Jimin duduk di halaman rumah sakit. Pohon dan bunga-bunga menjadi temannya saat ini. Tapi tetap saja, dirinya sendirian karena memikirkan sesuatu.
Percayalah, otaknya saat ini benar-benar rumit, bagaikan kabel yang terlilit tidak beraturan.
Pandangannya kosong, pikirannya melayang entah kemana. Sesekali air mata itu turun membasahi pipi Jimin yang chubby.
"Ternyata ini, Tae." Batin Jimin.
Bersyukurlah Jimin tidak gila setelah mendapat kabar apa yang terjadi pada sahabatnya itu. Bukan tidak gila, mungkin saja belum.
"Cih! Rumah sakit jiwa dimana, sih!?" Monolog Jimin yang dilanjuti dengan tertawa.
"Argh!" Kesal Jimin yang melempar batu ke sembarang arah.
"Akh!" Ringis seseorang.
"Hey! Kalau melempar itu hati-hati! Masih untung hanya kena tangan, bagaimana kalau kena kepala!?" Murka orang itu.
"Maaf, maafkan aku. Apa ada yang luka?" Tanya Jimin seraya memeriksa tangan orang yang ada dihadapannya.
"Sudahlah, lain kali hati-hati." Balasnya sambil meninggalkan Jimin sendirian.
Ini semua karena Jimin memikirkan sesuatu yang terlalu rumit didalam kepalanya. Yah, namanya juga manusia, selalu dihantui dengan masalah. Jika tidak ingin punya masalah, maka, mati saja.
"Dokter Do Han, anak dokter yang bernama Kim Taehyung menderita penyakit kanker darah atau biasa disebut dengan Leukemia. Saat ini Taehyung sudah memasuki stadium dua, dok. Untuk mengobatinya dokter juga tahu seperti apa. Tapi saya sebagai dokter yang menangani Taehyung tidak bisa mengambil keputusan apapun, karena semuanya diserahkan pada keluarga dokter saja."
Kurang lebih seperti itu dokter Jo Woon menceritakan keadaan Taehyung pada Jimin. Dokter Jo Woon menceritakan kembali saat dirinya menjelaskan keadaan Taehyung pada sang ayah.
Taehyung diputuskan untuk melakukan CT Scan saat dirinya mengeluh bahwa kepalanya sering pusing bahkan sakit, mengeluarkan darah dari hidungnya, dan muncul memar disekitar tubuhnya.
Lagi-lagi Jimin menitihkan air mata saat mengingat apa yang dikatakan oleh dokter Jo Woon.
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya, dok." Ujar Do Han kepada Jo Woon.
Jimin mengingat lagi perkataan yang diceritakan oleh Jo Woon.
Kini Jimin mengingat sebuah ruangan yang ia temukan tempo lalu sebelum mendiang Yoongi pergi.
Ingat saat Jimin melihat sebuah ruangan dan membuatnya menangis tiba-tiba didepan ruangan tersebut? Bahkan Jimin sampai meracau menyebut ibu nya seakan tidak percaya saat melihat ruangan itu.
Iya, didalam ruangan itu ada Jungkook dan sang ayah. Mungkin jika hanya ada dua orang itu Jimin tidak akan menangis, tapi nyatanya, yang ada diatas brankar seraya bermain dengan Jungkook itu adalah Taehyung.
Posisi Taehyung duduk diatas brankar, tak lupa infusan yang menempel ditangan kirinya, juga oksigen yang terkait dilubang hidungnya.
Masih ingat saat Jimin melewati ruangan itu untuk yang kedua kalinya? Lagi-lagi Jimin saat itu tidak percaya karena yang ada didalam ruangan itu, Taehyung lagi.
Sebegitu nya Taehyung menutupi sakitnya dari sahabatnya. Sungguh, bukan Taehyung ingin menutupi. Hanya saja, Taehyung berpikir saat itu bahwa Yoongi lah yang harus menjadi prioritas Jimin. Taehyung juga tidak mau menambah beban untuk Jimin.
Lalu, apa ingat dengan Taehyung yang tiba-tiba tidak ada kabar selama seminggu? Bahkan saat Jimin menghubungi Jungkook, terdengar suara Jungkook yang begitu parau. Jungkook bilang, dirinya sedikit tidak enak tenggorokan dan sedikit flu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Night
Fiksi PenggemarSequel of Just One Day Apa yang harus kulakukan sedangkan apapun yang kulakukan selalu salah(?) • K i m T a e h y u n g ( S w e e t N i g h t ) by Rachalova 05-11-2021 : #1 - taehyung