Udah lama nggak up :)
Ada nggak ya yang nungguin aku update?? Alhamdulillah kalo ada😌.
Aku mau ucapin terimakasih buat kalian yang udah stay sampai bab ini🤍🤍..
Kalian bisa dengerin mulmed di atas ya!
Selamat membaca!!
Jangan lupa voment!!
OH IYA!
⚠️ KEMARIN ADA YANG NGOMONG SAMA AKU, KATANYA VISUAL RONI NGGAK COCOK.
⚠️ SETELAH AKU PIKIR-PIKIR, VISUAL RONI AKU GANTI AJA YA! GAPAPA KAN?? :))
Foto-foto di bab sebelumnya InsyaAllah aku ganti pas udah end ceritanya, sekaligus revisi, karena jujur bab-bab awal tuh banyak banget yang salah kepenulisannya.
••🦋••
"Malam Minggu ku akan terasa hampa tanpa adanya HP, charger, jaringan internet, dan kipas angin. Kalau tanpa adanya kamu? Aku rasa aku sudah terbiasa."
~ chapter 19 ~
"Semua guru rapat!" jawab Bima.
Zara kembali fokus pada novel yang ada di tangannya. Di depannya terdapat Mira dan Akila yang juga kembali melanjutkan menyalin jawaban tugas matematika milik Zara.
Terlihat Roni mengeluarkan sepiring gorengan yang awalnya ia simpan di laci mejanya, gorengan tersebut ia sembunyikan lantaran takut jika sewaktu-waktu Bu Marni memasuki ruang kelas.
Derap langkah kaki terdengar mendekat ke arah Zara, atensi Zara teralihkan. Ia mendongak, seulas senyuman tipis mengembang tatkala melihat Rey tengah berdiri sembari tersenyum tengil ke arahnya.
"Baca novel mulu bukannya belajar!" ucap Rey. Laki-laki itu menarik kursi yang berada di belakang Zara, kemudian mendudukinya.
"Orang dia udah pinter! Ngapain juga belajar! Kayak lo pernah belajar aja!" sahut Mira tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku tulis yang ada di hadapannya.
Rey menatap wajah Mira yang hanya terlihat bagian sampingnya itu. "Apa lo!" sungut Rey.
"Tumben ke sini? Nggak punya temen nih pasti." Zara tersenyum singkat kemudian meletakkan novel yang baru saja ia baca.
"Nah itu tau!" Rey menyentil pelan dahi Zara dan ditanggapi dengan tawa kecil oleh gadis di depannya.
"Pengen pindah kelas," gumam Rey.
Dahi Zara mengernyit. "Kenapa gitu?" tanya Zara.
"Tasya!" ucap Rey singkat.
Zara yang mengerti maksud Rey itu mengangguk pelan. "Risih ya? ... Biarin aja ya, nanti juga capek," jawab Zara.
"WIIHHHHH! MAU NGAPAIN LO!" kata Roni. Ia menghentikan kunyahannya saat mendapati Rio yang tiba-tiba muncul dari ambang pintu dengan sebuah gitar cokelat di tangannya.
Ucapan Roni sukses membuat seisi kelas menoleh ke arahnya, terkecuali beberapa siswa yang sedang bermain game.
"Ngejalanin misi," jawab Rio.
"Apaan?! Main gitar? Gue yakin Lo nggak bisa!" imbuh Roni diakhiri dengan tawa kecil.
"Ngeremehin mulu lo!" balas Rio, cowok itu menarik kursinya, meletakkannya sejajar dengan meja guru, kemudian mendudukinya.
"Ih, Rio mau ngapain? Jangan-jangan mau nyanyi lagi?" tanya salah satu siswi kepada temannya dengan antusias.
"Wajib divideoin nih, jarang-jarang dia main gitar!" balas siswi lainnya sambil menekan tombol record di ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELZARA
Teen Fiction- Follow dulu sebelum membaca. - Ada beberapa kesalahan kepenulisan pada beberapa bab awal. REVISI SETELAH END🦋. •••• "Takdir mempertemukan kita, tapi semesta mempunyai realita." •••• Ini bukan tentang kisah cinta remaja yang awalnya benci berujung...