Bab 13

8.3K 828 33
                                    

"Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan
Tapi bukan berarti perpisahan menjadi akhir dari cerita."

_________________________________________

Sebelumnya aku minta maaf, jika banyak kata-kata kasar

Harap tidak ditiru

Tandai Typo yang bertebaran

Happy reading🤗
.
.
.
.
.
.
.

Bagas menatap Afif nyalang. Kilatan amarah kentara sekali terpancar dimanik coklat terang itu. Ia menyesal pernah menganggap Afif sahabatnya. Orang yang selama ini ia kira baik, ternyata seperti iblis. Bahkan berniat menodai Shanum yang notabenya ia anggap sebagai adik sendiri. Andai saja waktu dapat diputar kembali, sungguh Bagas tidak akan pernah mengijinkan Shanum untuk pergi bersama Afif kala itu.

Ya, setelah kejadian malam itu Shanum menceritakan semuanya kepada Bagas. Wanita itu hanya terbuka pada orang-orang terdekatnya saja.

"BANGSAT! DASAR BAJINGAN! BANCI LO!" Bagas mendorong dada Afif kasar, namun pria itu hanya diam. Afif tahu siapapun pasti akan emosi jika melihat orang yang kita sayang disakiti, seperti Bagas contohnya. Afif membiarkan Bagas meluapkan semua emosinya, ia pantas mendapatkan semua ini.

Bagas sengaja membawa Afif ketempat yang jauh dari kerumunan orang. Pria itu ingin memberi pelajaran kepada Afif.

"Maafin gue Gas, gue khilaf." Kata Afif lemah seraya tertunduk.

"MAAF LO NGGAK GUNA!"

"MANA BUKTI UCAPAN LO?! DASAR PECUNDANG!"sekali lagi Afif hanya diam menerima setiap pukulan dari Bagas.

"Mas Bagas udah, tahan marah. Kasihan dia."tutur Shanum pelan. Kini posisi wanita itu berada diantara Afif dan Bagas.

"Orang kayak gini nggak pantes buat dikasihani Sha!"

Shanum menggeleng, mencoba bersabar menghadapi Bagas yang sudah dikuasai emosi.

"Mas Bagas ingat nggak Sabda Rasulullah SAW dalam menahan marah?"

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ »
"Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah"[4].

Inilah kekuatan yang terpuji dan mendapat keutamaan dari Allah Ta'ala, yang ini sangat sedikit dimiliki oleh kebanyakan manusia[5].
Imam al-Munawi berkata,"Makna hadits ini: orang kuat (yang sebenarnya) adalah orang yang (mampu) menahan emosinya ketika kemarahannya sedang bergejolak dan dia (mampu) melawan dan menundukkan nafsunya (ketika itu). Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits ini membawa makna kekuatan yang lahir kepada kekuatan batin. Dan barangsiapa yang mampu mengendalikan dirinya ketika itu maka sungguh dia telah (mampu) mengalahkan musuhnya yang paling kuat dan paling berbahaya (hawa nafsunya)."

Bagas menarik nafasnya dalam-dalam. Dadanya masih memburu.

"Gue bakal lepasin lo."

"Makasih Gas."
Afif mengembangkan senyum. Pria itu hendak memeluk Bagas namun langsung ditepis kasar oleh pria itu.

"Gue lakuin ini karena Shanum. Kalau aja dia nggak minta, gue udah habisin lo Fif."ucap Bagas tajam.

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang