bukan update

5.9K 235 16
                                    


Assalamualaikum seyeng seyengquu😘
Apa kabar kalian? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya guys😉
Aku ada cerita baru, spoilernya Arsha, kisah Atha-anak mereka🤗
Mampir kelapak baru aku yuk, siapa tahu suka🤗

Assalamualaikum seyeng seyengquu😘Apa kabar kalian? Semoga selalu dalam keadaan sehat ya guys😉Aku ada cerita baru, spoilernya Arsha, kisah Atha-anak mereka🤗Mampir kelapak baru aku yuk, siapa tahu suka🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Merasa lawannya sudah tak berdaya, Atha tersenyum sinis. Lelaki itu menepuk telapak tangannya, lantas merapikan bajunya yang sedikit lecek.

"Dasar cemen! Beraninya main perempuan, " seloroh Atha. Preman pemilik badan kekar itu mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah.

Bella mengulas senyum tipis. Tanpa aba-aba, gadis itu berlari menghampiri Atha. Memeluk tubuh tegap Atha erat, seolah tak ingin lepas. Bella menangis sesegukan, menumpahkan semua rasa yang bercokol yang sedari tadi ia tahan.
"Atha, gue takut ... " lirihnya.

Atha tak bergeming diposisinya. Lelaki itu masih mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Hingga lima menit berlalu, manik pekat Atha tanpa sengaja menangkap sosok preman tadi mengeluarkan benda tajam dari dalam saku celananya. Preman tadi mengacungkan pisau tersebut kearah Bella, namun sebelum benda tersebut benar-benar menyentuh tubuh Bella, Atha dengan gerakan gesitnya lebih dulu memutar tubuh gadis itu. Sehingga, pisau yang seharusnya melukai Bella malah mengenai punggung sebelah kanannya.

Jleb

Atha meneguk salivanya susah payah ketika rasa nyeri mulai menjalar.

"Atha ... " lirih Bella tatkala merasakan tubuh Atha mulai ambruk kepelukannya. Perlahan, tangan gadis itu meraba punggung Atha dan mendapati darah segar keluar dari sana.

"Cabut!" titah si preman berbadan kekar. Tanpa pikir panjang, mereka berlari meninggalkan tempat itu.

"Tha, " lelaki itu sudah tidak kuat menopang berat badannya lagi. Pelan tapi pasti, tubuh Atha luruh kebawah, menyatu dengan kerasnya aspal.

Bella menekuk lutut, membawa kepala Atha keatas pangkuannya. Gadis itu berulang kali menepuk pipi Atha saat lelaki itu nyaris kehilangan kesadarannya.
"Atha, bangun. Jangan bikin gue panik, " Bella mulai sesenggukan. Perasaannya semakin campur aduk. Gadis itu celingukan, berharap jika sebentar lagi bala bantuan segera datang.

"Tolong ... tolong ... "

Sedangkan Atha yang kondisinya masih setengah sadar terkekeh pelan.
"Lo khawatir sama gue?" gurau Atha. Bella menyeka air matanya kasar kemudian melayangkan cubitan maut pada pinggang Atha. Heran, dalam keadaan sekarat pun, lelaki itu masih bisa bercanda?!

"Lo lagi sekarat tapi masih sempet buat bercanda?!" Bella tak habis pikir.

"Santai aja kali, mukanya. Nggak usah spaneng gitu, " kelakar Atha.

Bella kembali menepuk bahu Atha.
"Gue serius, Tha."

"Mau dong diseriusin, "

"Athaaaaa!" pekik Bella frustasi.

Suasana hening seketika. Hanya suara jangkrik dan beberapa hewan lainnya yang mengisi keheningan. Kedua insan itu saling tatap, mengunci pandangan mereka dengan manik masing-masing. Bella yang masih sesenggukan, sedangkan Atha yang meringis menahan sakit.

Entah dorongan darimana, perlahan tangan Atha terangkat keudara. Jemari besarnya menyentuh lembut pipi Bella yang sudah dibanjiri dengan air mata. Padahal, dulu ia sendiri yang melarang Bella untuk menyentuhnya. Tapi sekarang, justru dirinya sendiri yang melakukan itu. Atha tahu apa yang ia lakukan salah. Atha tahu jika perbuatannya tidak bisa dibenarkan. Tetapi, ia sendiri tidak bisa menahan keinginan hatinya untuk melindungi gadis itu. Ia tidak kuasa menolak gejolak aneh yang bersarang didadanya belakangan ini.

"Bella, " suara Atha terdengar parau.

"I-iya?" tenggorokan Bella rasanya tercekat. Jangankan berbicara, mengeluarkan suara saja rasanya sakit. Apalagi melihat kondisi Atha yang seperti ini. Terlebih, itu semua Atha lakukan hanya untuk melindunginya.

"Ma-maaf atas sikap gue ta-tadi. Ng-nggak seharusnya gue bentak lo. Nggak seharusnya gue tuduh lo atas perbuatan yang enggak lo lakuin samasekali, " ujarnya terbata.

Bella memandang lekat laki-laki itu.

"Gue udah tahu semuanya. Se-sekali lagi, gue minta maaf, "

"Atha, "

"Kalau terjadi apa-apa sama gue, titipin salam gue buat keluarga gue dan temen-temen, ya? Bilangin ka-kalau gue, shhh ... sayang mereka. " Atha mengerang kesakitan.

Bella menggeleng pelan. Gadis itu meletakan telunjuknya tepat didepan bibir Atha. Mengisyaratkan agar lelaki itu tidak banyak bicara.
"Lo nggak boleh ngomong kayak gitu. Gue yakin lo bakal selamat. Kalau sampai terjadi apa-apa sama lo, gue nggak akan maafin diri gue sendiri, "

Atha menarik nafasnya dalam. Lelaki itu mencabut pisau yang sedari tadi menancap dipunggungnya.
"Sa-sakit, Bel ... " racaunya. Bahkan, wajah Atha sudah memerah saat ini.

"Atha, lo bertahan ya. Gue bakal cari bantuan, "

"Arghhh, " detik itu pula kesadaran Atha hilang. Tentu saja, hal tersebut membuat Bella semakin kalang kabut.

"Athaaa!" Bella menarik Atha kepelukannya. Mata Atha sudah terpejam rapat. Menyisakan aliran nafas yang berhembus secara teratur.

"Apapun caranya lo harus bertahan, Tha. Gue nggak mau kehilangan lo, "

"Karena gue cinta sama lo, "lanjut Bella dalam hati.

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang