Bab 9

8K 873 22
                                    


Desiran itu, terasa aneh namun menyenangkan.

Elshanum Almayra

_________________________________________

Happy reading😊
.
.
.
.
.
.
.

Sudah tiga hari ini Abidzar menginap dirumah kedua orang tuanya. Abi Rasyid sedang sakit, oleh karena itu Abidzar memilih meninggalakan pekerjaannya dan merawat Abinya. Sekaligus membantu untuk mengajar para santri dipondhok ini.

Alif dan Luna pun begitu. Mereka sama-sama sepakat untuk menjaga Abi Rasyid. Kebetulan juga Adel sedang libur semester. Kasihan jika Umi Aisyah yang mengurus suaminya seorang diri. Ya meski ada santri yang bisa beliau mintai bantuan, tapi tetap saja rasanya akan berbeda. Kehadiran anak-anak mereka yang paling penging saat ini.

"Om, anterin Adel ketemu sama Kakak cantik."rengek gadis kecil seraya menarik-narik tangan Abidzar. Pria itu mendesah pelan, niat ingin istirahat malah diganggu oleh kponakannya. Abidzar memejamkan mata seraya memijit pelipisnya pelan.

Lagipula Kakak cantik yang dimaksud oleh Adel itu siapa? Abidzar rasa, Adel memang dekat dengan wanita yang disebut Adel 'Kakak cantik'.

"Lain waktu ya sayang, om cape banget baru pulang ngajar."ucapnya.

Adel duduk di kursi gazebo, lebih tepatnya disamping Abidzar. Gadis itu menggembungkan pipinya kesal.

"Adel udah janji sama dia om,"keukeuhnya.

"Tapi beneran deh, om cape banget. Badan  juga pegel semua."pria itu memegang pundaknya.

"Sebentar,"Adel mengeluarkan puppy eyesnya dengan tatapan memohon. Jika sudah begini, Abidzar tidak bisa menolak.

"Okeh, Om ganti baju dulu."putusnya membuat gadis kecil itu tersenyum senang.

***

"Kamu yakin, ini alamatnya?"tanya Abidzar seraya mengamati alamat yang tertera disebuah kertas.

Adel mengangguk mantap, "Iya Om, itu Kakaknya sendiri yang nulis."jawab Adel.

Sepertinya Abidzar tidak asing dengan daerah ini. Ia pernah kesini beberapa waktu lalu. Tapi kapannya dan dengan siapanya Abidzar lupa.

Mereka menghampiri wanita bergamis biru langit yang sedang asyik menyiram bunga. Tak elak wanita itu juga bersenandung kecil.

"Assalamualaikum Kak Elsa,"sapa Adel dengan senyum cerianya.

"Walaikumussalam,"Shanum memutar badannya 90 derajat. Betapa terkejutnya ia saat melihat pria yang bersama Adel.

"Kak Abi,"gumamnya.

"Shanum, jadi kakak cantik yang dimaksud Adel kamu?"

Shanum tersenyum kikuk.

"Kakak jadi 'kan jalan-jalannya? Sama om juga,"tanya Adel.

"Hah? Sama dia?"Shanum menunjuk Abidzar. Wanita itu menggaruk pelipisnya yang tak gatal.

"Kakak udah janji loh sama Adel, kata Bu Guru janji adalah hutang dan hutang harus ditepati."Adel menaik turunkan alisnya.

Shanum bingung. Ingin menolak tapi tidak enak dengan Adel. Ingin menerima tapi canggung dengan Abidzar. Serba salah memang.

"Eumm kalau lain waktu gimana? Kakak lagi sibuk soalnya, siang ini Kakak ada shift."alibinya.

Adel memajukan bibirnya beberapa centi. Tangannya ia lipat didepan dada. Sudah menjadi ciri khas Adel jika ngambek seperti itu.

"Gak mau, besok senin Adel udah masuk sekolah, bakal sedikit waktu buat main."rajuknya.

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang