Bab 2

11.9K 1.1K 56
                                    

"Jika kalian sedang jatuh cinta
Maka dkati dulu pencipta-Nya
Baru Ciptaan-Nya"

______________________________________

Sebelumnya aku mau minta sama kalian yang baca cerita ini jangan jadi sider. Setidaknya tinggalakan vote. Gak susah kok, cuma pencet bintang aja. Gak sampe satu menit juga. Tolong hargai penulis. Penulis udah nulis berjam-jam. Kalian baca gak sampe sepuluh menit. Kadang aku kecewa, kalau readers sama vote gak sebanding. Tapi makasih buat yang udah baca.

Happy Reading😊
.
.
.
.
.
.
.

Pagi telah menyapa. Hangatnya sinar mentari menerobos pori-pori seorang gadis yang kini sedang menggayuh sepedanya menuju tempat kerja.
Sekitar sepuluh menit, Shanum tiba di Eza'cafe. Tempat dimana selama tiga tahun terakhir ini ia mengais rejeki.

Sesekali wanita itu tersenyum untuk menyapa beberapa rekan kerjanya. Perlu kalian tahu bahwa Shanum terkenal ramah disini. Wanita itu memiliki sifat yang ceria, polos, dan jujur. Terkadang pula sifat polosnya itu membuat orang-orang disekitarnya tertawa. Dia apa adanya. Tidak heran jika banyak pria yang menaruh hati kepada gadis itu.

"Shanum, besok minggu ada acara gak?"tanya Afif, salah satu teman kerjanya. Usianya dua tahun lebih tua darinya.

"Gak ada, kenapa?"jawab Shanum sembari memasang apron berwarna merah ditubuh mungilnya. Wanita itu sudah siap untuk bekerja.

Afif menggigit bibir bawahnya. Ragu untuk mengutarakan niatnya.
"Aku mau ajak kamu jalan, boleh?"

Shanum mengerutkan dahinya. Bingung.

"Cieee Afif pedekate nih ye sama sih dedek Shanum,"timpal Bagas.

"Ekhemm... keknya ada yang mau jadian nih. Makan gratis euyy,"sahut Santi. Wanita itu sepantara dengan Afif.

Alih-alih menjawab, Shanum malah memperhatikan Nanda yang merupakan sahabatnya disini. Sahabatnya menuduk lesu. Wanita itu tahu bahwa Nanda mempunyai rasa kepada Afif. Terkadang Shanum juga merasa bersalah karena Afif berusaha mendekati dirinya secara gamblang. Padahal Shanum sudah sering menolak.

Shanum mendekati Nanda yang sedang memainkan jarinya abstrak. Meski tidak terlalu paham dengan percintaan, tapi Shanum tahu kalau sahabatnya itu sedang dilanda cemburu.

Shanum kembali mengalihkan pandangannya kepada Afif.
"Maaf Mas Afif, Shanum gak bisa."tolaknya halus. Tangan mungilnya mengelus bahu Nanda.

Nanda mendongak. Menatap Shanum yang juga menatapnya lembut.
Beruntungnya Nanda memiliki sahabat yang pengertian seperti Shanum.

Bahu Afif melorot lesu. Ditolak lagi. Kenapa sih susah sekali mendekati wanita dihadapannya itu?

Sedangkan Bagus, saat ini sedang menahan tawanya. Rasanya senang saja kalau melihat sahabatnya-Afif sedang patah hati seperti ini. Sahabat laknat memang.

"Kenapa sih Sha, susah banget buat deketi kamu?"nada bicara Afif berubah menjadi sendu.

Shanum diam tidak menjawab. Wanita itu memilin ujung jilbab segitiganya.

"Aku tuh cinta sama kamu Sha, aku sayang sama kamu." Bukan kali pertama Afif mengungkapkan perasaan kepadanya.

Shanum bingung harus menjawab apa. Karena jujur saja, Shanum hanya menganggap Afif seperti kakaknya sendiri. Sama seperti Bagus dan Santi.

"Shanum juga sayang Mas Afif,"kata Shanum membuat netra Afif seketika berbinar.

"Ja---"

"Sebagai Kakak."potong Shanum.
Untuk saat ini, Shanum sedang tidak ingin memikirkan masalah percintaan. Apalagi berpacaran. Ia hanya ingin fokus menata hidupnya terlebih dahulu. Membenahi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Lagipula jodoh sudah ada yang mengatur kan? Lantas untuk apa kita risau?

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang