"Aku tahu hatiku takkan pernah sama, tapi aku mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa aku akan baik-baik saja."_____________________________________________
Jadikan Al qur'an sebagai bacaan utama.
Happy reading
.
.
.
.
.
.
.Shanum yang baru saja pulang dari pasar mencari bahan kue, menghentikan langkah sejenak tatkala melihat wanita paruh baya terduduk dipinggiran trotoar. Shanum mendekat lantas berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan wanita itu, meletakakan kantung kresek berukuran cukup besar itu ditanah.
"Bu, Ibu nggak apa-apa?"tanya Shanum khawatir kala Ibu itu memijat kakinya seraya meringis.
Wanita berkhimar syar'i itu mendongak, menatap Shanum sembari tersenyum tipis.
"Nggak papa Nak, mungkin asam urat ibu lagi kambuh.""Ibu mau kemana? Terus naik apa?"
"Tadi selesai belanja, terus mau nemuin anak ibu didepan minimarket sana," wanita itu menunjuk. "Mau nelpon tapi handphone ibu lowbat."
"Shanum antar yah sampai kesana. Tempatnya lumayan jauh, kasihan ibu."ucapnya tulus.
"Jadi nama kamu Shanum?"
Shanum mengangguk.
"Memangnya tidak merepotkan? Kamu juga lagi belanja kan, bawanya juga banyak. Kasihan temen kamu."ujarnya melirik Ana. Gadis itu tersenyum sekilas.
"Ana, kamu keberatan nggak, kalau pulang duluan bawa belanjaan sendiri? Aku mau antar ibu ini soalnya, takut ada apa-apa dijalan." Katanya yang tertuju pada Ana.
Wanita paruh baya itu tersenyum kagum. Jaman sekarang ternyata masih ada anak muda yang peduli terhadap sekitar. Padahal diluaran sana banyak yang lebih memikirkan kesibukannya sendiri daripada memperhatikan orang-orang disekelilingnya.
"Nggak masalah Mbak, nanti Ana naik ojek aja biar cepet."
"Beneran?"tanya Shanum tak enak hati.
Ana mengangguk cepat.
"Iyah,""Yaudah kamu hati-hati dijalan,"
"Mbak juga."
Ana melambaikan tangan pada tukang ojek yang biasanya mangkal.
Tak lama ojeknya datang lantas Ia menyebutkan alamat yang dituju."Ana duluan, Assalamualaikum."pamitnya. Dua wanita berbeda generasi itu serempak menjawab salam Ana.
Shanum membantu Ibu itu berdiri meski sedikit kesulitsan. Salah satu tangannya yang terbebas membawa kantung belanjaan ibu itu.
"Beneran nggak ngerepotin?"tanyanya ulang. Bagamanapun ia merasa tidak enak dengan wanita muda baik hati itu.
"Santai aja Bu, Shanum seneng kok bisa bantu ibu."
Mereka berbincang ria selama diperjalanan. Walaupun baru bertemu beberapa menit lalu, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menjalin keakraban diantara keduanya. Mengingat Shanum adalah tipe orang yang mudah bergaul dan humble.
"Jadi Ibu punya pondhok pesantren? wahh pasti seru. Dulu Shanum juga pernah berkinginan buat mondhok, tapi Mama sama Papa belum ngijinin. Katanya Mama nggak mau jauh dari Shanum. Akhirnya Shanum cuma belajar ngaji di TPQ yang ada dideket rumah,"cerita Shanum antusias. Tangannya masih setia memegang pundak wanita itu agar tidak terjatuh.
"Nggak masalah. Mencari ilmu kan bisa dimana aja. Iya kan?"Shanum mengangguk setuju.
"Oh iya, Mama sama Papa Shanum kerja dimana sekarang?"tanyanya. Seketika raut wajah Shanum berubah murung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsha (END)
SpiritualWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!! High Rank : 1- Islami (12 Feb 2021) "Kenapa Kakak bisa cinta sama Shanum?"tanya wanita itu. Kini posisinya sedang bersandar manja dibahu sang suami. Pria itu menunduk, agar bisa melihat lekat wajah istrinya. "Gak tahu."j...