku, hyung. Begitu juga Namjoon hyung. Kalau saja Jimin-ssi tidak membantu aku dan Taehyung untuk baikan, mungkin sampai saat ini kami masih bermusuhan." Jelas Jungkook.
"Topengmu kuat sekali ternyata, ya."
"Ah, tidak. Aku adalah aku, tidak pernah memakai topeng apapun. Aku bahagia ya bahagia, aku sedih ya aku sedih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Night
ФанфикSequel of Just One Day Apa yang harus kulakukan sedangkan apapun yang kulakukan selalu salah(?) • K i m T a e h y u n g ( S w e e t N i g h t ) by Rachalova 05-11-2021 : #1 - taehyung