Bab 19

7.8K 865 61
                                    

"Jika kamu ingin bahagia, jangan biarkan masa lalu mengusikmu. Kam boleh melihat kebelakang, namun jangan membawanya kembali."-Nazril Irham

_____________________________________________

Udah pada sholat Ashar belum?
Yang belum, sholat dulu ya guys😌

Jadikan Al qur'an sebagai bacaan utama

Happy reading😊
.
.
.
.
.
.
.

"APA?!" Shanum memekik heboh. Wanita itu menatap Bagas tak percaya.

Bagas menutup kedua telinganya, melindungi dari suara cempreng Shanum. Semoga aja gendang telinganya masih bisa berfungsi baik setelah ini.

"Jadi, selama ini cewek yang Mas Bagas suka itu, Mbak Santi? kenapa nggak bilang?"geramnya.

Pria itu tak bergeming.

"Sejak kapan Mas Bagas suka sama dia?"

"Tiga SMP."

Sontak saja netra Shanum melotot lebar.
Bagas menggaruk tengkuknya, meringis pelan. sudah bisa ia pastikan setelah ini Shanum akan mengomelinya.

"Selama itu?"Bagas mengangguk ragu.

"Mas Bagas nganggap Shanum apa sih? Kenapa nggak pernah cerita apapun. Katanya Shanum adik Mas, tapi kenapa Mas nggak mau terbuka? Shanum merasa nggak berguna tahu, jadi adik."

Damn

Belum selesai ia membatin, wanita itu sudah mengoceh panjang lebar. Kupingnya semakin panas. Kalau begini, ia jadi berasa anak TK yang sedang dimarahi Ibunya.

"Ya, maaf Sha. Gue nggak bermaksud gitu. Lagipula gue cuma mau mencoba cinta dalam diam. Biar kayak Sayyidah Fatimah sama Ali bin Abi Thalib. Memperjuangkan cinta mereka dalam doa. Emang salah ya?"elaknya.

Shanum geleng-geleng kepala. Memijit pelipis sambil berjalan memutari sofa yang diduduki Bagas. Seolah dirinya tengah memikirkan sesuatu.

"Enggak juga sih." wanita itu menghentika ucapanya sejenak. "Terus kalau mau cinta dalam diam, kenapa cerita ke Shanum. Terus ngungkapin ke Mbak Santi? Itu bukan cinta dalam diam lagi Mas, tapi cinta bar-bar."ujarnya.

Bagas diam. Iya juga yah. Dimana-mana cinta dalam diam itu hanya dirinya dan Allah yang tahu. Bukan malah menceritakannya kepada orang lain. Disini Shanum yang pintar, atau dirinya yang agak bodoh? patut dipertanyakan.

"Abisnya gue bingung musti gimana. Masalah ini terlalu rumit untuk gue atasi sendiri. Mungkin dengan bercerita gue bisa dapet solusi dari lo,"

"Kan gue bilangnya tadi 'mencoba'. Jadi ada kemungkinan bisa, ada juga kemungkinan enggak."

Shanum mengibaskan tangan diudara. "Terserah Mas Bagas deh,"ucapnya pasrah.

Bagas mendengus.
"Gimana dong Sha, kasih solusi ngapa."rajuknya.

Wanita itu menghela nafas pelan.
"Iya, nanti Shanum bantu ngomong deh sama Mbak Santi."putusnya membuat netra Bagas berbinar seketika

"Serius Sha?"

Shanum hanya bergumam. Bagas berdiri lantas loncat-loncat kecil ditempatnya. Tangannya ia kepal sembari menyerukan kata 'yes'.

"Makasih Sha. Lo emang adek gue yang paaaaliiiing baikkk." Bagas sengaja memanjangkan kalimatnya.

"Giliran ada maunya aja muji-muji Shanum. Dasa modus."katanya mencebik.

Pria itu tertawa kecil mendengar gerutuan Shanum.
"Kali ini gue tulus Sha. Lo nggak bisa apa bedain antara yang tulus ama yang modus,"

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang