Bab 1

26.5K 1.2K 17
                                    

Assalamualaikum teman-teman
Apa kabar? Aku harap kalian selalu baik. Aku balik lagi nih bawa Arsha. Ada yang kangen gak sama cerita ini? Atau kangen sama author mungkin:) Hhhe canda. Ngarep banget si Thor😏

Next aja lah ya.

Happy reading🤗
Semoga kalian suka.
.
.
.
.
.
.
.

"Dunia tak lagi sama tak selamanya memihak kita, disaat kita mau berusaha di situlah kebahagiaan akan indah pada waktunya."

______________________________________

Awan yang tadinya cerah, kini berubah menjadi hitam pekat. Langit diatas sana mulai mendung. Pertanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan. Suara petir mulai bersahutan. Diiring dengan gemercik air yang mulai turun membasahi Ardi Allah. Jalanan yang tadinya padat orang berlalu lalang, kini mulai merenggang. Menyisakan beberapa kendaraan yang masih membelah jalanan agar sampai ditempat tujuan.

Berbeda dengan seorang wanita yang kini tengah berteduh dibawah gubuk kecil. Ditemani dengan sepeda kesayangannya. Berulang kali ia menggosokan telapak tangannya. Tangan mungil itu mulai mengeriput lantaran rasa dingin yang kian menjalar. Bibirnya bergetar dengan wajah yang mulai memucat.

اَللَّهُمَّ صَيِّبًا هَنِيًّا وَسَيِّبًا نَافِعًا

"Allâhumma shayyiban haniyyâ wa sayyiban nâfi'â."

Meski masih menahan dingin, tapi wanita itu tetap menggumamkan do'a sebagai wujud atas rasa syukur. Karena diusianya yang mulai menginjak 22 tahun ini, ia masih bisa merasakan hujan.

Jduarrr

"Allahu Akbar..."wanita itu menutup kedua telinganya tatkala suara petir menggelegar. Jujur saja, ia phobia petir.

Cukup lama wanita itu memejamkan mata, perlahan ia mulai membukanya. Menarik nafas panjang dan membuangnya berulang kali. Sedikit lebih tenang. Bibir mungilnya tergerak untuk melafalkan istigfar dengan tangan diatas dada.

"Astaghfirullahal'adzim,"gumamnya.

Setelah satu jam berada digubuk kecil ini, kini hujan mulai mereda. Berulang kali kalimat hamdalah ia ucapkan. Tanpa membuang waktu, wanita itu mulai menggayuh sepeda reyotnya lantas membawanya pulang.

"Sudah jam lima, untung aja udah sholat Ashar tadi."monolognya seraya melirik arloji dipergelangan tangannya.

Dengan kekuatan penuh, wanita itu melajukan benda beroda dua yang menjadi tumpangannya.

***

"Shanum,"Merasa namanya dipanggil, wanita muda itu menolehkan kepalanya.

"Eh Bu Asih, kenapa Bu?"tanyanya sembari menyetandarkan sepedanya. Kini wanita itu sudah sampai dikontrakan kecilnya.

Bu Asih adalah tetangganya. Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, kini Shanum tinggal sebatang kara. Tapi masih ada Bu Asih dan suaminya yang sangat baik kepadanya. Kebetulam juga, mereka tidak memiliki anak. Padahal sudah lima belas tahun menikah. Tapi Allah belum mempercayainya untuk menimang seorang anak. Oleh karena itu, Bu Asih dan Pak Pardi-suaminya menganggap Shanum sebagai anak kandungnya sendiri. Begitupun sebaliknya.

Wanita paruh baya itu mendekat pada Shanum. Mengusap pundhak wanita itu menatapnya dalam.
"Kamu baik - baik saja Nak? Wajahmu terlihat pucat."katanya dengan raut khawatir.

Shanum membalasnya dengan senyum tipis.

Hachimm

Shanum itu mengusap hidungnya yang terasa gatal.

Arsha (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang