ELZARA || 25

31 3 2
                                    

Hallooo Elzara Readers!!

Udah lamaaaa bangetttt aku nggak nyapa kalian😔🤍.

Gimana kabar kalian?

Akhirnya aku update setelah hampir setahun aku nggak update (cry).

Masih ingat sama cerita ini kan? Kalau lupa bisa baca ulang yaa hehe^.^

Selamat membaca, dan jangan lupa VOTE dan COMMENT yaa💘💘.

••🦋••
~ chapter 25 ~

Siang itu … Zara berjalan dengan tergesa-gesa, menyusuri sebuah tempat yang tak pernah ia pikirkan jika ia akan menginjakkan kakinya di tempat ini dengan tujuan yang seperti ini. Beberapa laki-laki berseragam cokelat ia lewati begitu saja lantaran tujuannya datang ke tempat ini bukanlah untuk bertemu dengan mereka. 

Lalu sampailah gadis itu di suatu ruangan, ia menemui salah satu diantara laki-laki berseragam tadi dan mereka berbincang sebentar. Hingga pada akhirnya tujuannya datang ke tempat ini bersama Laras pun dapat terwujud sekarang. 

Dipertemukanlah Zara dengan orang yang berusaha ia temui sejak semalam. Orang itu tak lain adalah sosok laki-laki yang sedang berdiri menatapnya sembari  tersenyum, di tubuhnya melekat  baju berwarna oranye, lebih tepatnya … baju tahanan.

Iya, kantor polisi. Ini tempat yang Zara datangi. Semalam ia juga sempat datang ke tempat ini, namun keinginannya tidak terpenuhi saat itu dan ia diminta untuk datang kembali keesokan harinya.

"Papa…," lirih gadis itu seraya melangkah lebih dekat dengan laki-laki yang berstatus sebagai Ayahnya.

Sakit rasanya melihat Ayah yang begitu ia sayangi mengenakan baju tahanan seperti ini. 

Seulas senyuman masih Reza tampilkan, ia pun melangkah mendekat ke arah Zara yang netranya sudah berkaca-kaca. Laki-laki itu membentangkan kedua tangan, memberikan ruang bagi putrinya agar bisa segera memeluknya.

"Papa kangen sama kamu, Ra." Itu kalimat pertama yang Reza ucapkan. Setelah tiga hari tidak bertemu, akhirnya ia dapat bertemu dengan putrinya sekarang. Ya … meskipun di kantor kepolisian.

Sedangkan di belakang Zara, ada Laras dengan mata yang sudah sembab lantaran terus saja menangis.

Gadis itu memeluk erat Ayahnya, menyandarkan kepalanya pada dada sang Ayah. Sebuah pelukan hangat yang ia rindukan kini kembali didapatkan, usapan lembut di kepalanya, sebuah kecupan di dahinya, serta detak jantung Ayahnya dapat ia rasakan. Dan untuk sesaat, ia merasa lebih nyaman.

Ia mendongak. "Papa baik-baik aja, kan?"

Kedua tangan Reza yang mulanya mendekap Zara kini tergerak untuk menangkup kedua pipi putrinya. "Papa baik-baik aja, kamu nggak usah khawatir, ya! Sama Papa!" ujarnya. 

Bibirnya kembali mengukir senyuman, namun sorot matanya seolah menjelaskan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja sekarang.

"Gimana Zara bisa nggak khawatir kalau keadaan Papa aja kayak gini? Zara takut," lirih Zara.

Zara pun kembali berucap setelah ia baru saja menyadari adanya perban di lengan Ayahnya, "Pa, lengan Papa?" tanyanya khawatir dengan menatap sang Ayah.

Reza yang tadinya sempat menatap ke arah Laras pun kembali menatap manik hitam milik Zara. 

"Nggak papa, kita duduk dulu, ya?" Reza menampilkan senyuman, diusapnya kembali surai hitam milik putrinya hingga gadis cantik itu mengangguk seraya tersenyum, meski tipis.

Mereka bertiga pun beranjak untuk duduk di sebuah kursi, tak jauh dari mereka bertiga terdapat seorang polisi yang mengawasi perbincangan mereka.

Reza masih diam, di hadapannya ada Laras yang sedang mengusap air matanya, sesekali wanita itu menatap langit-langit ruangan agar air matanya tidak kembali menetes. 

ELZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang