bab 27

7.9K 898 45
                                    

"Kecantikan memikat mata, kepribadian memikat hati."

_____________________________________________

Alhamdulillah bisa up lagi😊

Pencet bintang dulu yuk,

Jadikan Al qur'an sebagai bacaan utama

Oh ya kalo mau sambil dengerin lagu diatas boleh, biar lebih ngefeel😊
Happy reading🤗
.
.
.
.
.
.

"SAHH!!"

Gaungan hamdalah menggema diseluruh ruangan. Para tamu bersorak riang tatkala seorang pria berjas hitam sukses mengucapkan qobul dalam satu tarikan nafas. Meski bukan untuk yang pertama kalinya, tapi tetap saja rasa nerveous itu ada. Apalagi dihadapan banyak saksi.

Sebulan telah berlalu semenjak lamaran itu, dan kini Abidzar telah menghalalkan wanita yang ia persunting. Senyum manis tak pernah luntur dari wajah tampan itu.

Dilain sisi, tepatnya didalam ruangan yang telah didesain sedemikian rupa dengan nuansa serba putih, seorang wanita tengah menggigit ujung jarinya gugup. Ia berjalan mondar-mandir bak setrika, mengusir perasaan aneh didadanya. Sampai sentuhan halus menyapa pundak yang berbalut gaun putih itu.

"Sha,"suara itu milik Bu Asih. Dengan cepat Shanum menoleh lantas memeluknya erat.

"Selamat, hiks... Ibu ikut bahagia kalau kamu bahagia. Semoga jadi keluarga yang samawa ya Nak,"wejangnya seraya melerai pelukan. Shanum menatap lekat manik milik Bu Asih. Ia mengusap cairan bening yang keluar dari sudut mata wanita berkhimar coklat itu.

"Makasih untuk doanya dan makasih karena selama ini sudah menjaga dan menyayangi Shanum. Sampai kapanpun Shanum nggak akan lupa sama kebaikan kalian.

Bu Asih memaksakan untuk tersenyum meski setengah hatinya merasa berat. Saat ini gadis dihadapannya sudah beruba status menjadi seorang istri, yang artinya sudah tidak sebebas dulu lagi. Waktu mereka akan terbatas. Apalagi kalau Shanum ikut suaminya nanti.

"Doa ibu akan selalu menyertaimu,"

Disamping itu wanita bergaun burkat datang menghampiri mereka. Hijab pashmina tersampir rapi dipundaknya.

"Shanum," wanita itu turut memeluk Keponakannya.

"Barakallah..."

"Budhe," Shanum tersenyum.

"Makasih budhe udah mau jauh-jauh dateng kesini sama Pakdhe. Maaf ngerepotin."

Budhe Isti tersenyum tulus.
"Nggak masalah Nak. Budhe seneng bisa hadir dinikahan kamu. Kamu keponakan kesayangan kami."

Wanita itu mengangguk. Sementara Bu Asih hanya menyimak percakapan diantara keduanya.

"Kamu kenapa sih nggak mau ikut Budhe sama Pakdhe aja?"katanya dengan nada sendu.

Shanum menghela nafas panjang.
"Shanum nggak bisa. Ini kota kelahiran Shanum, banyak kenangan sama Mama, Papa dan Abang."

Budhe Isty mengusap kepala Shanum.
"Yasudah. Oh ya, Budhe sama bu Asih keluar dulu bentar lagi suamimu kesini."

Mendengar kata 'suami' sontak saja pipi Shanum memerah.

"Ayo Jeng Asih, kita keluar dulu."ajaknya.

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang