Bab 24

7.3K 861 37
                                    

"Ternyata benar kata orang, tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat orang yang kita sayangi bahagia."

~Abidzar Alka Bachtiar~

_____________________________________________

Assalamualaikum readers ku tercinta...
Apa kabar hari ini?
Semoga selalu dalam keadaan baik yah😊

Btw yang udah hadir dari kota mana aja nih?
Isi kolom komentar dong biar rame hihihi🤭

Nb: Yang belum sholat, sholat dulu ya guys (kecuali yg berhalangan)

Cuss yuk...

Happy reading🤗
.
.
.
.
.
.

Usai menyelesaikan pekerjaannya, kini Abidzar berada dikediaman Arman. Orang tua dari mendiang istrinya dulu. Kedatangannya disambut baik oleh sepasang suami-istri itu. Senyum hangat selalu terpatri diwajah mereka.

"Maaf Mi, Bi, Abidzar jarang berkunjung. Dikantor banyak kerjaan."ucap Abidzar merasa tidak enak.

Pria yang usianya setengah abad itu menepuk pundak Abidzar.
"Santai aja. Abi paham kok,"

Dari dapur, Liana berjalan tergopoh. Semula wanita itu sedang membersihkan rumah. Namun ketika mendengar deru mobil yang tak asing lagi, buru-buru Liana menghampiri. Dan ternyata benar kalau menantunya itu yang datang.

Tanpa segan Liana memeluk menantunya itu. Tentunya dengan senang hati Abidzar membalasnya.

"Kamu apa kabar? orang rumah juga, mereka sehat kan?"pertanyaan itu keluar setelah pelukan mereka terurai.

"Alhamdulillah kami baik. Umi sehat 'kan?"

Liana mengangguk seraya mengusap lembut wajah Abidzar.

Arman yang melihat pemandangan itu tersenyum haru. Setidaknya dengan kehadiran Abidzar, istrinya tidak terlalu larut dalam kesedihan semenjak ditinggal putri sematawayangnya beberapa tahun lalu.

"Masuk dulu yuk, Umi udah masakin makanan kesukaan kamu."

Mengetahui Abidzar akan datang kerumahnya, Liana dengan antusias membeli beberapa bahan makanan untuk membuat masakan favorit pria itu.

Abidzar mengangguk.

Setibanya dimeja makan, pria itu langsung disuguhi berbagai macam menu kesukaannya.

"Umi nggak repot masak sebanyak ini?"tanya Abidzar seraya memperhatikan Liana yang sibuk menagambilkan makanan untuknya.

"Buat kamu umi nggak merasa repot." wanita itu menghentikan aktifitasnya sejenak, menatap Abidzar lamat. " Kamu tahu kan, setelah Nara nggak ada cuma kamu anak umi."katanya sendu.

Abidzar berdehem pelan. Ia paling tidak suka jika melihat wanita itu bersedih.

"Kamu nggak usah sungkan. Kamu itu tetap anak kami, nak." timpal Arman.

Abidzar tersenyum tipis. Pria itu menyendokan makanan ke mulutnya.

"Sebenarnya ada yang ingin Abidzar sampaikan ke kalian."

Arman mengelap mulutnya dengan tissue setelah makanan dipiringnya habis. Lantas menegak air putih guna membasahi kerongkongannya.
"Ada apa? kayaknya serius,"

Terlebih dahulu Abidzar mengubah posisinya senyaman mungkin. Sedangkan Liana masih menunggu pria itu berbicara.

"Kalau Abidzar nikah lagi, kalian setuju nggak?"tanyanya berhati-hati. Bahkan nada suaranya terdengar lirih, takut jawaban yang ia peroleh tidak sesuai harapan.

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang