Lapak baru

2.3K 77 2
                                    


Assalamualaikum prenddd

Pakabar nih? Btw, aing bawa cerita baru loh. Jan lupa pada mampir ye, hehe. Tinggalin jejak juga berupa vote and komen.

 Tinggalin jejak juga berupa vote and komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





















Dinda berjalan mendahului Raga. Memesan dua mangkuk bakso beserta minumannya kemudian mengambil duduk didekat tembok.

Wanita itu duduk seraya memangku tangan diatas meja. Memalingkan wajah ketika Raga mengambil posisi disebelahnya.

"Marah?"

"Menurut lo?" ketus Dinda.

Raga terkekeh kecil.
"Nggak boleh bermuka masam loh, didepan suami. "

"Abisnya lo ngeselin!"

"Emang gue bikin lo kesel?" Pake nanya lagi. Nih cowok emang nggak ada peka-pekanya ya?

"Ck. Tau ah pikir aja sendiri!"

Perdebatan kecil itu teralihkan tatkala Ibu penjual bakso mengantar pesanan Dinda.
"Pesananya, Neng. "

Dinda tersenyum ramah.
"Makasih, Ibu, "

"Sama-sama. "

Bukannya segera pergi, Ibu tadi malah diam sembari memeluk nampan. Netranya sedari tadi tak berkedip menatap Raga yang tengah mengaduk sambal, saus, kecap beserta kawan-kawannya didalam mangkok.

Sadar suaminya menjadi pusat perhatian, Dinda mengibaskan tangan didepan wanita setengah baya itu.

"Bu, "

Ibu tersebut terkesiap. Spontan ia berkedip lantas beralih pada Dinda.

"Eh iya, Neng?"

"Kenapa?"

Wanita itu senyum-senyum tidak jelas.
"Itu adeknya ya, Neng? Ganteng pisan ihh, gemess. " ucapnya sambil mencolek dagu Raga. Sementara Raga yang diperlakukan seperti itu hanya bergidik.

"Boleh atuh, kalau dijadiin mantu. Anak Ibu cantik loh, Mas. " lanjutnya yang tertuju pada Raga.

Dinda berdehem sejenak. Telinga wanita itu seketika panas. Dadanya tersasa dibakar api yang berkobar-kobar didalam sana.

Menghalau rasa jengkelnya, Dinda memaksakan sudut bibirnya untuk tersenyum.
"Maaf sebelumnya, Ibu. Tapi cowok disebelah saya ini sudah menikah. "

"Ah, masa sih? Orang masih muda gitu, kok. "

Dinda menghela nafas dalam, masih berusaha sabar. "Saya nggak bohong. Dan asal ibu tahu, saya ini istrinya sahnya. Sah menurut agama serta hukum. " tekan Dinda.

"Beneran, Mas?"

Raga mendongak. Ia menelan baksonya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan ibu itu.
"He'em. Dia istri saya, Bu. " jawabnya santai.

"Ma-maaf, saya tidak tahu. Ka-kalau begitu saya permisi dulu, " gugupnya kemudian melenggang. Terlebih ketika ia menyadari aura permusuhan dari raut wajah Dinda.

"Emangnya gue se'tua itu ya, sampai-sampai lo dikira adek gue?" tanyanya seraya mencengkram erat sendok yang ia pegang. Tatapannya menajam.

Raga tergelak. Pria tersebut memegang perutnya yang terasa kram. Pasalnya, bukan kali ini saja mereka disangka pasangan Kakak-adik, bukan suami istri. Dan tentunya hal tersebut membuat Dinda kesal bukan main.

"Bwahahahaha, itu sih bukan muka lo yang ke-tua'an, Din. Tapi emang dasarnya aja muka gue ini ganteng dan juga babyface. Nggak heran kalau banyak ibu-ibu yang minta gue buat dijadiin mantunya, " ucap Raga bangga.

"Ohh, jadi lo bangga buat rebutan, gitu? Yaudah, kalau begitu ceraiin gue dan lo bebas pilih cewek manapun yang lo suka, "

Tawa Raga bertambah pecah. Ia menoel-noel pipi sang istri.
"Cemburu lo?"

Masih ditanya? Hei, mana ada istri yang rela suaminya digoda oleh wanita lain? Terlebih dimintai sebagai calon mantu. Dinda rasa tidak ada.

Dinda memberengut. Sendoknya ia hentakkan kasar diatas mangkok hingga menimbulkan dentingan. Tak luput dari itu, kuah didalamnya muncrat kemana-mana hingga mengenai matanya. Terlebih sambal yang ia tuang tadi terbilang banyak. Jadilah ia mengipasi matanya yang terasa pedas nan perih.

"Awwss, perihh ... " rintih Dinda.

Raga menghentikan tawanya. Ia beralih pada Dinda, menahan tangan wanita itu agar tidak mengucek matanya lagi.

"Jangan dikucek, nanti tambah merah. "

Dinda mencoba membuka sebelah matanya yang terasa berat. Berkali-kali ia mencoba, namun hasilnya nihil. Kantung serta kelopak matanya terasa lengket.

Raga tak tinggal diam. Pria tersebut menangkup wajah sang istri, kemudian meniupnya penuh kelembutan. Sejenak mengamati wajah Dinda yang memerah akibat kuah bakso tadi.

"Masih perih?"

Dinda hanya bergumam. Perlahan, ia mulai membuka mata. Berhasil. Objek pertama yang ia lihat adalah wajah suaminya. Kulit putih, alis tebal, hidung mbangir, serta bibir agak berisi. Entah kenapa, dari jarak sedekat ini membuat kinerja jantung Dinda menjadi tak terkendali.

Raga memajukan wajahnya, agak condong. Tangannya menahan tengkuk Dinda dibagian belakang.

Netra Dinda membelalak lebar. Meneguk salivanya susah payah, ia menggulirkan pandangannya pada sekitar.  Menatap satu-persatu orang yang kini juga tengah menatapnnya dan Raga dengan tatapan heran. Wanita itu mendorong pelan dada bidang milik Raga, takut jika pria itu berbuat macam-macam. Apalagi, ini tempat umum. Ia hanya tidak mau menjadi pusat perhatian banyak orang.

"G-ga, l-lo mau apa?"

Bukannya menjawab, pria itu malah semakin mengikis jarak. Bahkan, berkisar satu senti saja hidung mereka nyaris bersentuhan. Raga mengulas senyum devil, berbeda dengan Dinda yang memilih untuk memejamkan mata.

"Lo baper nggak, gue giniin?"

Raga Sialan! Ternyata cowok itu hanya berniat untuk menjebaknya.

See you  sayang-sayangku😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang