"Kehilangan akan kita rasakan saat semua merasa lelah untuk bertahan"____________________________________________
Jadikan Al qur'an sebagai bacaan utama
Happy reading
.
.
.
.
.
.Shanum memilin jemarinya gugup. Kepala wanita itu tertunduk, mencoba menghalau rasa gerogi yang menerpanya. Saat suara lain menginstrupsi Shanum kembali mengangkat kepala, menatap mereka satu-persatu.
"Bagaimana Shanum, kamu nerima lamaran dia kan?" tanya Bu Asih pada wanita disampingnya.
Shanum mengulum bibir. Kini tatapannya teralih pada pria berkemeja betik dengan lengan pendek yang juga menatapnya penuh harap.
Jantung Shanum kian bertalu hebat. Lidahnya terasa kelu barang berucap. Wanita itu merapalkan 'Bismillah' dalam hati seraya menganggukan kepalanya perlahan. Meminta keyakinan atas keputusan yang akan ia ambil.
"Alhamdulillah,"
Semuanya menghela nafas lega tanpa terkecuali Abidzar. Senyum pria itu mengembang.
"Jadi soal wali gimana?"tanya Abi Rasyid. Beliau sudah mengetahui latar belakang kehidupan Shanum.
"Selama masih ada waktu, kita akan berusaha mencari Fiqih sebisa mungkin. Kalau tidak ketemu, mungkin bisa menggunakan paman Shanum yang ada di Sumatera."sahut Pak Pardi yang diangguki oleh semua.
Umi Aisyah mengusap lembut pundak calon menantunya itu.
"Umi seneng karena sebentar lagi kamu akan menjadi bagian dari keluarga kami." ucapnya.Shanum tersenyum tulus.
"Shanum juga senang, Umi.""Santai aja kali Sha. Muka kamu tegang banget,"kekeh Bu Asih yang mengundang tawa disekitarnya.
Shanum mencoba menormalkan mimik wajahnya agar terlihat santai.
"Sha, boleh keluar bicara sebentar?"ijin Abidzar.
"Hm."
Shanum mengekori langkah Abidzar dibelakangnya. Pria itu mengajaknya ke teras rumah.
"Kenapa Kak?"Shanum buka suara. Wanita itu berdiri sedikit jauh dari Abidzar bermaksud memberi jarak.
Kedua tangan Abidzar ia masukkan pada saku celana. Fokusnya menerawang ke atas, menatap langit-langit yang ditemani padangnya sinar rembulan.
"Saya nggak sabar pengen cepet-cepet halalin kamu."
Ucapan itu mampu membuat Shanum tersipu. Tidak bisa dipungkiri bahwa Shanum pun sama, ingin segera terikat label halal dengan pria disampingnya itu.
"Amin. Semoga Shanum masih punya umur sampai saat itu tiba."
Abidzar melayangkan tatapan tajam pada Shanum. Ia paling tidak suka dengan kalimat semacam itu.
"Jangan berbicara seperti itu Sha! saya nggak suka."
"Kita kan nggak ada yang tahu sampai kapan---"
"Ajal menjemput?"Abidzar melanjutkan.
"Saya tau tidak ada manusia yang bisa menebak takdir seperti apa yang akan kita jalani kedepannya. Tapi untuk saat ini saya mohon, jangan dulu ucapin kata itu. Saya lagi berusaha bangkit dari keterpurukan. Saya pernah merasakan sakitnya kehilangan. Dan cuma kamu yang bisa jadi penyemangat buat saya."
Shanum bungkam sekaligus tertegun dengan kalimat Abidzar yang terakhir. Wanita itu mengerjapkan mata beberapa kali. Diam-diam Ia menarik sudut bibirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arsha (END)
SpiritualWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA!! High Rank : 1- Islami (12 Feb 2021) "Kenapa Kakak bisa cinta sama Shanum?"tanya wanita itu. Kini posisinya sedang bersandar manja dibahu sang suami. Pria itu menunduk, agar bisa melihat lekat wajah istrinya. "Gak tahu."j...